Pilih Onthel Limbuk atau Bima?

Saat mengomentari sepeda dagangannya, para pedagang sepeda onthel di sekitar Imogiri suka menggunakan istilah khas dan jenaka, misalnya: “Niki tumpakane koyo Limbuk, je (ini dikendarainya seperti Limbuk)”. Apa maksudnya? Apa/siapakah Limbuk?

Selain para punakawan, di dunia pewayangan juga dikenal tokoh-tokoh emban. Salah satunya adalah Limbuk yang berbadan gemuk dan berwajah lebar dengan bedak dan gincu tebal. Jadi, jika dikatakan tumpakane koyo Limbuk, itu kurang lebih maksudnya adalah bahwa sepedanya empuk, mentul-mentul.

Komentar semacam itu menunjukkan keakraban orang-orang Imogiri dengan dunia pewayangan, sebuah karya budaya yang kini mulai ditinggalkan. Bukankah saat ini tokoh-tokoh wayang tidak lagi dikenali, apalagi diidolakan. Anak-anak lebih suka mengidolakan tokoh-tokoh fiksi dari luar komunitas budaya seperti Spiderman, Naruto, Harry Potter, dsb. Padahal, tidak seperti tokoh-tokoh superhero yang hanya bersifat ‘komik’, semua tokoh dalam dunia pewayangan memiliki penggambaran karakter dan kepribadian yang detil, manusiawi, dan menarik sehingga mudah dijadikan tauladan.

ke-Pucung-1

tata rapi sepedanya, bukan yang lain

Minggu, 10 Mei 2009 kemarin, komunitas Onthel Potorono (OPOTO) sengaja ngonthel bareng ke Pucung, sebuah kawasan yang dikenal sebagai sentra perajin wayang di Imogiri. Sebuah perjalanan yang mengesankan.

Udara bersih sepanjang perjalanan, pemandangan sawah serta bukit yang menyejukkan, dan jalanan yang halus beraspal tetapi tidak monoton karena tanjakan serta turunannya begitu menantang, membuat kami semua benar-benar ‘lepas’ dalam mengekspresikan diri. Tak ada lagi batasan usia, profesi, dan beban-beban predikat lainnya. Kami benar-benar mirip sekumpulan kanak-kanak yang bermain dengan mata berbinar (hey, bukankah manusia bijak adalah orang dewasa dengan pandangan mata kanak-kanak? 🙂 ).

ke-Pucung-2

patung Petruk (yang berdiri), maskot desa Pucung

Konon, cikal bakal desa Pucung ini adalah Mbah Glemboh, seorang empu wayang yang tersohor pada zamannya. Keberadaannya di desa ini memberikan pengaruh luas sehingga sampai saat ini banyak warga Pucung yang meneruskan menggeluti profesi perajin wayang kulit. Salah satunya adalah Pak Darto Suwito (70 tahun-an), keturunan ke empat dari Mbah Glemboh sepuh.

ke-Pucung-2b

patung Petruk (yang atas) menyambut pendatang, dengan atau tanpa onthel

Sebagai keturunan empu wayang, Pak Darto Suwito yang juga banyak dikenal sebagai Pak Tugiyo, sejak kecil telah mengenal setiap tokoh wayang dengan baik. Menginjak remaja, wayang buatannya bahkan sudah laku dijual. Akan tetapi, untuk menjadi seorang calon empu, rupanya itu saja dipandang belum cukup. Maka, pada tahun 1954 pemuda Darto pun belajar menjadi penatah wayang di Keraton Ngayogyakarta selama tiga tahun. Tekadnya saat itu adalah menguasai secara lebih detil semua proporsi bentuk wayang yang menjadi pembentuk karakter setiap tokohnya.

ke-Pucung-3

menyaksikan langsung bagaimana wayang dibuat

Oleh karena setiap tokoh wayang itu mewakili detil karakter manusia di dunia, maka ketepatan proporsi bentuk dan tatahan wayang merupakan salah satu tuntutan yang mendasar untuk membangun karakter tersebut. Misalnya, panjang-pendek serta sudut kemiringan hidung, besar-kecilnya mata, bibir, bahkan telinga setiap tokoh harus dibuat dengan tepat benar. Jika dilanggar, maka bisa-bisa nanti lahir karya tatahan Werkudoro yang lemah gemulai, Puntadewa/Yudhistira yang galak atau pongah, atau buto/raksasa yang jadi ramah. Ini tak boleh terjadi.

ke-Pucung-4

Bima/Werkudoro momongan Semar

Saat ini, Pak Darto Suwito sudah diakui sebagai penatah wayang yang mumpuni. Ia mampu menggambar wayang dengan hanya mengandalkan imajinasi serta pengenalan karakter tokohnya. Tokoh-tokoh yang dikeramatkan sehingga tidak sembarang orang mampu membuatnya, seperti tokoh Sang Hyang Wenang, Dewaruci, atau Semar pun mampu dibuatnya.

ke-Pucung-5

Pak Darto Suwito dan karyanya: raksasa jelmaan Puntadewa/Yudhistira

Sepagi itu, komunitas Opoto belajar banyak dari Pak Darto Suwito serta Pak Mujiyono, putranya. Kami jadi lebih paham tentang tahapan pembuatan wayang sejak mengeringkan kulit, menggambar, menatah, hingga menjadi wayang utuh yang gagah.

Kulit terbaik adalah kulit kerbau, karena kandungan minyaknya sedikit sehingga dalam udara lembab pun tidak akan lembek. Di samping itu, saat disungging (diwarnai) pun catnya akan melekat dengan sempurna sehingga tahan lama. Sedangkan kulit sapi kandungan minyaknya lebih banyak sehingga kalau menginginkan hasil optimal sekualitas kulit kerbau harus dikeringkan 3-4 tahun. Dengan kemajuan teknologi, kulit sapi juga bisa diberi bahan tertentu sehingga menjadi tebal, cukup tebal untuk di-split, dibelah menjadi 3 bagian tipis (yang dekat bulu kualitasnya lebih baik daripada yang dekat lemak).

Dengan perbedaan kualitas bahan ini, maka harga wayang kulit, baik untuk kepentingan pedalangan maupun sekedar sebagai koleksi atau souvenir bisa sangat variatif. Dari sisi tatahan serta sunggingan pun pemesan bisa meminta jenis yang rumit, standar, atau sederhana. Semuanya akan berpengaruh pada harga akhir.

ke-Pucung-6foto bersama sebelum pamitan (onthel siluman sudah menghilang)

Akhirnya, dengan puas hati, rombongan Opoto pun pamit dengan membawa pulang pemahaman sekitar proses pembuatan wayang. Dalam pengamatan kami secara keseluruhan, kualitas tatahan dan sunggingan Pak Darto memang sangat bagus. Untuk membuat wayang tertentu, bilamana perlu Pak Darto Suwito bahkan tak segan melakukan puasa dan laku prihatin untuk mengheningkan rasa serta pikir demi menghasilkan karya sebagus mungkin.

Begitulah totalitas yang diberikan Pak Darto Suwito untuk profesi yang digelutinya. Dan, yang juga penting, seorang empu wayang kulit sekualitas Pak Darto tidak akan membuat Bima/Werkudoro yang melambai gemulai, atau Limbuk yang beringas. Dengan begitu, pedagang sepeda di Imogiri tidak perlu mengubah istilah dalam kelakarnya: tumpakane koyo Limbuk

33 responses to “Pilih Onthel Limbuk atau Bima?

  1. Komunitas yang menyenangkan. Sederhana, guyub, nglarass temen ngumpul-ngumpul menyehatkan gitu. Salam kenal. Jaya Pit Onthel.

  2. Erwin Erlangga

    asyik tenan, tapi rada kesuwen. Pulangnya kepanasan + diplerok’i bocah2 tekan omah.

    @ Mr.Aula Acha
    Sarapannya apa ya?? kog Power nya ditanjakan hebat banget?? double gardan kali ya.

    • Iya, terutama bocah yang paling gede ya? 🙂
      Berikutnya nyari kuliner aja yuk, yang pagi buta sudah buka.

      Ada bocoran, rahasia kuat nanjaknya itu karena sepedanya! (atau bukan?) 😀

  3. Erwin Erlangga :

    Iya.. ha3x…
    kayaknya berangkat pagian memang ide yang bagus…
    Ibu – ibu belum ada tertarik ngonthel ??
    bojoku gelem, tapi anak2 piye ya.

    • onthelpotorono

      Berilah kesempatan hari Sabtu, biar anak-anak sama babenya.

    • wahhh…that’s good idea..dab…

      btw..ojobku geleme numpak polygon jee????piye ki ngrayune heee??? coba bu erwin ,atau bu noer duluan yang ngomandanin….ntar pasti ibu2 FOTORONO pasti tertarik juga ya gaakkkk???

      • onthelpotorono

        Polygon juga sepeda bagus. Bukain blog kita ini saja. Saya sdh dapet ijin motret Humber jengki untuk diupload di galeri kita. Berikutnya bisa saja giliran Fongers Senopati, Burgers, dll kekayaan komunitas kita. Semuanya dijamin cantik dan everlasting. Liat foto teman kita di halaman info. Cantik nggak?

    • itu yang pake kaos pink yang berdiri diatas apa duplikatnya ya wakakakakaka….kakakak…

  4. wah..pengen ikutan nih jadinya… 🙂

  5. Ini bisa jadi usaha sampingan di masa mendatang, ternyata ada yang bisa jadi koresponden kompas hihi…moga dengan itu akan ada member baru dan konsisten dengan sunday morningnya…
    coba bikin schedule route-nya barangkali jadi pada tertarik

  6. weeeeeeeehhhhhhhhh…touring ni yeee///

    aku ketinggalan nich…..huuuuaaaaa…..hhuuuuaaaaaaa…

    • Iya nih. Ada yang rewel mau cepet pulang karena harus nganter anak renang, ada yang mau tukeran posisi sama patung petruk, ada yang minta sarapan dulu sebelum nanjak, byuh…byuh…

      Eh, ada juga yang males foto sebelum pake seragam baru. Huahaha… (kita bikin kaos lagi lho. sedikit lebih kuning ya, biar gak monoton. Mau nggak?)

  7. perjalanan yg menyenangkan, rute dengan udara fresh.

    @muscat
    kapan pulang ? kita gabung lagi. jangan lupa foto ontel di arabia ya.

  8. Harga Wayang kisaran berapa ya???
    Barter sama onthel boleh gak??

    • onthelpotorono

      Waktu kami tanyakan, wayang Gatotkaca ukuran standar pedhalangan yang bagus banget, masih di kisaran harga Batavus yang alakadarnya Mas 🙂

  9. wah membuat iri tenan loh touringnya, sayang saya tinggal jauh…….. heheh..salam buat sahabat OPOTO….

    • onthelpotorono

      Pak Rendra bikin to acara touring yang bisa diikuti kita-kita, dengan menu yang komplit-plit! Hehe… salam juga dari Potorono.

  10. pemilik Batavus ‘alakadarku’ rada gimana gitu perasaannya.
    disamaain dengan wayang, padahalkan Limbuk
    he3x…

  11. lembuk kulite gede mas, sing cocok……, Demang Sarimoi, tirus dan nyathis janggute.

    Damang Gus Rendra?

  12. Onthel classic,

    Hidup Kesilir,wuluhan , ambulu……..styer tegalsari pripun?

  13. Mas Wong n pak Zadel, ngelmune Prabu Salyo( mondoroko ) sing buto bajang dadi akeh niku nitis dateng Puntodewo nggih?Menawi puntodewo nesu, tiwikromo dadi buto ggede ilmu saking sinten ?

  14. to om erwin:
    walaaaaaaaaaah alus temen pangroso-mu dab…
    padahal piyayine ki Gedhe-dhuwur-brengosen, sawangan-ne ngedap-edapi je….huaaaaa…haaaaa

  15. Om Max,

    sekarang inifavoritku, demang sarimoi, lek tuku wayange mesti murah,mergane kulite saithik..he..he..

    • onthelpotorono

      Wah, Mas Branjang (back to nature, nggak pakai kawat lagi) sepertinya spesialis kulit ya. Padahal setau saya, kulit itu hubungannya ya dengan… kelamxx. 😀

  16. Om Max,

    Onthel classic ,yang tanya harga Wayang itu, tetanggaku di eropa timur sana, ketemunya di tangerang, wong sakdeso kenale neng Rantau…
    Yak op kabare cak OClassic, kapan mulihh ngetan..

  17. Di Bogem banyak kulit tapi kecil2 kayak perca mungkin, bisa dijadikan wayang? ato rambak?!

  18. Watchout bagi para pemilik simplex, cause di opoto ada Simplex Hunter yang lagi Hoottt banget.
    Mr.M.x’s 😆

    • tergantung genjotane to om erwin… yen lambarane soto 2 mangkok..
      sudah jelasssss pasti ada simplex “hunter” banget lajunya….heee..heeeeeee…

Tinggalkan komentar