Tag Archives: ngonthel

Menghirup Nafas Zaman di Warungboto

warung-boto-001Situs Warungboto

 

Idealnya, kebutuhan lahir maupun batin hendaknya mendapatkan pemenuhan secara seimbang agar manusia dapat hidup dengan sehat dan bahagia. Akan tetapi, saat populasi manusia semakin banyak, sementara lahan yang tersisa untuk hunian menjadi semakin sempit, hidup kadang hanya jadi medan pertaruhan untuk bisa memiliki sepetak tanah hunian bagi sekeluarga.  Itu pun diraih kalau perlu dengan mengabaikan banyak aspek batiniah. Kehidupan lalu lebih banyak tersita melulu untuk memenuhi aspek fisik semata. Baca lebih lanjut

Borobudur dalam Kehangatan Persahabatan

Opoto-oude-fiets-1

persahabatan bersemi di bawah pohon boddhi

Sepeda onthel barangkali hanyalah sebuah sarana transportasi masa lalu. Meskipun begitu, peranan yang mampu diberikannya rasanya tak berhenti sebatas itu, karena ternyata begitu banyak nilai yang mampu dihadirkan oleh sepeda onthel, di antaranya adalah nilai persahabatan tanpa mengenal perbedaan, sebagaimana kami rasakan saat Opoto (Onthel Potorono) ngonthel bersama menyusuri garis imajiner dari Candi Mendut – Candi Pawon – Candi Borobudur bersama Andre Koopman, Otto Beaujon, dan Alvin Cuvier.

*** Baca lebih lanjut

Jajan Pasar Kauman dan Bakmi Paku: Suatu Sore di Sorga Kecil

Naluri bisnis seringkali melahirkan gagasan kreatif memanfaatkan sebuah momentum untuk mendapatkan keuntungan. Pada titik tertentu, pemanfaatan momentum besar seperti bulan Ramadhan secara berlebihan sering dikritisi sebagai komodifikasi yang dikhawatirkan akan mengganggu kekhusukan beribadah, bahkan akan mengecilkan arti kehadiran bulan suci tersebut. Di saat keimanan batin kita semestinya berkontemplasi, mengapa kalkulator duniawi kita masih juga berderak-derak?

Sebenarnya, di manakah batas ukuran berlebihan dalam konteks tersebut? Minggu, 13 September 2009 lalu ketika Komunitas Opoto (Onthel Potorono) ngonthel sore hari sambil ngabuburit, kami menyaksikan sebuah fenomena lain yang tergelar di depan kami, tepatnya di sebuah gang di wilayah Kauman, jalan KHA Dahlan, Yogyakarta.

kauman-1

menanti saat berbuka

Setiap Ramadhan tiba, sepanjang sore hingga maghrib menjelang, gang kecil itu disulap menjadi pasar sore yang menyediakan aneka jajan pasar dan berbagai lauk-pauk untuk berbuka puasa.

Baca lebih lanjut

Fongers dan Baju Petani: Kemarin, Kini, dan Esok Hari

Awal September lalu, sebuah undangan acara unik kami terima dari sahabat-sahabat onthelis Podjok. Kami diminta bergabung di acara “Tour Obat Nyamuk”, sebuah event ngonthel tematik memperingati ulang tahun Fongers, salah satu pabrikan sepeda terkenal di Belanda. Dalam undangan itu disebutkan bahwa peserta tour diharapkan mengenakan kostum jadoel. Beruntunglah, kastup atau baju petani yang sudah menjadi salah satu ciri penampilan komunitas Opoto (Onthel Potorono) –selain kaos– itu saat ini sudah menjadi pakaian jadoel juga. Berarti kami cuma perlu menyiapkan sepeda Fongers kami saja.

Ternyata, teman yang berminat ikut cukup banyak. Oleh karena beberapa teman kami masih memerlukan baju petani, malam itu juga kami ngonthel ke rumah Pak Maryanto, seorang penjahit baju petani langganan kami di Kotagede. Eloknya, meskipun kami datang malam-malam, Pak Maryanto tidak berkeberatan membuka kembali pintu rumahnya yang semula sudah tertutup. Kami pun memilih baju dan celana sesuai ukuran sambil ngobrol berkepanjangan.

pawai-fongers-1

Pak Maryanto, penjahit kastup langganan Opoto

Baca lebih lanjut

Mangut Lele Bu Is: Keistimewaan dalam Kesederhanaan

Sesuatu yang istimewa tidaklah selalu terlahir dari hal-hal yang luar biasa. Kesunggguhan dan ketekunan mengeksplorasi apa yang ada terbukti seringkali mampu menghadirkan keistimewaan yang lebih alami.

mangut-01

laskar Opoto yang lapar

Minggu pagi, 16 Agustus 2009 itu komunitas Opoto (Onthel Potorono) berencana ngonthel terakhir sebelum puasa dengan penekanan lebih pada kulinernya. Sepertinya ini agak berbau romantisme karena akan meninggalkan kebiasaan makan siang hari selama sebulan. 🙂 Pilihan kuliner itu jatuh pada mangut lele Bu Is di Jetis, Bantul.

Baca lebih lanjut

Nganggo Suwe: Ngalap Berkah Perbedaan di Warung Angkringan

Perbedaan itu berkah. Sekilas, kalimat ini hanyalah sebuah retorika yang biasa dipakai untuk melerai orang-orang atau kelompok yang sedang bertikai. Akan tetapi, bagi kami komunitas Opoto (Onthel Potorono), hal ini nyata adanya. Segala sesuatu pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan bergantung pada konteks kebutuhannya. Sepeda onthel kami yang tidak secepat kendaraan bermotor, misalnya, pada konteks tertentu justru memiliki banyak kelebihan. Kami jadi lebih detail mengamati lingkungan yang kami lalui.

nganggo-suwe1

berpose di plengkung gading, sebuah cagar budaya yang patut dijaga

Banyak perbedaan yang terbukti justru memberi berkah kepada kami. Hari Sabtu, 10 Juli lalu, kami juga mencoba sesuatu yang berbeda. Kami ngonthel pada hari Sabtu, dan waktunya pun malam hari. Tentu saja komentar orang kali ini pun berbeda pula: “Kurang kerjaan!” Haha…

Baca lebih lanjut

Gua Jepang, Rumah Domes, dan Kerinduan Manusia Gua

Kekuatan alam yang dahsyat, tak seharusnya dihadapi secara frontal. Usaha menandinginya hanya akan berakhir dengan kesia-siaan. Kira-kira begitulah pelajaran yang diyakini oleh manusia-manusia sebelum kita dahulu. Oleh karena itu, mereka kemudian lebih memilih bersahabat dan beradaptasi dengan alam. Teriknya matahari, derasnya hujan, serta dinginnya terpaan angin, disiasati oleh mereka dengan berlindung di dalam gua-gua hasil bentukan alam.

manusia-gua-1

wajah-wajah merindu

Setelah manusia kemudian mengenal konsep rumah, keberadaan gua tetaplah menarik bagi mereka. Buktinya, bahkan setelah mengenal peradaban sepeda onthel pun, kerinduan itu masih ada. Makanya, ketika komunitas Opoto (Onthel Potorono) ngonthel di hari libur Senin pagi, 20 Juli 2009 lalu, tujuannya adalah ke Gua Jepang di Berbah, Sleman. 🙂

Baca lebih lanjut

Situs Payak: Jejak Kecil Peradaban Masa Lalu

Pengalaman ngonthel, meskipun tak-jauh-jauh dari kawasan sekitar Potorono, Prambanan, dan Imogiri, cukup sudah menyadarkan kami akan luasnya bumi ini. Ibarat sebuah panggung, bumi yang dipinjamkan untuk kita tinggali ini telah mementaskan berjuta-juta cerita lakon: roman, epik, bahkan tragedi. Beberapa lakon sempat meninggalkan jejak yang sesekali kita temui, beberapa yang lain menguap bagai embun di siang hari.

situs-payak-1

padahal hanya diperlukan jalan sekecil ini bagi roda sepeda onthel kami

Minggu, 28 Juni 2009, komunitas Opoto (Onthel Potorono) kembali melihat salah satu jejak sejarah masa lalu. Berangkat pagi-pagi, kami ngonthel bersama menyusuri sawah dan jalan setapak yang mengantarkan kami ke situs Payak.

Baca lebih lanjut

Rudge Limited: Kreativitas Tanpa Batas

Saat kita merasa sangat mengenal sesuatu dengan baik, lalu tiba-tiba tergelar fakta di depan mata yang sama sekali bertolak belakang dari apa yang ada di benak kita, kira-kira bagaimana perasaan kita? Tentu terkejut, shock, merasa kecolongan.

Tapi tak perlu gusar. Kita bukan sedang membicarakan orang-orang terdekat kita, melainkan membicarakan sebuah sepeda onthel yang kita kenal baik dengan merek Rudge Whitworth.

rudge-potorono-1

si cantik yang membikin shock

Selama ini, kita mengenal sepeda Rudge sebagai salah satu produk dari Raleigh industry, England –di samping Raleigh dan The Humber– dengan ciri khas produk mereka yang akan segera terlihat, misalnya bentuk spatbor kuwung-nya yang berpenampang U dengan dudukan baut tangkai spatbor dipatri di bagian dalam. Stopan belakangnya bulat, terbuat dari plastik hitam keras dengan reflektor merah. Dudukan baut rangka pada keni di bawah sadel biasanya embossed berbentuk kotak, dengan nomor rangka tertulis di sisi kiri sepeda, dan banyak lagi. Baca lebih lanjut

Mengalir ke Bukit Boko

Menjalani hidup dengan mengalir, kedengarannya mudah. Tidak perlu ngoyo, kan? Tapi, bagaimana sih persisnya ‘mengalir’ itu harus dilakukan? Soalnya, ketika kami, komunitas Opoto (Onthel Potorono) sengaja ngonthel dengan tema mengalir saja mengikuti alam, hasilnya sungguh tidak ringan. Tidak sesederhana kedengarannya. Lah iya, mengalirnya ke perbukitan Boko!

Boko-2

mengalirlah kami ke atas bukit

Minggu pagi, 21 Juni 2009 kemarin kami ngonthel dengan target tujuan yang longgar. Pokoknya jalan saja ke arah perbukitan Boko. Apa saja yang nanti terjadi di sepanjang perjalanan, silahkan diikuti dan dinikmati. Rute yang nggak jelas ini ternyata malah menarik minat seorang sahabat onthelist untuk gabung. Siapa? Mas Margi!

Baca lebih lanjut

Onthel, Melebarkan Dunia Tegur Sapa.

Sebuah sapaan selalu menjadi kejutan kecil yang menyenangkan, terutama saat kita berada di kampung orang dan merasa tak seorang pun mengenal kita. Kejutan itulah yang selalu kami rasakan setiap kali berpapasan dengan sesama pengendara sepeda onthel di sepanjang perjalanan ngonthel kami. Sebuah tegur sapa, senyum, atau lambaian tangan akan semakin mengembangkan senyum kami.

Sepanjang perjalanan ngonthel Minggu pagi, 14 Juni 2009 kemarin, kami tak hanya tersenyum, melainkan juga tertawa-tawa karena kali ini kami tak sendiri. Sejumlah sahabat onthelist ada bersama kami.

Sabtu siang sebelumnya, secara tak sengaja kami bertemu Pak Sahid Nugroho dan Pak Daryanto di bengkel Margono, Sedayu. Pertemuan singkat itu sempat menyatukan keinginan Pak Sahid dkk. dengan kami komunitas Opoto (Onthel Potorono), serta menarik minat Pak Daryanto untuk bergabung bersama kami. Misinya jelas: menyerbu kantong penjualan nasi pecel Imogiri!

imogiri-brimob

kompi Opoto bersiaga penuh (tawa)

Baca lebih lanjut

Monumen Ngoto: Memaknai Sebuah Kepahlawanan

Apa beda antara pahlawan dan bukan pahlawan? Ada banyak jawaban, dari yang lucu, asal, bahkan konyol hingga yang serius, rumit, dan belum tentu benar! Haha… Kata Iwan Simatupang (novel Merahnya Merah), kalau kita berani memperjuangkan sesuatu karena sudah tahu bahwa kita pasti menang, itu bukan sikap pahlawan.

Nah, kalau kita setuju dengan pendapat itu, maka seorang pahlawan mestinya selalu berani menegakkan keyakinan, meskipun resiko yang harus dihadapinya sangat tinggi, termasuk jika harus nyawa sekalipun taruhannya. Lha tapi, selama ini kalau kami mau melakukan sesuatu dengan ‘mati-matian’ itu justru supaya tidak mati lho, bukan karena kami berani mati! 🙂

Berarti, kepahlawanan itu soal sikap yang diyakini selama hayat dikandung badan. Kami bayangkan, kalau kehidupan seorang pahlawan sejati itu kita ibaratkan film atau gambar bergerak, maka mau dipotong, di-pause, atau stop di bagian mana pun akan selalu memperlihatkan adegan yang menunjukkan sikap kepahlawanan itu.

Ngoto-1

replika Dakota VT-CLA yang jatuh di Ngoto

Baca lebih lanjut