Ngonthel di Hari Istimewa Jogja

komunitas manasuka di hari istimewa

Rasanya semua orang menyukai sesuatu yang istimewa. Terhadap sesuatu yang dirasa istimewa, orang pun biasanya bersikap mengistimewakan. Lihat saja perilaku para onthelis. Jika di antara koleksi sepedanya ada yang sekiranya istimewa, biasanya lalu diistimewakan. Bagi kami, komunitas Opoto (Onthel Potorono), hari Minggu adalah hari istimewa karena ada acara khusus yang selalu kami nantikan: ngonthel. Apa lagi pagi itu, 5 Desember 2010, kami berniat menghadiri acara istimewa: Kenduri Jogja!

Berangkat pagi-pagi, kami ngonthel ke arah utara. Pagi telah merekahkan senyumnya yang cerah, berhiaskan lanskap Merapi nan biru megah. Puncaknya menjulang di belakang jembatan layang Janti yang kami lewati. Asap putih tipis masih bertengger di sana, menutupi sebagian puncaknya, seolah menyembunyikan sejuta misteri bagi masyarakat Jogja.

lokasi kenduri komunitas sepeda

Matahari belum lagi sepenggalah, ketika suasana di Tugu sudah sedemikian meriah. Ketika berenam kami bergabung, berbagai komunitas sepeda sudah berdatangan dari segenap penjuru dan berkumpul di sekitar tugu. Di bawah tugu itu, berdiri sebuah panggung kecil tempat seorang penyanyi menyemarakkan suasana dengan suaranya yang bening. Di depan panggung itu pula kami sempat bertemu beberapa kerabat Podjok yang tampaknya sudah datang lebih awal.

keistimewaan itu ada di hati masyarakat Jogja…

Tidak begitu lama tinggal di sana, kami segera berkeliling ke arah Malioboro untuk menyaksikan kesibukan masyarakat mempersiapkan Kenduri Jogja. Kami lihat meja-meja kecil telah ditata sepanjang Jalan Malioboro tanpa ada putusnya. Di atas meja-meja kecil itu beberapa kelompok masyarakat yang kemudian berdatangan segera menata tumpeng yang mereka bawa untuk nantinya dinikmati bersama-sama.

tumpeng utama dikawal Bregodo Mantrijeron

Selain di Tugu Jogja, pusat keramaian pagi itu juga ada di titik nol kilometer, tepatnya di perempatan Kantor Pos Besar Jogja. Sebuah panggung yang lebih besar telah disiapkan. Masyarakat Jogja berbagai kalangan seolah tertumpah di sana dengan wajah berseri-riang. Keringat yang mulai menitik oleh matahari pagi tidak menyurutkan semangat mereka. Bendera-bendera kecil berbentuk segi tiga teracung di tangan mereka, bertuliskan “Ayo ke Jogja”.

doa bersama lintas agama dan kepercayaan…

Berenam kami mengambil posisi menyebar sambil menunggu acara pemotongan tumpeng dimulai. Kerumunan semakin meriah ketika dari arah keraton tampak iring-iringan petugas membawa tumpeng raksasa. Tumpeng berwarna putih yang melambangkan kesucian niat warga Jogja itu kemudian diletakkan di sisi timur panggung. Bagi masyarakat Jawa, tumpeng adalah simbolisasi ekosistem kehidupan. Bentuk kerucutnya yang menjulang melambangkan keagungan Tuhan Sang Pencipta Alam semesta, sedangkan aneka lauk-pauk dan sayuran merupakan simbol dari seluruh isi alam.

himbauan Sang Raja menyerukan harapan bersama: Ayo ke Jogja!

Tumpeng itu hanyalah sebuah simbol dalam mewujudkan rasa syukur seluruh warga Jogja setelah ujian terbesar berkaitan dengan erupsi Merapi telah dilewati. Masyarakat Jogja tak boleh terlalu lama terlena dalam kedukaan karena kehidupan yang lebih baik harus diperjuangkan demi masa depan generasi mendatang. Recovery Jogja harus didukung dan diwujudkan.

Walikota Jogja serta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa Jogja memang berduka terkait bencana alam yang melanda. Akan tetapi, warga Jogja yang telah bangkit kembali melakukan recovery kini mengundang semua orang dari luar Jogja untuk datang ke Jogja. Jogja sudah aman bagi wisatawan.

di tengah ribuan orang yang hadir, ada wajah yang kita kenal juga… 🙂

Doa dan syukur itu sebelumnya dilakukan bersama-sama oleh perwakilan masing-masing agama dan kepercayaan mewakili seluruh masyarakat Jogja yang semakin antusias mengikuti jalannya acara. Terlebih ketika Sri Sultan Hamengku Buwono menyampaikan beberapa patah kata diakhiri pemotongan tumpeng raksasa. Dengan dipotongnya tumpeng itu, seluruh warga yang berkumpul pun serentak riuh meneriakkan yel-yel “Ayo ke Jogja” sambil berjoget dengan iringan musik dari panggung di barat jalan.

puncak acara: pemotongan tumpeng oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X

Acara berikutnya adalah makan bersama. Sungguh menakjubkan. Kami melihat betapa masyarakat Jogja tua-muda bahkan kanak-kanak yang masih berada di gendongan ibunya tanpa memandang status sosial semua segera menyerbu tumpeng yang ada. Tumpeng-tumpeng kebersamaan yang telah disiapkan di sepanjang jalan pun segera dinikmati secara kembulan, satu tumpeng untuk beberapa orang. Beberapa pria berbaju batik rapi tanpa sungkan atau malu lagi duduk bersila persis di perempatan jalan untuk menikmati makan bersama. Semua orang tampak bergembira dalam aura optimisme menyambut masa depan yang lebih baik.

berlenggok dan berjoget mengekspresikan rasa syukur dan optimisme…

Beberapa orang masih menyelesaikan acara makan bersama itu ketika kami berenam pelan-pelan mengayuh sepeda kami ke arah pulang. Sungguh menyenangkan menyaksikan sebuah momentum istimewa, meskipun bukan berarti kami lalu menutup diri terhadap keistimewaan-keistimewaan dari momentum yang lain lagi. Dalam keterbukaan hati itulah sebuah keistimewaan mampu kami hayati. Hidup akan terlalu biasa tanpa hadirnya hal-hal yang istimewa.

tua-muda dengan semangat yang sama, menikmati tumpeng yang sama...

Menengok sejarah, karakter serta keragaman budaya dan masyarakat pendukungnya, Jogja juga istimewa, di tengah sekian banyak keistimewaan yang dimiliki Indonesia. Secara naif kadang kami berpikir, apa salahnya dengan keistimewaan? Agar hidup tak jadi terlalu monoton. Apakah kita benar-benar suka segala sesuatu yang seragam dalam segala hal?  Bukankah kata orang, tak bijak menaruh semua telor hanya di satu keranjang?

opoters tertangkap kamera 🙂

Meskipun begitu, tentu dibutuhkan jarak pandang agar sebuah keistimewaan bisa dilihat dan dirasakan. Mas Aat yang terlihat gelisah di barisan belakang pun sempat bergumam kepada diri sendiri: sesungguhnya, alangkah rikuh dan jengahnya ketika kita harus meminta sebuah pengistimewaan, sebuah pengakuan atas keistimewaan yang kita miliki.

tumpeng telah habis dan dibawa pulang, kami mengikuti dari belakang

Benar. Betapa pun seandainya secara historis-faktual kita memiliki keistimewaan itu, berteriak meminta sebuah perlakuan khusus sesungguhnya tetaplah bukan hal yang nyaman bagi kami. Akan tetapi, bagaimana jika hanya disediakan dua pilihan: diistimewakan atau dilupakan?

Agaknya, bagi kami yang dididik dalam ketatnya tradisi, unsur perasaan masih menjadi sebuah ukuran untuk menimbang sebuah tindakan. Apakah sikap kami ini masih kontekstual? Kadang kami memupus, jika situasi mulai tidak kami pahami, mungkin lebih baik kami menarik diri, berkumpul dengan keluarga, teman, dan tetangga yang sepaham dan satu bahasa: bahasa nurani yang entah apakah masih bisa bertahan di zaman kini….

***
Liputan ini kami dedikasikan kepada sahabat-sahabat onthelis serta KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia). Digerakkan oleh nurani, mereka terus berbuat bagi Indonesia. Lewat Solidaritas Onthelis untuk Duka Indonesia, onthelis ikut serta membangun jaringan air minum sepanjang 2.100 meter bagi warga Dusun Babadan, kecamatan Dukun, Magelang. KOSTI akan menggelar kongres di Jogja, Februari nanti.

Di tengah keprihatinan mendalam terkait ancaman lahar dingin Merapi, dalam khusuknya doa, mari tetap kita sematkan optimisme di dada. Ayo datang ke Jogja!

294 responses to “Ngonthel di Hari Istimewa Jogja

  1. Hanya orang-orang tidak istimewa yang tidak mau menghargai keistimewaan Yogyakarta…

    • Lha ini kalau dibalik: hanya orang-orang istimewa yang mau menghargai keistimewaan Yogyakarta. Kok tetep ada yang kurang pas ya? Ah, pusiiing… 🙂

  2. di tengah perbedaan dalam menyikapi sebuah persoalan, hanya satu yang saya jadikan pegangan. Sebuah kalimat luhur yang terinspirasi dari quotenya Pak Tjip.
    “Sing penting tertib….”

  3. Jogja sampai kapan pun tetap istimewa..

  4. Ha ha ha, terjebak ditengah ibu-ibu yang menyuruh kita ikut jongkok ternyata saya juga menangkap sekelebat kawan kita Opoter yang dengan lincah berhasil menerobos sampai persis depan panggung berdampingan dengan Pam Swakarsa paksikaton. Yogya memang istimewa, ngepit luwih istimewa, adhang-adhang saben pasaran paling istimewa

    • Lha, foto-foto ini bukti kehadiran Opoto yang mak jegagik sudah ada di depan panggung, meskipun agak ketar-ketir sepedanya aman apa nggak diparkir di trotoar. Hehe…

      Kata Mas Bantoro, foto tumpengnya pas dipotong itu malah mirip Merapi waktu erupsi…

      • Lha monggo dipirsani, ra persis tenan. Saya dan mas Aat cuma bisa nyawang dari belakang panggung, bisanya cuma kemecer lihat pada “kembulan” sekul tumpeng, takut ngeculke stang Pit hehe…Om Wong, yang low angle di depan Ngarso Dalem itu yang jempolan. hhhhmmm wis kangen Jogja. Salam.

  5. @ sudah ada dalam kamus kuno Indonesia.. Jogja = kota, Karta= Istimewa.. jadi sejak lahir memang sudah Istimewa tanpa diminta atau ditetapkan… sayangnya banyak orang dan atau pemimpin negeri ini yg belum baca kamusnya…hehehe.. salam ” ayo ke Jogja”…

    • Pak Rendra, kamus itu kan bahasa tulis. Sementara kalau orang nggak peduli dengan jejak-jejak tulisan, secara lisan bisa saja diucapkan: kota’ istimewa (terdengarnya: ko tak is ti me wa). Halah halah…

  6. humbermania defoc 0905

    tur nuwun mas noor : liputan istimewa di hari yang istimewa juga.Saya jadi merinding melihat antusiasme masyarakat yogya,sepertinya saya larut dalam euphoria itu.Euphoria yang benar2 tumbuh dari nurani masyarakatnya.Bali wae ke yogya po yo,salam dari DEFOC untuk temen2 yg lain

  7. ternyata masih ada yang belum bisa membedakan antara emas dengan kuningan. secara nyata ada keistimewaan yang sudah dari awalnya, kok mau dijadikan kuningan. seperti mas sahid mengawali bahwa mari kita menjadi yang istemewa agar dapat mengerti dan membedakan mana yang sudah istimewa mana yang hanya masih “lucu-lucunya
    ” agar dianggap istemewa ( teringat karikatur KR dulu ( kalau tak salah ) sewaktu ada seorang gubernur menyatakan bahwa jogja adalah bagian dari jawa tengah sehingga muncul gambar anak masih memakai popok yang baru belajar ngomong berhadapan dengan seorang berwibawa memakai pakaian tradisional jogja ! ). ayo ke jogja !

  8. Status Keistimewaan Yogyakarta adalah justru menjadi pertanda atau simbol resmi bahwa negara Republik Indonesia lahir dari proses perjuangan panjang yang dibayar dengan pengorbanan keringat, darah, harta dan kehormatan para leluhur.

    Masalah keraguan Pemerintah Pusat mengenai apakah Raja selanjutnya benar-benar fit dan proper untuk otomatis menjadi Gubernur DIY sungguh melecehkan nilai-nilai kearifan lokal. Kesultanan Yogyakarta yang masih bisa berdiri kuat sampai hari ini selama 254 tahun menunjukkan bukti kualitas kepemimpinan Sultan HB I sampai dengan Sultan HB X. Kraton tentu memiliki sistem assessment yang sudah teruji untuk mekanisme penobatan seorang Sultan.

  9. Mas Faj, jadi ingat cita-cita Gubernur Jateng (alm) Suwardi yang pengin menggabungkan DIY dengan Jawa Tengah hanya karena alasan DIY kecil dan Kodam IV Diponegoro juga sudah membawahi DIY. Hanya saja kemudian kuwalat kesandung perkara korupsi hingga akhir hayatnya

  10. jogja..jogja.. tetap istimewa
    Istimewa negrinya, istimewa orangnya…
    Jogja..jogja.. tetap istimewa
    Jogja istimewa, untuk indonesia……..

  11. @ kenduren dhahar kembul antara raja/gubernur dengan rakyatnya di jalanan hanya bisa terjadi jika sang Pemimpin memang bener2 dicintai dan “disuyudi” oleh rakyatnya, ini peristiwa sangat istimewa , tdk akan pernah ada ditemui di derah lain (kecuali di rekayasa).. bahkan org lain yg bukan warga/asli Jogjapun serasa ikut menikmati “atmosfir” keistimewaan itu.. ayo ke Jogja.
    @ mas Sahid, mas Noer,mas Bagus dan poro kadang lain, beruntunglah poro kadang semua diberi kesempatan olehNYA utk menjadi warga Jogja.. salam

  12. Pak Rendra ada loh negeri yang istimewa tapi direkayasa yaitu di negeri lelucon. Negeri tempat orang hukuman (napi) diberlakukan secara istimewa sehingga dapat keluyuran jalan-jalan dengan bebasnya ke pulau Dewata hingga manca negara. Pun ada tersangka atau terdakwa bisa menjadi pemimpin (kepala daerah). Pak Rendra pasti kenal nama negeri itu, hehehee. Negeri tempat penyelenggaraan negara dimainkan saenak udele dewe. Contohnya, tersangka korupsi bisa melantik stafnya di balik jeruji penjara alias hotel prodeo. Nah ini membuktikan ternyata untuk menjadi pejabat negara pun tak butuh rasa malu. Wah, waaahhh ironi dalam demokrasi.

    Ternyata demokrasi menghasilkan pemimpin yang tak jujur, tak bersih dan tak tahu malu. Alih-alih mau melakukan pendidikan politik pada masyarakat agar memilih pemimpin yang jujur, eehh ternyata kekuatan politik justru malah berkonsentrasi penuh merebut kekuasaan untuk memenangkan calonnya. Beragam cara dijalankan termasuk politik uang. Alhasil, pemimpin bukannya melakukan pendidikan politik tapi malah melakukan pembodohan politik pada rakyat. Yaaa akhirnya banyak pemimpin yang terpilih Itu menjadi tersangka .

    Pak Rendra, selain negeri lelucon, negeri ini juga dikenal sebagai surga bagi para narapidana karena penguasanya tak punya tepo sliro (bedebah). Tahukah ciri-ciri para bedebah itu. Yaa mereka kalau berkata isinya dusta, kalau berikrar mereka ingkar, kalau diberi amanat mereka kianat, hidupnya mewah sementara rakyatnya tuk makan harus mengais sampah.

    Negeri yang katanya gemah ripah lohjinawi nyatanya ada rakyatnya makan sampah. Beda dengan orang lain, saudara kita (pemulung) menyambut sampah sebagai sumber rejeki mereka. Bukan hanya plastik dan barang bekas lainnya yang bisa dimanfaatkan, tapi makanan bekas. Makanan sisa ini seperti kue, sayur, roti, atau buah-buahan setengah busuk digunakan untuk penawar lapar, ironis memang. Tapi inilah kenyataan saudara kita satu bangsa. Tunjangan dan bantuan untuk warga miskin hanya gembar gembor belaka, karena mereka tak pernah menerimanya. akhirnya hanya dari sampah mereka bisa bertahan…. Salam dari Pak Kluwek On The Way (OTW)

  13. @hehehe..Pak Kluwek sdh mendendangkan “intro” yg menggigit nih, topik yg selalu up to date mspn sesungguhnya sdh berjalan lama.. monggo poro winasis “unjukan lan nyamikanipun”dipun rahabi, ankringan ini memang menunya Istimewa… dang slalu kebul kebul…btw mas Kluwek tgl 26 feb mudik ke Jogja to, mau ada kenduren onthel lho…hehehe. salam onthel dr kampung Karawang.

  14. Waaah ndak bisa mudik pak Rendra, lagi blusukan ke apartemen maupun real estate mewah yang hanya mampu dibeli orang-orang berkantong tebal. Coba banyangkan satu unit apartemen kisaran harganya Rp3 miliar hingga Rp 6 miliar, bahkan lebih. Ngomog-ngomong beberapa tahun kedepan, setelah Tangerang dengan kota mandiri Bumi Serpong Damai-nya dan Bekasi dengan kota mandiri Grand Wisata-nya, kampung Karawang pun kini tengah bergeliat menuju kota mandiri loh pak Rendra. Banyak pengembang kelas kakap mengepakan sayap bisnisnya ke kawasan Karawang. Si Kluwek OTW cuma pesan kobarkan semangat “ayo ke Jogja”
    Begini bapak-bapak onthelis semuanya, ontran-ontran tentang keistimewaan Yogyakarta seharusnya tak terjadi. Apabila para pemimpin di pusat memiliki wawasan kebangsaan, mempunyai visi yang luas, pemimpin yang paham sejarah perjuangan bangsa maupun pemimpin yang berkarakter negarawan. Kita sudah punya Pancasila dan UUD 45, apalagi dalam pembukaan UUD 45 itu tercantum hakekat yang mau dicapai bangsa ini. Namun nyatanya, pemerintahan negara ini setelah proklamasi dalam menjalankan amanatnya tidak betul-betul mengacu pada nilai-nilai luhur Pancasila. Sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya pepesan kosong belaka (istilah Syafii Maarif telah lama menjadi yatim piatu). Inilah yang menimbulkan kesenjangan sosial yang berakibat terjadinya pergolakan. Pun, pemerintahan sekarang ini kurang pahan tentang ke khasan Yogyakarta yang sejak dahulu serba momot beragam budaya, suku, agama, serta latar belakang yang diperkaya oleh budaya Jawa makanya disebut daerah istimewa.
    Sebagai generasi muda yang dibesarkan di Jogja dan kini mengembara di kota metropolitan yang serba kesusu dan semrawut, saya si Kluwek OTW berpendapat : janganlah mengajari Yogyakarta tentang demokrasi. “Boro-boro mau berdemokrasi nyatanya demokrasi hanya sebagai alat atau ajang rebutan kursi yang menghasilkan sesuap nasi dan seonggok Mercy dengan membodohi dan membohongi rakyat. Katanya demokrasi itu kekuasaan ditangan rakyat, lohh nyatanya rakyat disuruh milih calon a, b, c dari tingkat nasional hingga daerah. Saat ini rakyat hanya butuh kesejahteraan lahir dan bathin, bukannya janji sana, janji sini.
    “ Pemimpin itu ibarat mata air, kalau mata air itu jernih air yang mengalir dibawahnya juga ikut jernih, tapi bila air itu keruh (buthek) air yang mengalir dibawahnya ikutan keruh”.

    • Pak Kluwek, jangan-jangan ini semua karena kesalahan Joshua yang waktu kecil sempat memberi inspirasi para politikus kita lewat lagunya: diobok-obok airnya diobok-obok, ada ikannya kecil-kecil pada mabok. Nah lo… Biar semua bening kalo diobok-obok melulu? 🙂

  15. bukan main Jogja ini! dengan reporter khas gus Wong Agung, Jogja tambah wangi..!
    @ Gus Rend,Gus Wong ada daerah yang mempunyai PENGEMBANGAN sangat mencolok mata…didaerah lain mengembangkan pemukiman ORANG HIDUP, tapi di timur Jakarta bahkan ada Real Estate yang …maaf buat ORANG MATI! Bukti sebuah KESEJAHTERAAN DUNIA buat yang yang MATI dari YANG HIDUP! San Diego Hills the place where you can sleep peacefully.!…. in PEACE? jadi inget Eleanor Righby-nya The beatles….

    • @Kyai Branjang, itu fenomena menarik. Sewaktu kecil, saya akrab dengan seorang kakek, namanya Bah Mo Thay. Dia suka mendongeng dan membuatkan saya mainan. Ketika dia meninggal, anak-anaknya membuatkan rumah-rumahan yang tampak mewah lengkap dengan perabotan. Kata mereka, itu merupakan doa agar orang tua yang mereka cintai akan mendapatkan kenyamanan di akhirat sana.

      Di sisi lain, ada seseorang mengatakan, kalau kita memberi uang pada seorang anak jalanan karena kita ngeri membayangkan seandainya anak-anak kita sendiri harus menjalani kehidupan seperti mereka, maka sebenarnya pemberian kita itu lebih sebagai tindakan menghalau ketakutan kita sendiri. Intinya, itu sebagai cara mempernyaman diri sendiri, bukan karena pengin memberi.

      Nah, motif persembahan dari yang hidup untuk yang mati itu lebih dekat dengan kasus pertama atau kedua ya?

      Hidup itu hanya menunda kekalahan, kata Chairil Anwar. Bagi Putu Wijaya, hidup hanya untuk menunggu telegram (teknologi waktu itu) kematian orang-orang terdekat. Atau menunggu Godot, bagi Samuel Beckett. Atau kata Leo Kristi: setelah lewat tikungan akhir, dataran biru, selamat tinggal! Trus kata Linus Suryadi AG: saya pikir-pikir, saya rasa-rasa, hidup tak perlu dipikir, tak perlu dirasa…. 😀

  16. @Mas Max’s
    Wah, kok sudah nyanyi-nyanyi ini pasti semangatnya juga sedang tinggi-tingginya. 2011 semua istimewa kan? 🙂

  17. Waah ini, mengenai tempat peristirahatan terakhir bak taman nan apik lagi prestisius saya coba melihatnya dari sisi bisnis properti.

    Memang tak terbantahkan lagi setelah pasca krisis ekonomi yang menghantam negeri ini, bisnis sektor properti kian menampakan pertumbuhan yang signifikan. Beragam produk properti semacam trade center, apartemen, real esate, tak terkecuali tempat peristirhatan terakhir. Apalagi dipermudah oleh kalangan perbankan dengan mengucurkan kredit properti, sehingga banyak pengembang berani membangun proyek properti kelas atas atau premium. Hal ini juga ditambah dengan pola gaya hidup terutama kalangan atas, tak hanya ingin rumah tampil wah, praktis, privasinya terjaga dan hunian harus smart (smart home). Tak sampai disitu, rumah istrahat terakhirnya pun harus bersuasana tenang, rapi, nyaman bak taman firdaus nan indah.

    Selain taman istirahat San Diego Hills, juga ada Taman Kenangan Lestari yang berlokasi di Karawang Barat. Taman makam Lahan seluas 23 hektar ini dibangun layaknya perumahan mewah, lengkap dengan fasilitas taman dan keamanan 24 jam. Hebatnya lagi ukuran kavling tanahnya beragam pilihan. Sedari makam tunggal, ganda keluarga , VIP, dan royal zone yang dilengkapi dengan feng shiu yang ideal. Pemilik makam pun bisa membuat taman, kebun, dan kesenangan almarhum. Enaknya lagi, keluarga alamrhum tak perlu dipusingkan biaya perawatan tiap tahunnya. Karena biaya untuk perawatan telah dibayar saat pembelian kavling plus biaya keamanan 24 jam untuk selamanya. Taman makam ini bisa dipakai oleh penganut Tao, Budha, Kristen Prostestan dan katholoik, atau lainnya. Berminat, hehehee…kantongnya harus tebal…

    Ki Lurah Opoto dalam dalam motif persembahan tersebut, saya condong kasus yang kedua. Perbedaan antara orang barat dan orang timur adalah bagaimana seorang anak membalas dan mengenang budi dan kebaikan orang tuanya. Itu makanya dalam budaya timur,khususnya di daratan Cina, sangat memperhatikan kebaikan dan keindahan makam nenek moyangnya. Keyakinan bahwa dengan menyediakan tempat pemakaman yang baik akan membuat orang yang ada didalamnya akan merasa tenang. Hal ini sangat dipegang teguh olah masyarakat Tionghoa, termasuk mereka yang telah menjadi warga Indonesia. Menurut mereka jika orang tua merasa senang di alam kubur, maka kehidupan dari anak keturunan yang ditinggalkannya akan menjadi lebih baik….Waaah apa betul yaa ?

    Lahh Ki Lurah, kalau ngelengkapi onthel perlu dipikir atau dirasa ndak yaa….hehehehehe

    • humbermania defoc 0905

      sugeng tepang kang Mas Kluwek : hidup sepertinya pilihan,demikian juga properti.Sebetulnya itu pinter2-e si pengembang mengembangkan daya kreasinya,mungkin ijin awal sandiego hills perumahan (berhubung daya beli konsumen unt rumah turun,ya coba2 jual kavling makam) tapi skr malahan jadi trend (bagi yg berlebih tentunya).
      ‘Urip mung sakdermo mampir ngombe’,ya setelah mampir ngombe mampir di akherat dulu,biarkan para malaekat mengkalkulasi sepak terjang kita didunia.Salam Kang Mas

  18. Saya setuju dan percaya sepenuhnya dengan pendapat Ki Kluwek OTW, merawat makam leluhur bagian dari bakti seorang anak terhadap orangtuanya dalam arti luas. Manfaat dunia dan akherat tentu saja tetap dari Tuhan yang memberikan rahmat dan berkah melimpah bagi Hambanya yang menjalankan perintah-Nya karena pada dasarnya ridha orantua (leluhur) adalah ridha Tuhan.
    Saya jarang menemui orang sukses yang lupa pada leluhurnya, karena mereka meyakini bahwa kesuksesan sekarang adalah perjalanan sejarah panjang yang dirintis para leluhur.
    Kalaupun kita tidak mengenali leluhur di atas kakek kita karena minimnya dokumentasi pada masa lalu, aliran DNA berkualitas yang kita miliki tentu saja menjadi warisan berharga sekaligus hutang budi kita kepada para leluhur.
    Beruntunglah bagi orang-orang yang memiliki kejelasan data silsilah keluarga karena mereka berkesempatan mengirim doa leluhur dengan alamat orang yang jelas.

  19. Ulasan yang menarik Pak Sahid. Saya kagum dengan budaya negeri tirai bambu ini, yang memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang tuanya (nenek moyang). Hebatnya lagi selalu tak bisa lepas dari unsur Feng Shui, termasuk makam para leluhurnya. Sedari penataan letak hingga perlengkapannya. Menurut Hong Xiang Yu, seorang pakar Feng Shui, sebenarnya Feng Shui (Hong Sui dalam dialek Hokkian), adalah seni menata tempat, baik bangunan hingga sebidang tanah. Menurutnya Feng Shui adalah suatu ilmu yang pada awalnya dilahirkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Selain itu, manusia pada awalnya mengamati sekelilingnya, kemudian mengambil suatu kesimpulan bahwa dengan format tata letak bangunan tertentu akan mendatangkan semacam energi (chi) yang baik yang member pengaruh positif pada manusia.
    Prinsip Feng Shui, pada makam para leluhur orang Cina sebenarnya berdasar pada sistem kerajaan. Dalam sistem tata kerajaan, dimana sang raja berada, di kanan kirinya pasti ada penjaga (bentuknya seperti sayap sebagai pelindung makam) Dan bila raja duduk, maka dibelakang ada sandarannya (perbukitan), sedang di depan adalah pejabat-pejabat yang sedang menghadap sang raja (di depan makam ada hamparan tanah ang lebih rendah dan beberapa bangunan yang diibaratkan sebagai sesuatu yang menghadap sang raja.

    Kebetulan saya pernah di undang melihat pemakaman mewah ini, Kalau saya perhatikan semuanya memang sangat tertata dengan baik, rapi, bersih dan tertip. Bahkan ada desain bangunan makam yang sesuai dengan tanggal lahir. Lalu ada penentuan tanggal dan hari yang baik untuk membangun makam. Huaduh, tentunya memerlukan biaya yang tak sedikit……

    Ki Lurah Opoto, jangan-jangan onthel yang benar-benar asli keluaran Cina (bukan Surabaya) juga menggunakan prinsip ilmu Feng Shui ini. Sebab saya pernah bertanya pada seorang kakek di kampung saya, kalau onthel asli Cina sangat cocok bagi kebanyakan orang Indonesia, dan nyaman saat dikendarai. Menurut sang kakek frame (rangka) onthel Cina lebih panjang dan sesuai dengan bentuk tubuh orang Asia ketimbang onthel keluaran Eropa yang framenya pendek dan cenderung tinggi. Harganya pun terbilang mahal berkisar Rp1,5 jutaan. Waah, wah ini menurut perkiraan saya loh….entah benar atau salah saya serahkan pada pakar onthel, hehehehe ……

  20. wah tambah gayeng angkringane……….
    memberikan ungkapan apresiasi/penghargaan/penghormatan bagi poro leluhur akan banyak bentuk, model & variasinya dan tentunya akan sangat kental dengan yang namanya adat istiadat/daerah, kepercayaan/agama, keyakinan di satu sisi, disisi yg lain tentu jg berkaitan dengan biaya, kesempatan, tempat, “titi mongso”/dino apik (petungan dino) ……wah akeh tenan variabel-nya —-> mungkin itu hanya hardware. Tentunya dari software-nya juga harus selalu di update (bagaimana para generasi penerusnya bisa mencontoh/meneruskan/mengembangkan hal-hal yg baik poro leluhur utk lebih “mapan lan kepenak njobo lan njero” sebagai seorang “jalmo menungso” .

  21. @hebatnya angkringan ini adalah segala sesuatunya berjalan “spontan”, segala macam topik bahasan bs menari lenggak lenggok keluar masuk angkringan dengan elegan.. selalu muncul wawasan baru yg sangat bermanfaat dengan cara yg sederhana.. cerita mas Won tentang Bah MO Thay tlh memancing sebuah pertanyaan yg menggelitik.. utk kepentingan siapakan “rumah mainan” yg dibuat di pusara sang Thayhiap td di buat?.. dlm era sekarang sesungguhnya San Diego Hill Kuburan super Mewah itu dibuat utk siapa? benarkh ini bagian dr penghormatan seseorang kepada para leluhur atau sekedar memelihara sebuah gengsi dikalangan para org kaya, atau bentuk kecerdasan dasn naluri bisnis si penggagas utk menggarap tradisi pengormatan yg dipadu dengan gengsi? Bahkan seorg Sudwikatmono yg asli “jawa” juga telah “rela” ditidurkan ditempat yg kenthal dgn dengan budaya feng sui, bukan lagi di makam yg bernuansa “jawa” dengan doa dan kidung khas Jawa.. ini sunguh membingungkan.. org yg sdh meninggalpun tetap menjadi obyek” permainan” ahli warinya yg masih hidup.. saya kok tetap terkesan dengan permintaan Bung Karno sebelum meninggal..’ kelak makamkan saya di sebuah tempat yg teduh dibawah pohon rindang dan sungai yg mengalir gemericik”… beliau telah mengatur hidup dan matinya dengan penuh rasa merdeka.. sebuah permintaan sederhana yg sepertinya sarat makna..

    • Point of view yg luar biasa, Pak Rendra.
      Saya juga sempat terlintas pemikiran, kok di San Diego ya? Kalo saya jadi Sudwikatmono, saya memilih dikebumikan di pucuk bukit. Di daerah plered banyak, tinggal pilih.
      Mengenai San Diego dan ngompliti kuburan (koyo onthel wae), menurut saya ada dua fenomena yg berbeda. Ngompliti kuburan adalah kebudayaan sejak dulu, yang pastinya sarat dengan kepercayaan seperti yang sudah diceritakan di atas. Di beberapa kuburan Cina di tempat lain juga demikian prakteknya, meski mungkin tidak seekstrim di San Diego (rung tau weruh je).
      Perkara kecampuran oleh gengsi, itu tak terhindarkan. Kalo muslim, jenis ONH nya juga menentukan gengsi dari hajinya seseorang… Artinya, itu memang sifat dasar manusia.
      Nah kalau San Diego (Uno- anake Mien Uno), saya melihat lebih ke kejelian developer untuk membuka bisnis baru yg blue ocean. Tidak banyak saingan, beda dengan red ocean yg paten2an seperti bisnis real estate atau telko. Developernya sangat jeli menangkap sisi budaya target marketnya lalu menjadikannya bisnis. Jadilah ia sebuah produk komersial- beda dari pemakaman pada umumnya yg bersifat sosial. Brand-nya dibangun menjadi tempat peristirahatan yg paling bergengsi. Awalnya lewat reportase di TV (ala Agung Sedayu dan Fenny Rose), lalu bikin event berupa konser musik klasik di lokasi. Lalu diperkuat dengan berita di koran bahwa orang2 kaya yg meninggal banyak yg dikebumikan di sana. Duar! Jadilah ia menjadi tempat paling bergengsi untuk orang mati.
      Bergengsi bagi keluarga yang ditinggal, belum tentu berarti terbaik bagi orang yang meninggal…

  22. @ mas Aat nah disini sebetulnya kata kuncinya” belum tentu terbaik buat yg meninggal” padaha dia adalah “subyek” tp kemudian diplintir menjadi “obyek”.. dunia telah kenalik balik.. Tuhan pasti tertawa sedih, alam baka yg seharusnya serba suci dan tafakurpun telah di intervensi oleh “kerakusan” bisnis.. kidung Megatruh yg sakral dan Tahlilan yg suci.. akankah dinodai?..sungguh sebuah ironi yg telak…

  23. Suatu sore, seorang teman minta diantar di sebuah tempat massage langganannya. Kepada resepsionis dia minta agar therapistnya jangan yang cantik. Lalu saya tanya, kenapa dia begitu mendiskriminasikan orang cantik. Kasihan kan, kalau ada therapist yang pijatannya oke tapi nggak pernah dapat job hanya gara-gara dia cantik? Teman saya agak terkejut. Sudut pandang saya aneh, tapi akan dia pertimbangkan, katanya.

    @Mas Aat, bergengsi bagi keluarga yang ditinggal, juga belum tentu berarti buruk bagi orang yang meninggal, kan? Hehe…

    @Pak Rendra, Subjek (konsumen) dan subjek (penyedia jasa) memang semestinya tidak saling berlaga. Mereka bisa membuat kesepakatan win-win solution yang juga mengindahkan kepentingan mendiang. Tapi memang tak jarang ada pula penjual yang hanya memberikan ‘konteks’ palsu. Yang penting proposal penjualannya tampak masuk akal dan laku. Hayo, Pak Kluwek dan Mas Aat, ini boleh dicontoh, tapi tolong jangan ditiru ya… 😀

  24. @ mas Aat, tolong jangan ditanyakan terapist yg cantik itu, temen mas Wong saja tdk berani pesan kok saat pergi berdua mas Wong..hehehe.
    @ mas Wong mungkin sang penjual tdk akan mengatakan telah memberikan”konteks palsu”, ia hanya mengatakan ini “konteks KW super lho”…wkkkk

  25. Obrolannya tambah ramai yaaa…..Ki Lurah Potorono

    Gini Pak Rendra, menurut saya itu memang peluang bisnis. Dan bisnis adalah bisnis ga ada urusan dengan tetek bengek yang lainnya. Ini dilihat dari sisi pelaku bisnis ini. Bila dilihat dari sisi keluarga almarhum menurut saya benar seperti yang dikatakan Pak Sahid di atas, meskipun biayanya tidak murah. Berkat bimbingan orang tua (leluhur) mereka menjadi sukses, lalu mereka ingin membalas kebaikan lelulur mereka dengan seperti dikatakan Pak Suga. Kebetulan mereka berkantong tebal plus gaya hidup yang ingin praktis dan tak ribet. Masalah baik atau tidak bagi almarhum dengan dimakamkan di makam mewah itu di akheratnya urusan Tuhan bukan urusan manusia lagi.

    Lalu gini pak Rendra tak ada salahnya dong orang belajar ilmu Feng Shui bahkan menggunakannya dalam kehidupan bagi yang percaya. Bukankan Baginda Nabi Muhammad SAW berkata “Carilah Ilmu walaupun itu harus ke negeri Cina”. Saya sangat sependapat dengan Pak Suga yang berkata “Bagaimana para generasi penerusnya bisa mencontoh, meneruskan, dan mengembangkan hal-hal yg baik poro leluhur utk lebih mapan lan kepenak njobo lan njero sebagai seorang “jalmo menungso” . Ketimbang kita bicara nasionalis, demokrasi, jati diri, karakter bangsa tapi nyatanya hanya pepesan kosong belaka. Yang terjadi nyatanya plintir sana, plintir sini, obral janji sana, janji sini. Buktinya, jauh dari kenyataan.

    Gini Bang Aat, menurut saya, Tuhan tak menanyakan apakah dikubur di puncak bukit, San Diego Hills, atau di bawah pohon rindang dan sungai yg mengalir gemericik. Tuhan hanya menanyakan amal perbuatan manusia saat hidup di dunia. Soal makam mewah ini yaa seperti bang Aat bilang tadi lebih ke kejelian developer untuk membuka atau menangkap peluang bisnis baru dengan beragam strategi pemasarannya. Bisnis makam mewah ini tak hanya ada di Indonesia tapi juga ada di Taiwan, Hongkong, Singapura, Cina, dan Malaysia. Bahkan konon yang ada di Malaysia merupakan yang terbesar di Asia dan terbesar ke dua di dunia.

    Ki Lurah Opoto, saya pernah ngobrol dengan seorang manager pemasaran properti yang ngobral proyeknya dengan muluk-muluk seperti bebas banjir, mudah diakses, nyaman, dll, dan ini saya bantah karena tak sesuai dengan kenyataan dan akan merugikan konsumen. Hehehe..justru saya kena damprat. Kata sang manager “Ini mau tanya-tanya atau investigasi, atau anda ketempat lain saja”. Lalu ditegorlah saya oleh atasan. Wahhhh memang banyak kepentingan kalau udah berurusan dengan yang namanya Rupiah. Sekali lagi Rupiah…..

    “Mainlah keluar, ke alam terbuka. Dari situ kita bisa menarik seabrek pengalaman. Pengalaman yang bisa diterapkan sebagai konsep belajar dan membuka diri sendiri”

    • Kalo masalah Tuhan tidak melihat dimana kita dikuburkan, melainkan amal ibadahnya, ini pasti semua setuju. Hubungan manusia dan Tuhan memang serba misteri dan tak perlu diperdebatkan karena tak seorangpun dunia yang tahu. Dan konteks pendapat saya memang tidak di situ.
      Saya cuma berandai-andai kalau saya jadi Sudwikatmono, yang profilnya bayangan saya mirip Suharto, baik dari segi budaya, kekuasaan dan kekayaan. Saya tentu akan lebih bahagia bila dikuburkan di tempat semacam Astana Giribangun, Imogiri, dsb karena alasan budaya yang saya percayai.
      Alangkah malangnya saya bila ternyata saya “cuma” dikebumikan di San Diego karena keturunan saya merasa lebih gengsi, dimana gengsi ini eksis karena bentukan industri komersial yang tak kenal tetek bengek itu.
      Ini cuma berandai-andai lho… Bisa juga ternyata Pak Sudwikatmono memang menginginkan dikebumikan di situ dan sudah merasa bahagia di sana. Cuma beliau dan keluarga yg tahu. Saya sih cuma sok tahu, biar gayeng aja..

  26. @Pak Rendra dan Mas Aat
    Hahaha… Artinya, jangan buru-buru mendiskreditkan semua yang tampak bagus to. Bagus, cantik, itu belum tentu buruk. Meskipun pengalaman memang mengajari: terlalu bagus itu biasanya tidak bagus. Lha wong X-frame, all black, all original, kondisi cat/sticker 99% kok ditawarkan 1,5 juta (ini harga patokannya Pak Kluwek lho). Coba, ini bagus, terlalu bagus, atau pertanda buruk? 😀

    Saya pernah tanya di Manggadua: maksudnya KW super itu apa? Dijawab penjualnya dengan cepat: Dilihat sama, diraba beda! Lha tapi kalau urusan therapist kan urusan meraba? Hehe… Kalau urusan X-frame?

  27. Sorry, tadi beloknya nggak ngeplang dulu. Dilanjuuut!
    Soal konteks penjualan, di Jogja ada penawaran aneh. Kalau beli 1 kijing (nisan), dapet bonus 1 kijing lagi. Kalau nggak paham konteksnya, orang yang baca pasti mangkel dan merasa konyol. Apa senengnya dikasih kijing? Ternyata, setelah saya tanya-tanya, bonus itu akan sangat menarik bagi keluarga yang mau ngijing leluhur: kakek-nenek, bapak-ibu.

    Di dunia onthel, saya tahu ada orang yang jago menciptakan konteks yang mendukung nilai produk yang ditawarkannya. Siapa lagi kalau bukan Pak Yudi Kasim (Halo Pak Yudi…). Beliau pakarnya sehingga pembeli jadi tahu kegunaannya, nilai historisnya, keistimewaannya, dsb!

  28. @ Ki Humbermania

    Salam onthel Pak Humbermania. Sebenarnya San Diego Hills itu, peruntukan awalnya memang untuk pemakaman sebagai pelengkap fasilitas Kota Mandiri. Kota mandiri berkembang sejak dekade 90-an dan merupakan kawasan-kawasan pemukiman baru di sekitar Jakarta (karena Jakarta udah padat) seperti Bogor ada proyek Sentul City, Tangerang ada BSD City, Lippo Karawaci, Summarecon Serpong, Bekasi ada Lippo Cikarang, Grand Wisata, Kota Jababeka. Bahkan telah menjangkau daerah seperti Bandung ada Kota Baru Parahyangan, ada juga Solo dengan Solo Barunya…..

    Kota mandiri sebenarnya merupakan strategi pemasaran proyek properti oleh pengembang dengan menciptakan kawasan yang serba ada dan terintegrasi. Sedari properti komersial semacam mal, ruko, perkantoran, dan lainnya. Properti residensial (hunian), fasilitas rumah sakit, pendidikan, fasilitas rekreasi, sarana olah raga, tempat hiburan dan seabrek fasilitas lainnya. Ohh yaaa ada juga fasilitas pijat, spa, massage plus wanita cantiknya, hihihiiii. Dan juga tempat pemakaman. Semua fasilitas itu berada dalam satu kawasan kota mandiri dan tertata dengan rapi dan terencana. “Bisa dibilang kebutuhan sejak lahir hingga menghembuskan nafas terakhir dapat diperoleh di kota mandiri”.

  29. @ lha kalau terapist yg dicritakan diatas termasuk KW berapa? hehehe..
    @ mas Kluwek.. rasanya tiap org memang bebas memiliki sudut pandang.. mungkin bagi para pengembang/pengusaha dlm tiap langkahnya akan dominan dipengaruhi pertimbngan bisnis/ duit.. sehingga dlm konteks San Diego Hill telah dgn jeli memanfaatkan kekuatan tradisi pemakaman ala etnis Tionghoa dll menjadi sebuah peluang bisnis..
    sy memang tdk tau soal Feng Sui, pertanyaannya apakah feng sui berlaku juga bagi org yg sudah meninggal? apa ada peruntungan buatnya bila dimakamkan sesuai Fengsui.. bukannya seperti yg mas Kluwek katakan itu semua urusan yg Diatas?.. sebenarnya sy hanya ingin mengatakan bahwa sesuatu yg berada di “perbatasan” sebaiknya lebih nyaman kalau sesuai dgn syariah agama dan kepercayaan dan bahkan kultur masing2… bukan oleh kepentingan bisnis semata.. bahkan ucapan terimakasih dan tanda bakti kita kepada leluhur rasanya akan lebih baik dengan cara selalu mendoakannya ,melestarikan nasehat2 baiknya, meneladani kebaikannya dan bagi kita dlm menjalani hidup berusaha agar tetap “ngerel” atau istilahnya sahabat OPOTO ” sing penting tertib”..krn Tuhan memang hanya akan menanyakan amal perbuatan kita..nah rak tambah ndladrah to..hehehe.. tapi semua itu cuma sudut pandang lho mas… dan kita akan merasa memiliki kemerdekaan selama kita masih punya sudut pandang yg merdeka pula..
    @ mungkin sedulur angkringers OPOTO perlu datang meninjau sendiri ke San Diego Hill utk membuktikan kemegahan ” bisnis” tsb, kebetulan lokasinya sangat dekat dengan tempat tinggal saya, dan dengan senang hati sy menunggu kerawuhan penjenengan.. saya siap menyiapkan onthel dan menjadi guidenya .. tp penjelasan teknisnya kita hrs mengajak mas Kluwek yg lebih kompeten dibidang itu.. setujuuu?…

  30. @ Pak Rendra dan Bang Aat

    Saya coba menelaah dari aktivitas ekonomi (sektor riil) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat negeri ini. Dengan pertumbuhan dunia properti yang marak seperti saat ini yang bertumpu pada landasan yang lebih kokoh tanpa pinjaman dari bank, banyak pengembang betul-betul merogoh koceknya sendiri untuk mengembangkan proyek propertinya, alhasil sektor properti mampu membangkitkan aktivitas ekonomi dengan triliunan rupiah berhasil beredar dipasar. Apa artinya ini, Tidak lain dari cerminan besarnya pergerakan aktivitas ekonomi dan harap maklum sektor properti memang sangat luas, mencakup ratusan jenis industri, perdagangan dan jasa. Hal ini tentunya menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Contoh, proyek properti mulai dibangun tentu memerlukan tenaga studi kelayakan, lalu tenaga perancang, arsitek, dan juga surveyor. Pada saat kontruksinya dibangun perlu tenaga kontraktor, jasa manajemen proyek, supplier giliran yang bergerak. Pada tahap berikutnya industri bahan bangunan, interior, perbankan. Lalu saat proyek itu hampir rampung tampil pula jasa pemasaran, iklan, broker properti, konsultan hukum dan jasa-jasa lainnya.

    Nah, untuk membangun puluhan proyek properti semacam trade center, mal, ruko, apartemen, hotel, rumah, makam mewah tadi, dan lainnya dengan nilai kapitalisasi triliunan rupiah, tentunya memerlukan ratusan bahkan ribuan tukang, jutaan ton semen, jutaan keramik, saniter, jutaan meter kabel, dan sebagainya. Sektor properti ternyata juga padat karya, alias banyak sekali menyerap tenaga kerja. Selain itu bisnis properti menciptakan aktivitas di sektor informal. Contohnya, para pekerja proyek ini akan menerima upah, kemudian membelanjakan sebagian penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan. Nah di sekitar proyek properti ini biasanya tumbah warung tegal (warteg) untuk pekerja makan. Warteg ini pun memerlukan pasokan beras, sayur, ikan, dll, sehingga petani maupun nelayan pun ikut menikmati rezeki yang menetes dari pembangunan ratusan proyek-proyek propeti tadi. Alhasil sector properti ikut mendorong aktivitas bisnis lain, sekaligus menggerakan perekonomian secara keseluruhan baik di sektor formal maupun informal.

    Nah, pergerakan ekonomi inilah yang sangat dibutuhkan rakyat negeri ini untuk mensejahterakan dirinya. Saat ini rakyat tak butuh jargon-jargon politik, janji-janji, gengsi, dan lain-lain. Rakyat butuh pekerjaaan untuk makan, pendidikan, papan, tanang saat menjalankan ibadah. Rakyat saat ini butuh kesejahteraan lahir dan batin yang telah lama dicita-citakannya sejak Repoeblik ini diproklamasikan.

    Mengapa dunia properti kita kalah dengan Malaysia, Pilipina, Vietnam, Cina, apalagi dengan Singapura. Karena kita tak mau belajar dengan mereka yang telah berhasil mensejahterakan rakyatnya. Di negeri ini terlalu banyak kepentingan-kepentingan politik praktis yang selalu saling sandra. Seandainya sektor properti kita ini maju dan selevel dengan negeri tetangga, tak perlu ada saudara kita yang makan sampah, tak perlu ada saudara kita hanya untuk mencari nafkah teraniaya di negeri orang, tak perlu ada orang tewas karena keracunan tiwul, dan bangsa ini tak perlu dilecehkan oleh bangsa lain. Tentu saja hal ini harus didukung oleh pemimpin yang benar-benar memegang dan mejalankan amanat penderitaan rakyat. Seorang pemimpin yang berkarakter negarawan.

  31. he..he…jadi inget ama kata-kata pakar (Hermawan Kertajaya) 5 tahun yg lalu, beliau mengatakan bahwa pertumbuhan properti paling tinggi di Indonesia adalah Kab. “Sidoarjo” —> maaf bukan berarti “PAKKAR” (Paguyuban Kereta Angin Rewwin) di sidoarjo juga lho….
    Tetapi setelah muncul “objek wisata baru” yg namanya Lapindo (4 th yg lalu)…. semua jd berantakan, harga perumahan di seputaran area tersebut “terjun bebas”….”umur ora suwe”.
    Demikian jg dengan negara tetangga “Singapura”, mungkin 10 th yg lalu, investasi di sana sangatlah menguntungkan (gudang, kantor, apartemen dll), tapi apa yg terjadi sekarang?? Banyak kantor berpindah ke Cina bahkan Vietnam (karena lebih murah pajak-nya) & apa yg terjadi di Singapura? Mungkin satu-satunya di negara ASEAN yg harga tanahnya turun tiap tahun????sewa apatemen diskon besar-besaran, apalagi utk gudang …….wah harga sewa yg biasa utk 2 th bisa dipakai sampai 5 th…..”umur ora suwe”.

    yuk..ngonthel neng djogja bareng-bareng.

  32. Lha ini, singkat saja. sebetulnya Indonesia mengalami keambrukan (crash) sektor properti pada krisis ekonomi 1998 silam. Hal ini karena pengembangan properti sangat menggebu-gebu yang ditopang dengan utang di bank. Ketika krisis ekonomi melanda yang berakibat suku bunga tinggi, banyak pengembang properti terkapar. Bahkan banyak pihak menuding bahwa sektor properti menjadi salah satu biang keladi krisis ekonomi tsb. Dan celakanya krisis ekonomi ini menjadi krisis multidimensional. Nah, seandainya ketika itu para pengebang sadar akan terbentuknya komunitas bisnis properti nasional yang sehat, solid, dan tumbuh secara stabil. Bukan tumbuh meledak-ledak karena disangga dengan utang atau kredit bank berlebah, dan disertai praktek mark up, tentunya krisisnya tak sangat parah.

    Kini banyak pengembang yang sadar, dan tak banyak utang di bank namun merogoh koceknya sendiri,ketika terjadi bencana krisisi keuangan ke 2 beberapa waktu lalu pengaruhnya tak terlalu signifikan. Khusus di sektor properti bagi kalangan atas. Justru sektor properti menengah bawah dengan harga sekitar Rp300 jutaan sempat terpukul karena daya beli masyarakat menengah bawah turun…… itu pun tak berlangsung lama. Mungkin pada kasus lapindo yang mengalami terjun bebas adalah sektor perumahan kalangan menengah bawah ini. Tapi untuk kalangan atas tak berdampak sama sekali, bahkan pengusaha sukses di daerah belum bisa dikatakan sukses jika belum punya real estat seharga di atas Rp 1 miliar. Apa artinya ini, kalangan atas (berlebih) sudah mampu mandiri, ga terpengaruh oleh harga-harga lainnya naik. Bagaimana dengan kalangan menengah bawah?…Lalu apa peran pemerintah, hehehehe seperti biasa janji-janji muluk. Bagaimana proyek rumah sehat sederhana dengan harga terjangkau yang diprogramkan pemerintah…hanya slogan belaka, ga jelas juntrungannya. Pusing, pusing tuk memikirkannya.

    Dalam kasus Singapura, yang memang sudah jenuh, kenapa yaa investor kok ga ke Indonesia saja justru ke Malaysia, Vietnam, Cina, dan Thailand. Padahal Indonesia sangat prospektif karena lahannya masih luas, tapi kenapa para investor enggan menanamkan modalnya di sini. Sebabnya yaa itu tadi terlalu banyak kepentingan politik praktis, terlalu berbelit-belit ngurus ini itu, pajak tinggi yang ga jelas kemana itu larinya pajak, kepastian hukum dan perlindungan hukum ndak jelas, saling curiga, dan seabrek lainnya. Sektor non properti pun mengalami demikian. Kasus perseteruan PSSI dan LPI bisa jadi buktinya, bahkan Kim Kurniawan berkata sepak bola di Indonesia sudah dipolitisasi….

    Yuuuk ke ngonthel saja, mumet nek mikir terus…heheheh. Ki Lurah Opoto, Pak Rendra, Bang Aat, Pak Suga, Ki Humbermania, Pak Sahid, dll, nyuwun ngapuro njih bukan maksud saya beradu argumen, sok analisa, apalagi keminter. Ini berlatar belakang kemirisan hati saya menyaksikan kondisi bangsa akhir-akhir ini……

    • waduh…
      padahal nek ngonthel karo Opoto ki sing dibahas politik ekonomi sosial budaya pertahanan dan keamanan je.. kapitalisme, marxisme, nekolim, postmodernisme, situasi politik semenanjung korea, libanon, tunisia, bercampur dengan bahasan crossframe dan palang gapit je…
      (wis ketok ndobos belum Pak Nur?)

      • wongeres OPOTO

        Masukkan saja semua di tempurung Potorono Mas. Nanti kesimpulannya rak yo tetap sama: nyoto Prambanan apa Pleret?! 🙂

        Topik bahasan ngonthel Minggu nanti: relevansi cara kerja presnelling SA dengan kehidupan manula di kawasan Karangnongko, Pleret…

      • Relevansi cara kerja presnelling SA dengan kehidupan manula di kawasan Karangnongko, Pleret dan kaitannya dengan silang sengkarut kasus mafia hukum Gayus Tambunan serta penganugerahan gelar Siregar untuk SBY…

  33. @ mas Suga nek di Mbatu malang rak masih jalan to pembangunan vila dan penginapannya…hehehe.. ( kalau di Puncak selalu ada lelaki berkerudung yg kalau kita lewat malam2 selalu berteriak sambil memainkan lampu senter…” vila…vila.. boss.murah…murah…ada air panaaasss”…)
    @ mas Kluwek.. setuju semua kupasan diatas, tp di tempat kami tinggal pesatnya pembangunan properti telah menciptakan masalah baru… banyak sawah yg berubah jadi perumahan dan kawasan industri , sisa hutan sebagai paru2 berubah jd pabrik, para petani kehilangan pekerjaannya, krn bisanya cuma bertani akhirnya sekarang berubah jd tukang becak, buruh panggul atau menganggur, anak2 muda di sini lebih seneng ngojek dan nongkrong.. daerah yg dr jaman Mataram dahulu terkenal sebagai lumbung padi Nusantara sekarang tlh berubah jadi lumbung pabrik dan perumahan , kualitas lingkunganpun berubah drastis jauh lebih buruk… belum lg pergeseran budaya yg mualai terasa..salah satunya banyaknya expatriat yg datang akhirnya melahirkan sistim kawin kontrak dengan gadis2 setempat yg menjadi sangat sangat “matre” , mereka rela menukarkan (maaf) tubuhnya demi sebuah handphone ( hayooo siapa mauu..hehehe) dll … barangkali ini hanya ekses saja dr dinamika pembangunan, tp sekecil apapun seharusnya ekses tsb mestinya sdh hrs menjadi pertimbangan bagi Pemerintah utk mencegahnya.. dengan menyiapkan sebuah sisitem dan perencanaan pembangunan yg benar2 baik,,, bukan asal ada gedung megah, pabrik buanyak,serapan tenaga kerja ( musiman), bergeraknya (sedikit) perekonomian dll..tapi telah mengorbankan sesuatu yg sebenarnya lebig berharga dan besar… kenapa kita tdk berkaca pada negeri2 yg makmur krn sektor pertanian dan perikanan.. new zaeland, ausi, belanda, Thailand dll.. mereka negara agraris yg makmur,,, padahal sejatinya negeri kita dr sononya sdh Agraris dan maritim…. ” nenek moyangku orang pelauuuut…..” dan juga lagunya Koes Plus ” tongkat kayu dan batu jadi tanaman..” rasanya benar adanya… kenapa hrs meniru yg lain yg belum tentu pas?.. kalau sdh seneng Simplex ya jangan pindah ke Fongers… hehehehe… dan sing penting tertib…. salam

    • @Pak Kluwek. Kalau ada kesan saya tidak suka dgn industri property, mohon maaf nggih. Sama sekali bukan itu maksudnya. yak lanjuuuut.
      @ Pak Rendra. Di puncak gak ada yang kayak gitu pak. Adanya: Pila…pila…

      Indonesia itu memang negara gamang. Asline agraris dan maritim, tapi sok2an pingin industrial karena melihat yg disebut negara maju adalah negara industri semua. Sumber daya yang begitu besar dialokasikan ke sana, sementara sektor pertanian dan kelautan ditinggalkan. Kalau kita baca novel tetraloginya Pram, kita akan tahu nasib petani saat ini tidak pernah beranjak jauh dari keadaan waktu dijajah Belanda. Dan sampai saat ini nelayan masih saja meributkan solar. Kok yo ora isin yo, pemerintah ki.
      Sementara mental dan budaya masyarakatnya belum siap untuk jadi masyarakat industri. Belum setel jadi masyarakat industri, sudah harus meloncat lagi ke masyarakat informasi, gara2 internet yang membawa angin perubahan begitu besar. Eksesnya sosialnya terlihat dari cerita Pak Rendra terhadap apa yg terjadi di Karawang. Itu baru di Karawang…

      Ada yang bilang bahwa sebenarnya, Jakarta itu bukan kota. Tapi kampung yang luar biasa besar. Kenapa? Sebab mental masyarakatnya masih kampung, meski rumahnya sudah gedong, mobilnya sudah mewah. Ingin seperti orang barat, tapi yg ditiru fisiknya bukan mentalnya.

      Ketidakpunyaan visi pembangunan ini ongkosnya muahal. Masalah sosial tinggi, kesejahteraan tak kunjung diraih, ngalor ora, ngidul ora. Semua ini gara2 karena ingin jadi seperti negara lain.

  34. @ mas Aat… betul..pilaaa..pilaaa. tp pas saya lewat kebetulan yg nawarin asli Semin..jadi..Vilaaa mas..monggo vilaaa sak isine kumplit segi pitiik..”..hehehe..
    @ sinyalemen mas Aat bener banget lho.. seringkali manusia Indonesia dlm mengambil keputusan apapun pasti lupa”ekses”nya… contoh: malam minggu kok makan malam pake lalap jengkol atau pete, dia lupa kalau paginya mau ngonthel rame2.. lha saat ngeden ditanjakan kan “keluar eksesnya” ga karuan harumnya…hehehe

  35. @Meneer Rendra, kalau di Batu utk vila, penginapan & hotel praktis tdk ada lagi penambahan (…unit) karena dampak dari “wisata Lapindo” yg begitu besar, sehingga org2 yg biasa dari Surabaya weekend sangat jauh berkurang ….”ipes ilakes”. Sebelum ada “wisata lapindo” biasa ditempuh 1 jam sekarang 1,5 – 2 jam (wah apalagi kalau sore, dijamin sampai 3 jam). Pihak Pemkot Batu menyiasati dengan memperbaiki (infrastruktur), mengembangkan objek (jatim park) & menambah objek (…ada BMS, musium binatang) dll (..krn selain dari hasil holtikultura & buah2 an, objek wisata adalah penghasil pendapatan daerah yg paling tinggi). Jadi jangan kuatir Meneer….jika mau ke Batu harga sewa villa sangat “harum hariem”…kalau dengan “lelaki berkerudung malam-malam bawa senter” kebetulan saya belum kenal Meneer…..(he…he…siapa tahu dia punya pit Simplex atau Fongers…..”palang gapit”).
    @ Mas Aat……. hoo yo dab (….njuk ora waton yo).

  36. Ini salah satu dampak dari pembangunan yg dilakukan oleh Pemerintah Orba. Jawa menjadi Pulau Kota. Kecemasan para Sejarawan, Sosiolog dan Antropolog pada tahun 1990-an Pulau Jawa tidak hanya nyambung jalannya kayak Jl Raya Pos Herman Daendels tapi juga rumah-rumahnya nyambung jadi satu. Antar kota seperti di Pantura sudah tidak terlihat lagi hamparan sawah, tegalan atau tambak tapi deretan rumah yang menyambung jadi satu. Saat ini bisa kita lihat jalan Yogya-Klaten-Solo sampai SrAgen(Tina) sudah sambung jadi satu dengan deretan rumah, kios dan toko. Bukan lagi hamparan sawah.
    Munculnya pulau kota tidak diimbangi pembangunan infrastruktur jalan dan listrik akibatnya listrik makin byar pet tidak kuat.
    Omongan dan kekhawatiran para sejarawan, sosiolog dan antropolog sudah terbukti. Kalau nanti, suatu saat juga akan pecah revolusi sosial di Pulau Jawa maka Javanese Oorlog atau Perang Jawa II bakal makin rumit.
    Keinginan para teknokrat PU menjadikan Jawa bagian Utara seperti Bekasi, Kerawang, Purwakarta menjadi kota satelit ternyata salah, padahal ditempat adalah buffer city atau kota penyangga untuk suplai makanan dan sektor lain. Akibatnya muncul kesenjangan budaya dan perubahan budaya secara masif. Mohon maaf bila saya numpang ngoceh soal ini.

  37. @ Pak Rendra dan Bang Aat, atau lainnya

    Memang benar yang dipaparkan tersebut. Makanya telah saya tegaskan tadi, bangsa ini butuh pemimpin yang memiliki wawasan dan visi yang luas dan negarawan. Pemimpin yang mampu mengelola negara ini, dan Pemimpin yang dengan sungguh-sungguh menjalankan nilai luhur Pancasila dan UUD 45..

    Hal-hal yang dipaparkan oleh Pak Rendra dan Bang Aat, atau lainnya coba saya terawang : Begini, karena perkembangan zaman dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya perubahan dalam masyarakat tak bisa dihindari. Perubahan dalam masyarakat itu dpt terjadi pada nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, pola pikir, lembaga masyarakat, interaksi sosial dan seabrek lainnya. Perubahan-perubahan pada masyarakat tersebut di dunia saat ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian wilayah lainnya lainnya termasuk Indonesia. Perubahan-perubahan ini sangat demikian cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan dalam masyarakat ini bisa lambat juga bisa cepat tergantung kesiapan masyarakatnya tadi. Bagaimana dengan Indonesia ? Apakah Indonesia siap dan mampu menyesuaikan terhadap perubahan itu ? (hehehehe silahkan nilai sendiri)

    Bagaimana modernisasi ?. Padahal proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas tak dapat ditetapkan batas-batasnya secara mutlak. Contohnya, di suatu daerah tertentu modernisasi mencakup pembeantasan buta huruf, daerah lain pembangunan tenaga listrik, lalu ada modernisasi sektor pertanian. Nah, jika tak siap menghadapi modernisasi bagiamana ? Padahal modernisasi di suatu bangsa perlu memiliki syarat-syarat seperti : adanya sistem pendidikan yang terencana dan terarah dengan baik, adanya sistem administrasi negara yang terencana dengan baik, adanya sistem pengumpulan data yang teratur dan baik yang terpusat dalam satu lembaga, adanya iklim yang baik dari masyarakat terhadap modernisasi, adanya social planning yang terencana dan terarah. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Masyarakat yang tak siap dan memiliki syarat-syarat modernisasi jangan harap bakal sejahtera, bahkan terjadi apa yang Pak Rendra dan Bang Aat, atau lainnya paparkan di atas. Seolah-olah modernisasi gagal mensejahterakan rakyat seperti yang Bang Aat katakan.

    Tapi saya tetap optimis repoeblik tercinta ini kelak menjadi lebih sejahtera dan menjadi bangsa yang maju, apabila syarat-syarat modernisasi itu ada dan didukung oleh pemimpin yang mampu mensejahterakan baik lahir dan batin rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi keadilan dan kepastian hukum, pemimpin yang serius pada pendidikan dan tak segan-segan tuk ikut merasakan kesukaran-kesukaran rakyatnya dan sebagainya. Tapi kapan yaaa, jangan-jangan nunggu si Godot alias ngenteni endogke blorok, hehehe ngawur kaan…

    Tapi jangan lupa, onthel kan juga hasil dari modernisasi tranportasi kala itu Bang Aat dan jangan lupa hasil teknologi barat juga looh. Berawal ketika pada 1790, dua buah sepeda pertama kali dibuat di Inggris. Cikal bakal sepeda ini dinamai Hobby Horses and Celeriferes. Keduanya belum memiliki mekanisme seperti onthel yang memiliki batang stang dan pedal. Nenek moyang onthel ini berupa dua buah roda yang menempel pada sebuah rangka kayu. Berkat modernisasi teknologi transportasi yang dilakukan Baron Karl Von Drais, asal Jerman berhasil meelakukan terobosan penting yang menjadi peletak dasar dari perkembangan onthel berikutnya…Berkat modernisasi teknologi peronthelan juga ditemukan sistem presnelling SA, sistem Torpedo, tromol, dan lainnya. Ini kan berarti modernisasi teknologi mampu mempermudah aktivitas manusia…..

  38. @mas Suga…kalau penjaga vila jelas ga mungkin punya simplex palang gapit, apalagi yg bell nya menyatu dengan stang… wong biasanya vila adanya dipegunungan je..jd ga kuku nggowesnya…hehehe. Btw kpn2 saya nuwun diantar ketempat temen penjenengan utk “ngaji” di kerajaan fongers malang ya mas atau Jogja juga boleh…heheh. salam

  39. Weleh…weleh… Saya baca komentar para onthelis ini sampai gebes-gebes. Hwarakadah. Lha kalau ‘ing atase’ onthelis saja sudah sangat jernih memandang silang sengkarut persoalan bangsa ini, apakah mungkin para pejabat dan politisi tidak menyadarinya? Apa perlu mereka diwajibkan ngonthel saja? Sejarah bangsa ini akan mencatat, betapa demokrasi yang dikembangkan para politisi era ini telah menuai kegagalan yang bahkan di mata onthelis pun tampak. Byuh byuh… Indonesia memang istimewa!

    Lalu, setelah semua ini, kira-kira apa yang terbaik akan kita lakukan? Daripada berPOLItik, kalau saya sih lebih suka ajakan Pak Sahid untuk berPOLIboga saja. Ayo, Minggu mau coba menu apa? Pak Heri Agusti yang lama tidak nongol ini pasti punya ide otentik dan istimewa: soto ayam atau sapi nggih? 😀

  40. @mas Wong, saya lebih seneng ngonthel ketempat massage yg justru tdk laku kalau berwajah cantik.. siapa tau orang tuanya punya Golden Sunbeam yg tdk terawat…hehehehe..

    • Yang jelas, orang tuanya punya anak wedok yang mungkin tidak terawat. Dititipin di potorono aja pak. biar kami yg nggosok…

      • wongeres OPOTO

        Lha wong setau saya kalau nggak dapet job malah terus ngalamun sambil ngethoki kuku, je. Manicure pedicure. Terawaaaat… (loh. ngapain ini pake ngebelain segala) 🙂

  41. Sudah lama merindukan ada Cafe de Fiets di Jogja…mohon masukan teman-teman, kalau coba-coba bikin angkringan onthel apakah lokasinya sebaiknya di daerah Jeron Beteng yang pasti super klasik, Jogja Utara yang kosmopolitan atau sekalian di daerah-daerah pinggiran kota yang masih banyak bersawah…

    • humbermania defoc 0905

      saya pribadi setuju Mas Sahid (meski KTP sy depok),lha kalau sowan ke yogya,bingung untuk ketemuan dgn temen2,mau ketemuam pas gowes hrs hari minggu.Ide ini mustinya ditularkan juga ke komunitas lain,malah2 bisa jadi ide bisnis yang ter-integrated.
      Awalnya memang pengorbanan,tapi saya haqul-yaqin BEPnya cepat kembali,apalagi ada yang mau mendermakan (atau meminjamkan lahan barangkali).Salam buat semua

  42. @ halo Pak Sahid.. kok sama ya keinginannya.. sy juga membayangkan di Jogja ada akringan onthel ( mungkin lebih keren cafe}, sehingga disamping dpt dijadikan tempat “nongkrong” para onthelist n bagi onthelis luar Jogja yg berwisata ke Jogja tdk akan kesulitan mencari “sedulur ” ,krn pasti di angkringan tsb akan ketemu temen, atau minimal dpt info ttg onthel di Jogja.. menunyapun mungkin sesuai “selera” onthelis.. tentunya tetap dgn menerapkan prinsip Poliboga..hehehe.. nah kalau tempat sih dimanapun asal msh terjangkau onthel rasanya tetap akan diburu..namun perlu juga diperhatikan agar jarak tetap terjankau oleh onthelist luar kota yg pastinya ke Jogja tdk bawa sepeda. nah kapan nih pak Sahid grand openingnya? semoga sebelum acara konggres tgl 26 feb Cafe de Fiets sudah lahir.. selamat pak..salam dr Krw..

  43. @Meneer Rendra…..monggo mawon menawi badhe pinarak…..kulo namung nggadahi “buku tipis” menawi buku engkang “kandel” kadose wonten potorono menopo wonten golo.
    Lha pripun wong “palang gapite” kangge “nyenthelke senter” je….he..eh.
    @Pak Sahid….wah penemu sing apik, ada tempat utk saling berbagi. Mungkin kalau tempat di dlm beteng ya di seputaran jl.gamelan, nagan. Karena kalau seputaran pasar ngasem sdh ada angkringannya “ersam”…motor tua. Atau daerah balai kota (miliran/timoho)…..”mung urun sworo”. yang penting “gampang golekane” buat org dari luar djogja & “angel golekane” buat org djogja…..he..he…ben isoh nggo “ndelik”.

  44. hadir ah !!

  45. ehmm.. ehmm..
    sing penting.. jangan sampe pegel buat ngomongi kaya gini…
    yoo monggo, kami undang semua sbagai pemanasan kongres… Minggu 13 februari 2010.. dari pagi2 sampai siang.. syukuran, peresmian plus closing project perpisahan dengan warga desa.. dalam rangkaian- Solidaritas Onthelis untuk indonesia–

    “setelah teman2 relawan KOSTI berhasil memberi harapan aliran air ke dusun babadan1, kini melanjutkan pengeboran 4 titik mata air sebagai penambah debit air, sekaligus pipa2ne akan dipendam kedalam tanah.. sejalan dengan itu masih sedang dalam pengerjaan di dusun klampahan desa wonolelo kec. sawangan kab.magelang kami melakukan hal yang sama walau hanya 650 M, namun kali ini cukup berat karena saluran air harus menyebrangi sungai pabelan selebar 50 meter (sambil waspada lahar dingin) plus pipa2 nya kali ini digantung di tebing.. duh, semoga rekan2 anak muda di VOC Magelang, JOC, GHOST, MOCLAS, Onje, Kosti Jateng selalu diberi sehat dan semangat.. maklum mereka gilir menggilir.. ngatur jadwal kerja bakti…tanpa dibayar, bulak balik manjat gunung… gak ketemu koran, apalagi tivi yang nayangin kebobrokan bangsa.. terutama gayus..”

    Yaa Allah Yang Maha Kuasa, Ridhoilah kerja keras dan semangat kami semua…

    KOSTI : mbuh, sampe skarang gak nyangka ko dadi ngene yoo..? semua cuma gara-gara pit lawas

  46. @ Pak Sahid

    Saya punya cerita dari hasil ngobrol (wawancara) dengan seorang manager sebuah café bernuansa tempo doeloe, anehnya cafenya ada di kota dalam kota yaitu Kelapa Gading, Jakarta Utara, mungkin bisa jadi masukan atau ide-ide :

    Begini ceritanya. Begitu masuk cafe dengan nama Eat & Eat Food Market lampu temaram serta beragam pernak-pernik masa lalu menyeruak di ruang apik nan cantik. Beberapa konter dengan dagangan tertata rapi. Semua konter itu berisi makanan jajanan tempo doeloe dan masa kini. Kehadiran teko antik dari kaleng, potongan iklan kuno, pintu kayu zaman dulu, termos jadul, dan baskom belng-belang dari seng aluminium menggambarkan zaman bahula. Aneka panganan yang dulunya sering ditemukan di kalangan masyarakat Tionghua peranakan dan Belanda peranakan, juga Betawi (Batavia) tersaji yang tentunya menghadirkan kenangan masa lalu.

    Sebuah tulisan berejaan lama bertengger di sebuah konter makanan : ”Djangan Liwatkan Mentjoba Makanan jang Enak ini”. Pikiran pun melayang nan menerawang, lidah serasa ingin mencicipi beragam panganan yang tersaji di situ. Kursi-kursi kayu lengkap dengan lampu temaram serta beberapa konter yang menyajikan makanan tradisional, seakan menjadi daya tarik pengunjung untuk singgah melepas lelah sambil ngobrol-ngobrol santai.

    Sang manager menjelaskan mengapa mengusung konsep demikian, karena cafenya bakal mejadi trend setter untuk kuliner. Menurutnya, masakan tradisional Indonesia cukup bagus dan banyak digemari. Selain karena penggunaan bahan-bahan segar, masakan tradisional ini kaya rempah-rempah. ”Untuk meluncurkan konsep ini, saya tidak semata-mata mengejar uang. Kita perlu mengedukasi masyarakat tentang kekayaan budaya kuliner yang kita miliki termasuk masakan Tionghua peranakan maupun Belanda peranakan,” paparnya.

    Lokasi cafe ini tak jauh dari pusat kota, dengan akses yang beragam yang membuat tempat ini mudah dijangkau. Tak heran cafe ini selalu penuh pengunjung setiap hari. ”Dengan konsep ini, pengunjung tidak hanya datang menikmati panganan, tapi juga memperoleh pengalaman makanan yang berbeda. Sesuai dengan moto kami: Creating Food Adventure. Tak hanya itu, tempat kami juga menyajikan makanan dari beberapa daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Asyiknya lagi harganya terjangkau,” kata sang manager.

    Bagaimana Pak Sahid, bisa di coba. Namun hal konsep, segmen pasar yang dibidik, lokasi yang mudah dijangkau, kenyamanan, keamanan, harga terjangkau, dan lainnya bisa jadi pertimbangan. Semoga sukses General Sahid….Salam dari Si Kluwek OTW alias Mbah Nolo Klabang

  47. @ luar biasa kang Sekjen, ini baru berbuat nyata..ga cuma pidato di TV…hehehe.. selamat berjuang sahabat2ku.. semoga air segera mengalir sampai jauh…jernih, sehat dan bermanfaat.. Bravo Kosti, Bravo Onthelist..

  48. Respek setinggi-tingginya untuk sedulur2 Kosti. Lamkompak selalu!

  49. wah…..benar benar “istimewa” obrolan kali ini, disajikan oleh orang yg “istimewa”…..dan ada tamu “istimewa” (Pak Kluwek……sopo iku?) dan pengamat “istimewa” (Mas Bantoro)…..hi hi hi hi…tambah asyik nih……tapi ingat yah “kadang kinasih” semua……ayo ke Yogya bulan depan………………
    jangan menjadi orang yg “bedebah” spt yg dikatakan Pak Kluwek………..
    Istimewakan onthelmu…………..

  50. @Pakde Rangga, menyimak sambil terkagum2 pakde, lha wong ing atase bermula dari pit lawas kok ternyata wacana yg dikembangkan oleh para idola saya ini jadi begitu luas dan berbotot, tdk herang kalau dari angkringan “istimewa” ini akan muncul ide2 “istimewa”. Feb tindak jogja tho? salam dari papua.

    @Pak Sahid, ide cemerlang untuk cafenya, seputaran Tamsis atau Seturan sepertinya cukup menjanjikan nggih. Smoga lekas terwujud.

    @Om Wong, Feb kulo nderek malih nggih?

    Salam tepang buat Pak Kluwek dan Kang Sekjen.

    • kalau seturan sudah cukup jenuh, pak. sudah banyak yang kukut. memang banyak mahasiswa di sana, tapi kalau konsepnya nanggung gak diterima pasar.
      njeron beteng kliatannya seksi..

  51. @ mas Durti ..kapan nih kita nyobain cafe Eat n Eat food market. rasanya sangat pantas utk di jajal.. salam.
    @ mas Bantoro apa kbar Papua.. februari kondur to, jangan lupa bawa kepiting Papua nan lezaat..hehehe

  52. Pak Sahid seputaran nJeron Beteng terutama daerah Gamelan, Langenastran Langenarjan atau Siliran kayaknya oke. betul usulan Mas Aat, tengah kota lebih enak bisa dijangkau dari semua arah

  53. @Kang Sekjen –jangan pegel dulu sebelum sampai Jogja. Mau diajak Pak Rendra ke tempat massage. Hehe…

    @Pak Dhe Rangga –saya pernah diceritain Pak Bondan Winarno bahwa Kluwak/kluwek yang biasa digunakan pada rawon kita itu lumayan familiar di lidah eropa karena ada kemiripan aroma dengan minyak zaitun. Jadi, Pak Kluwek itu kira-kira adalah pribadi yang familiar untuk ngobrol konsep keseimbangan budaya timur hingga agresivitas kapitalisme barat.

    @Mas Bantoro –saat kita ngonthel bareng nanti, apakah saya perlu siapkan kacamata hitam? Takut nggak tahan dengan kilauan Si Dames G-11! 😀

    @Pak Sahid –setuju dengan Mas Aat. Seturan terlalu jejel-riyel. Saya bayangkan kalau Tamansiswo, Langensari-Pengok, Timoho lebih asik. Lokasinya di tengah, mudah diakses tamu luar kota, dan tidak terlalu ramai. Dalem benteng (atau sekitaran Tamansari?) bagus juga, cuma apakah onthelis tidak butuh suasana yang lebih ‘bebas’? Sumangga dipun penggalih. Saya sudah kemecer mau nyicipin menu onthelis plus wedang herbal sambil berdiskusi perihal dunia peronthelan. Hmmm…

    • @Om Wong, nggak perlu pakai kacamata kok, lha wong ditinggal 1.5 bln malah kapiran, mbalik “Naiyengen” lagi.hehe. Pokoknya hp saya sll standby nunggu dijawil nggih. salam.
      @Om Aat, kmrn nyari bakmi yg direkomend di seputaran Janti, kok sak ngertiku mung ono loro.

      • pokoke kulon dalan, jembatan layang sisih kidul (belum pernah, tapi hampir selalu rame) dan lor (emperan toko besi). Ada jg yg rame sebrang Parsley (belum pernah).
        Kalau ilat saya kurang kredible dalam urusan bakmi jowo. enak kabeh… mending baca listnya Pak Sahid dulu itu lho..

  54. @wedang uwuh,jadah bakar,bacem tempe benguk, ..apalagi ada peyek wader…dhuh mbayangke saja sudah nylekamiin,,

  55. @ mas Wong tolong jangan kasih tau siapaun…sssssttt… pethekan ingkang sulistyo ing warno wonten pundi njih….hehehehe ( mas Aat jgn sampai tau lho).

  56. @Denmas Rendra….yg tau persis ya mestinya piyayi Yogya to ? Lah kalo Mas Aat juga punya ide ide yg cemerlang “Yg perlu dipertimbangkan”…maklum perwakilan dari “kawulo mudo”…yg kadang kadang “kawulo tuo” hanya bisa tut wuri handayani…….apa masih berlaku “kebo nyusu gudel” yah Denmas……yg ini Mas Aat perlu tau njih ….
    @Pakde Wongeres…..hati hati dg Denmas Rendra lho…konstribusi pemikiran beliau juga “suka nyeleneh” tapi mantappppppp……dan jangan sampe beliau mutung…bisa bisa beliau bikin “daerah istimewa” sendiri….Daerah Istimewa Kerawang…..atau Republik Kerawang…..staf ahli pemerintahannya ya Denmas Rendra sendiri…..Staf Ahli tentang Onthel……..he he he he……….si yu tumoro……

    • Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus..

      • Rangga Tohjaya

        Nyuwun pangapunten Mas Aat….maksudnya “piyayi Yogya dan sekitarnya”…termasuk panjenengan to……Mas Aat juga sudah pake jalan yg lurus lho……..nggak megal megol spt onthel saya yg gotrine podo pecah………ngapunten njih……..

      • punya saya masih mbuang ke kiri terus nih pak.. masih mondok, semoga onthel2 kita cepat sembuh

  57. @ Boleh Den Mas Rendra,… siap kapan saja. Ik terserah jij…hehehehe

    @ salam onthel juga pak Bantoro……

    @ Lungguh nyantai, obrolane masalah onthel karo dahar nyamikan ampyang tromol, cenil pentil, terus nyruput susu bel cap nyonya…hemmmm lekker. Asyiiiik njih Ki Lurah Opoto, hehehehe…..

    @ Bener Ki Rangga, Den Mas Rendra suka Ngenyel-ngenyel barang sing aneh-aneh…hihihihiiii..piisss

  58. @wilujeng ngonthel kagem sedoyo…. yuuk golek kringet..

  59. Para kadhang ingkang minulya…
    Matur sembah nuwun awit paringan kawruhipun.
    Cafe De Fiets saat ini masih dalam proses ideasi…sooner or later Insya Alloh akan didirikan di kota sepeda ini. Mohon doa restu.

    Kalau para kamerad Opoto masih konsisten dengan ritual soto, teman-teman onthelis jurit malam onthel, mulai saya ajak nongkrong di warung Italian Pizza di bilangan Demangan Baru. Pizzanya masih resep asli dengan tungku kayu, jadi benar-benar orisinilan. Karena sepedanya Belanda, makannya mestinya juga yang agak Eropa he..he..he..

  60. sepeda pakai Belanda, Makannya Pizza Italia, Seragam Jerman, KTP ?
    semoga ide brilian mas sahid bisa terwujud asal tidak terlalu jauh dari tujuan awal yang baik pasti banyak terwujud. masukan saja kenapa pakai De Fiets entar teman-teman humber mania bisa komplain. ha ha.Salam sehat selalu untuk mas sahid sekeluarga.

  61. @ Faj
    He..he..he.. Apapun sepedanya, apapun jajanannya, KTP tetap Ngayogyakarta Hadiningrat.
    Sepertinya kalau untuk Indonesia, konteks kolonial Belanda lebih mengena. Namun demikian onthelis dengan sepeda Inggrisan tetap akan diberi karpet merah saat berkunjung ke Cafe de Fiets.

  62. @ cafe de fiets akan lebih mantap kalau lokasinya di ndalem Nggolo.. lesehan direrimbunan pohon mangga.. sambil nyruput wedang uwuh dan jadah bakar..ngelus SPG…wah nylekamin tenan…

  63. Nek arep ngelus-ngelus SPG kudu duwe kartu identitas SCK karo SNK je.
    SPG ne waahjan ngeROCK tenan……

  64. @ Toean Rendra
    Kalau dari segmen nyamikan untuk portfolio menu Cafe de Fiets, makanan kuno yang masih tergolong heritage Belanda adalah resoles. Di Belanda sendiri, resoles masih umum diperjualbelikan.
    Makanan lain yang juga saya curigai heritage belanda adalah roti spekuk. Roti motif bergaris ini sangat populer sampai tahun 1980-an, namun sekarang ini mulai langka tergeser roti modern seperti donat, brownies dan burger.
    Di Solo, masih ada resto jadoel yang jualan beberapa menu jadoel heritage Belanda yakni di Resto Kusumasari di pojokan jalan slamet riyadi belok ke Nonongan.

    • Kalau menu-menu jadoel banget di Bale Raos Jogja, menurut Pak Sahid bagaimana ya? Perpaduan selera eropa dan lidah para raja Jawa…?

  65. @nuwun infonya Den Mas sahid, kalau begitu resoles dan spekuk bs jadi menu khas andalan dr Cafe de fiets disamping makanan tempo dulu nusantara( jawa) yg pastinya sdh akrab di lidah para onthelis.., mungkin kita juga bs meracik minuman dengan nama2 yg khas onthelis.. misalnya jus simplex, wedang fongers, jamu burgers deventer… atau bahkan cemilan .. pepes gotri, nasi liwet sadel retak..dlll…hehehehe.. sumonggo gage dipun gelar Den Mas… salam

    • Pak Rendra, sepedanya sih tua, tapi penunggangnya apa masih doyan jajanan kuno kesukaan saya seperti madumongso dan bolu emprit, misalnya?

  66. wedang fongers, jus simplex mau minum di lihatin terus kira-kira dapat wedang fongers BB atau HH trus pesan jus simplex dilihat apakah buah neo atau cycloide. yang pasti semua perlu di coba agar dapat menemukan menu yang cocok bagi onthelis maupun suasana yang dikehendaki onthelis mengingat range yang lebar dari yang pakai dasi kupu-kupu sampai koteka ada. semoga mendapat cinderamata yang khas setelah dari yogya itu yang perlu.

    • Mas Faj, selera onthelis memang sangat bervariasi. Sudah dapet wedang Fongers BB pun mungkin masih akan dilihat lagi rem tromol atau karet, original atau cat ulang. Haha…

      Meskipun berbeda selera, yang penting selalu siap berkolaborasi. Lewat cenderamata sebuah koteka bertattoo kupu-kupu, misalnya 😀

  67. hmmmmm…..nyam nyam nyam nyam……selera onthelis

    • Pak Dhe Rangga, bedanya, kalau onthel itu makin tua gerigi girnya makin runcing. Kalau gigi kita para onthelis makin tua makin tumpul! Haha…

      • @ P’Wong, mungkin selama ada toko “Sen” di Mangkubumi atau yg mirip2 dengannya masih buka ….”ahli pasang gigi” (…banyak di jl. mas suharto, Tukangan dll), selama itulah “gigi2” masih bisa di “kemonah” & masih “tedas hanyokot balok”……he..eh.

      • humbermania defoc 0905

        termasuk gigi saya mas wong,kemarin divermak dikasih jaket,belum ada sebulan diajak ngunyah peyek,lepas lagi.
        Ide cafe de fiets nya pak Sahid boleh juga,dulu di coyudan/singosaren ada toko roti ,namanya ‘ Ya mevrouw’ (maaf brkl salah eja),jualannya ya roti2 holland tadi,
        Apa sudah pernah ngincipi ‘cabuk-rambak’,mie thoprak,tengkleng .

  68. Hehehe….sing penting kan ga tumpul hati nuraninya, Onthelis udah membuktikannya. Ki Lurah Opoto, bedanya tumpul ke atas ama landep ke bawah apa yaa?…..Ini benar ada….cetho welo-welo….

  69. @lha malah yg kagungan cafe de fiets mendel..apa bingung ya kebanyakan ide yg aneh2..hehehe..
    @mas Wong nek bolu emprit sy kok baru dengar ya, apa sejenis roti unyilnya mas Humbermania?.. adapun info bale raos sangat menarik mas.. pengen juga ngrasakke selera raja sakjane seperti apa to..
    @mas Suga.. nek wis ora ono untune malah enak… giyel giyel kerii.hehehe
    @mas Kluwek.. kapan nih klapa gading?

  70. @ Toean Rendra
    He..he..he..Kula saestu midangetaken paringan pemanggih saking para kadhang minulya.

    @ Kang Wong
    Bale Raos ugi sekeca menawi kagem kembul dahar. Namung raosipun kadosipun cekapan kemawon. Kula mboten remen interioripun ingkang kirang klasik.

    @ Pak Hari
    Kula malah dereng mangertos. Cobi mangke kula padosi menawi pas kesah Solo.

    @ Para Kadhang Minulya
    Saya perncah baca koran, buah terbaik untuk para pesepeda (onthelis) adalah Pisang. Karena buah ini kaya Potassium yang menjadi sumber energi terbaik dan mencegah kram otot plus mengendalikan tekanan darah. Jadi disetiap meja Cafe De Fiets akan dihidangkan aneka macam pisang (raja, mas, ambon, kepok, susu, gendruwo) selain Rijsoles dan Spekoek tentunya he..he..he…

    • humbermania defoc 0905

      @ P Sahid : sptnya toko rotinya sdh tutup,ingatan sy melayang waktu sd-smp dulu,35 thn ‘kepengker’.Dulu dipasar singosaren ada rm Hisjman,menunya ya bestik,salad (cikal bakalnya selat solo) itupun sdh ndak ada lagi,diganti mall.Kusumasari yang di nonongan msh menyisakan itu.
      @ P rendra : bolu emprit sptnya bolu diminiaturkan,di’wadagke’ spt emprit,jajan2 pasar di solo masih ada,komplit,murah en maknyus

  71. Semoga ada goreng Walang,sensasinya kalau sothange nyocok lambe….!

  72. mas wongers, saya mau tanya tentang ontel. kebetulan tadi saya baru beli ontel murah. kondisinya agak hancur. ga ada platnya. jadi saya bingung ini merk apa.
    untuk foto ciri2nya :






    ada cekungan segitiga di rangka


    mohon bantuan petunjuk dan penjelasannya ya. ke email juga ga papa. sebenernya mau ngirim ke emailnya wongers, cuma ga ketemu.

    • Selamat, Mas Andre. Sepertinya itu sepeda Teha. Orang-orang tua dulu menyebutnya Teha wajik. Artinya, Mas Andre sekarang sudah punya sepeda Teha sejodho. Segera diternakkan saja biar jadi banyak . Sekali lagi selamat ya!

  73. @mas Hari..nuwun infonya, kapan2perlu dicona nih bolu empritnya..
    @ berita duka, ayahanda mas Branjang kawat/ pidak pedarakan salah seorang angkringersOPOTO minggu lalu wafat, monggo poro kadang kita doakan agar arwah beliau diterima disisiNya. amiin

  74. Aminn! Maturnembah nuwun…sesek ati Gus Rend, belum pernah membahagiakan Beliau, nyusahin terus, iya! Semoga Poro kadang ingkang taksih kagungan tiyang sepuh, semakin sering dijenguk dan tentu saja dibahagiakan! Sebelum terlambat….

    • humbermania defoc 0905

      nderek belo sungkowo mas pidak,hamugi mugi tansah pinaringan ketabahan-kekiatan,suwun.

    • ikut berbelasungkawa, pak. semoga semua diparingi kekuatan dan dipilihkan yang terbaik

    • Kyai Branjang, keluarga Opoto menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Ayahanda. Mari kita panjatkan doa dan kita lestarikan silaturahmi yang telah disemaikan almarhum. Semoga Gusti Allah memberikan tempat terbaik bagi almarhum dan memberikan kekuatan kepada kita semua yang ditinggalkan. Amin.

    • Kami turut berdukacita atas wafatnya Almarhum Ayahanda Ki Pidak Pedarakan. Semoga diterima dengan baik di sisi-Nya. Amien.

  75. @P’Rendra, trima kasih infonya……………
    @P’ Branjang Kawat, …..nderek belo sungkowo, mugi arwah almarhum Ayahanda dipun tampi Alloh Ingkang Moho Kuwoso lan sederek ingkang dipun tinggalaken dipun paringi ketabahan & kekiatan..Amin YRA.

  76. @ leres Gus Pidak, saya bisa merasakan “sesek” itu krn pernah mengalami hal yg sama, kadang kita sering “lupa” kepada orang tua atas nama kesibukan… padahal waktu kita kecil mereka akan” melupakan ” kesibukannya untuk kita.. dhuh Gusti nyuwun pangaksomo..

  77. Turut berduka cita atas wafatnya ayahanda P’Branjangkawat semoga amal ibadahnya diterima olehNya
    dan menjadikannya ibadah ayahanda P’Branjangkawat
    yg bisa menolong beliau di hari kemudian nanti dan tentunya buat yg ditinggalkan tetap tabah menghadapi semua kejadian ini dan senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah dari yg Maha Asih…….

  78. Ikut berdukacita atas wafatnya ayah Ki Branjang, semoga diberi ketabahan…Amin.

  79. Alhamdulillah, maturnembah nuwun kagem sedoyo. Semoga dengan kejadian ini akan semakin menambah BAKTI kita pada ORANG TUA yang masih sehat, dan yang lupa atau sudah lama tidak mengirim Al Fatihah kepada Almarhum atau Almarhumah, untuk segera memulai lagi, insyaalloh! Amin….

  80. @ Kang Wong
    Rencana Minggu 9 Feb, ada acara Onthel Boga ke Mangiran, mau sarapan Gudeg Manggar…mau gabung?
    Pulangnya sekalian bisa beli oleh-oleh peyek tumpuk dan bakpia jadul Palbapang.

    • Wah, ini acara rutin ‘minggu pertama’ sahabat Podjok nggih? Menarik dan lumayan jauh, terutama kalau pulangnya siang, nanjak teruuus… 🙂
      Gudheg manggar Pak Jumilan juga enaknya disantap tidak terlalu siang, karena kalau siang suka ada Feroza ikutan nangkring di warung. Hehe…
      Teman-teman, Mas Bagus, Mas Aat, Mas Bantoro, Mas Tono, Pak Joni, dll gabung yuuuk??!!

      Pak Sahid, peyek tumpuk dengan peyek Mbok Tumpuk itu beda, kan?

      • Siap!! asal tak ada acara mendadak, ok saja. BTW, itu jalan menuju srandakan itu ya?

      • wongeres OPOTO

        Betul. Ancer-ancernya, kira-kira 1 km sebelum jembatan Srandakan. Jadi, nanti kita ngonthel sampai jembatan Srandakan, trus balik lagi kira-kira 1 km! 😀

  81. @ Kang Wong

    Mohon maaf Kang Wong ternyata salah jadwal, hari Minggu tanggal 6/2 dan 13/2 sudah ada acara. Jadi mungkin Minggu tanggal 20 Feb saja.

    Acara Onthel Boga adalah acara lintas komunitas, jadi bukan acara resmi milik Podjok meskipun selama ini didominasi oleh onthelis Podjok. Jadi siapa saja yang suka ngonthel dan suka kuliner tradisional bisa bergabung. Acara rutin adalah setiap Jumat malam ke lokasi kuliner seputaran daerah perbatasan Jogja-Bantul, dan sesekali Minggu Pagi ke Imogiri. Minggu ini saya mau coba Angkringan depan Museum Wayang yang direkomendasikan Panjenengan.

    • Angkringan depan Museum Wayang itu benar-benar angkringan sego kucing lho, Pak Sahid. Kalau kami ke sana akan ditanya: seribuan atau dua ribuan? Istimewanya cuma nasinya selalu panas. Jadi, kalau kita order, barulah dibungkuskan nasi kucing berlaukkan sayur atau oseng dan dua ekor teri asin. Begitu itu bagi Opoters nikmatnya sudah tidak kepalang. Hehe…

  82. 26 Pebruari 2011 masih lama njih Pakde? Huaduh udah mimpi mimpi nih pingin muter muter kota Jogya pakai onthel …mampir ke tempat tempat kuliner yg direkomendasikankan oleh Denmas Sahid……….mendah nikmatnya ya Pakde Wong ……….. ayo Mas Bantoro…luangkan waktu buat “pulang kampung” …..acara “mencari sesuap emas dan sepiring berlian” tinggalkan dulu…….cutinya di paske sama event di Jogya………..he he he he

  83. berandai-andai bisa dapat libur tanggal 26 februari 2011, pasti mampir ke …………………………….?

  84. @Pakde Rangga, alhamdulillah posisi saya sudah “pulang kampung” dan menunggu ajakan ngonthel “kuliner”….mudah2an 26 Feb bisa ikut jumpa darat.

    @Om Wong, saya juga siaapp…eh, acaranya nggak jadi nggih? pdhl wis terlanjur membayangkan kami sosolen dan kriyuk2nya peyek mbok tumpuk.

  85. @ wah jadi tdk sabar menunggu tgl 26.. kepengin nyoba sego kucing anget musium wayang dengan teri kembar dan sambel..nylekamin..
    @ mas Bantoro mas Aat dan sahabat angkringers semua.. juga mas heri n mas hari.. nanti kita ngangkring bareng njih… salam.

    • Siap Pak Rendra!
      masih ee… 22 hari lagi! (koyo cah SD ngenteni badha)

    • humbermania defoc 0905

      katur mas Rendra :sepertinya mengulang sejarah lama,klangenan ‘angkringan’ atau wedangan,meski tempo msh 3 mingguan.Kalau ada waktu mampir di Solo,ajak P Sahid muter2 (soal rasa solo tiada duanya).
      @ Mas Bantoro : sdh landing di yogya lagi ceritanya,apa sudah nambah humber lagi,ok salam.
      @ Kang Mas Wongeres : dos pundi kabaripun,perihal soto yg di beringharjo,apa yg disisi belakang pasar ya mas

  86. @Denmas Rendra……..iya yah …makan sego kucing dg teri kembar….sambel nylekamin….teh nasgitel yg mbleketaket…terus ngonthel sepeda (sewaan) yg lehernya panjang (pakai istilah Pakde Wongeres) yg cukup nyaman ……njajah ndeso milang kota Jogya…..huaduh….kebahagiaan yg akan
    terulang kembali njih Denmas…..
    @Mas Bantoro…….apa ya masih kuat utk “mengikuti jejak” OPOTO yg terbiasa ngothel touring yg selalu penuh tantangan apalagi kalau meliat mereka naik sepeda “naik naik kepuncak gunung, tinggi tinggi sekali”….dan ditambah beban di goncengannya …………nah Mas Bantoro…siapkah dirimu wahai saudaraku……he he he…. ngomongnya jadi kayak pelatih timnas PSSI saja nih……….
    @Pakde Wongeres…….jagain tuh piyayi satu ini yg baru “turun gunung”……..jangan sampe mabok nyepeda………
    @Mas Bantoro

  87. Sumanggah Tuan Rendra, mumpung saya juga tidak jadi panitia, bisa sekalian nimbrung angkringan bareng-bareng. Kalau Tuan bisa datang Sabtu Siang bisa nongkrong di Mirota Batik Lantai 3 atau Soto Pak Muh di Pasar Beringharjo…

    • Pak Sahid, kalau membawa bendera onthelis, saya pilih ke soto Bringharjo… (walah… dasar sotomania… haha…).

  88. @ Kang Wong
    2 hari lalu saya survei Angkringan depan Museum Wayang, hanya ada 2 titik. Ada warung makan sisi utara jalan dan warung angkringan tenda di sisi selatan jalan. Kalau yang Angkringan tenda sepertinya kok biasa-biasa saja tidak terlihat unik. Nuwun.

    • Lha, kan saya sudah matur. Bukan hanya angkringan nasi kucing yang biasa saja, malah sangat sederhana. Tapi, kalau angkringan lain biasanya hanya menerima titipan nasi kucing sehingga nasinya dingin seperti hidung kucing, di depan museum wayang itu nasinya dibungkus setelah kita order sehingga serba panas. Cukup untuk menghangatkan badan sebelum ngonthel lagi. 🙂

      • @ Kang Wong

        Di Pasar Beringharjo ada 2 warung soto yang enak, yang satu Soto Sapi Pak Muh di lantai satu blok aksesori (blok kedua setelah blok garmen bila jalan dari barat).

        Soto enak kedua di blok paling tinur, lantai 2 bersebelahan dengan Gado-Gado Bu Hadi. Ini juga soto sapi, mangkoknya kecil-kecil biar penasaran he..he..he..

  89. @ Tuan Rendra
    Ada tempat makan yang cukup kuno dan klasik di desa selatan Kampus ISI Sewon Bantul, yakni Warung Mbah Geneng. Apa sudah pernah mencoba?

  90. mungkin perlu dicoba angkringan depan balai RK Rejowinangun (jl. Kebun bunga) dari “BonBin” ke arah selatan/arah ke Kota Gede, kiri jalan……buat nongkrong jg enak krn ada “kloso-nya”…he..he…menurut saya lho…ini angkringan paling enak sak DIY…sekali lagi menurut saya…..suwun.

  91. @ Bro Suga

    Matur nuwun informasinya. Nanti malam akan saya coba sisir kebetulan pas momen Onthel Boga.

  92. @pak Sahid, Insyaallah saya Jumat tgl 25 sdh “mendarat” di Jogja, kebetulan ada kerjaan kelilingan sampai 5 hari. sy pengen nyobain soto sapi yg mangkok kecil sealian ngetes kira2 dlm kondisi laper bs nampung berapa mangkok…hehehe..
    . oya yg deket ISI sy blm nyoba pak, tp sdh masuk dlm agenda selama 5 hari..
    @ mas Suga, angkringan “kloso” yg paling enak se Jogja ada SPG nya to? tp jangan yg pakai kemben namun kumisan lho..hehehe.
    @ mas Aat, bahkan tiap hari bikin garis di tembok pakai areng.. ( koyo napi)… . sy duga ratusan onthelis Nusantara saat ini melakukan hal yg sama.
    ( salah satu bukti bahwa Jogja memang dirindukan dan istimewa).
    @ kang Rangga..mas wong juga punya jalur trek klas ” family” kok buat pengayuh seperti kita yg tdk kuat naik gunung..hehehe

    • @ P’Rendra, he..he….ada SPG-nya tapi biasa saja, SPG yg “semlohai” ada di Golo….tinggal pilih mau SPG model yang “lengkung” atau “kotak”….dijamin betah le beber “kloso”.
      Kalau yg dimaksud “angkringan kloso” dengan “SPG kumisan”, dulu pernah ada di djogja (…..25 th yg lalu), ada 2 tempat lagi….. tepatnya di depan kantor PMI lama (sebelah barat SMA 3 B) dan di jl. “kapasan”………….he..he…he…

  93. @ Bro Suga
    Saya tadi coba survei kok tidak ketemu, Bonbin ke selatan ada pertigaan ke kiri ke perempatan PLN Gedongkuning, apakah kekanan ke arah eks terminal umbulharjo?

  94. @ P’ Sahid
    betul bonbin ke selatan, sebelum pertigaan itu (kurang lebih 50 meter sblum pertigaan) kiri jalan ya…kan ada Balai RK Rejowinangun (malam biasa buat bulutangkis)….atau mungkin P’Sahid lagi nguber “motor tua”? disitu banyak lalu lalang udug he..he…

  95. @sahabat angkringers OPOTO mhn doa utk kesembuhan salah seorang onthelista dari Bintaro Jakarta ( istri bpk.H.Muyitno. ketua Bintaro Onthel Society) yg terserang stroke dan dlm kondisi koma. padahal mereka sdh book htl utk hadir acara Jogja tgl 26. semoga segera diberi kesembuhan. nuwun

  96. @mas Suga sy pesen SPG semlohai yg tdk berkumis saja tp iso nyinden lan siteran ..lha susah to..hehehe

  97. @ Toean Rendra
    Kula rantos rawuhipun wonten Jogja…menawi ngersaaken dipun derekaken mawi onthel, paring dawuh kemawon.

    @ Bro Suga
    Oh kalau itu…sudah terlacak kemarin, cuma ragu-ragu soalnya tempatnya gelap samar-samar. Thanks infonya.
    Wah kalau hobby motor udug tidak bisa koleksi banyak-banyak, selain boros tempat (perbandingannya 1 kamar untuk 12 sepeda hanya bisa diisi 2 motor tua), kalau tidak dipakai rutin malah rusak, belum ongkos STNK. Memang lebih complicated dibanding hobby onthel.
    Saya yang baru hunting adalah sespan orisinilan untuk BMW, mohon info kalau ada referensi. Nuwun Dab.

    • @ P’Sahid,
      – memang remang-remang Pak….kalau terang benderang “si pemilik angkringan” tdk kuat bayar listrik……ada “gunanya” lho pak kenapa kebanyakan angkringan dibuat remang2 atau di tempat yg agak gelap & ditutup terpal depannya :
      a. kalau makan di angkringan di jamin org lain tdk tahu kita makan dengan lauk apa (kecuali yg duduk di sebelahnya), lha kalau terang kan kelihatan apa aja yg kita makan…..salah satu “hak kebebasan konsumen utk memilih”
      b. kita tdk tahu “siapa yg duduk di sebelah —> status sosial, personal dsb, yg kita ketahui ya….kita sesama “angkringers” yg mempunyai “hak yg sama utk menikmati menu angkringan-nya”.
      c. kita bebas berbicara, tertawa lepas tanpa ada yg melarang (yg penting sak “madyo”) –> “kebebasan mengeluarkan pendapat”. dll tentunya….

      Wah kalau BMW agak sulit Pak…mungkin byk di bandung (…punya Ones), kalau BSA model “peluru” yg ori ada Pak…he..he..yg punya “gendhuk kota gede” tp sekarang dipakai adiknya “budi bathang”, dipasang di BSA 53. Kalau sespan Norton model “sepatu” yg ori yg punya “lik sardi semarang”….siapa tahu djl cpt BU sgr bgt………awi dab.

      Sebenarnya tdk banyak ribet lho Pak, kalau jarang dipakai/dipanasi paling olinya “ngendhok”…ya..dibuang olinya, ganti oli…njreng…hidup lagi.

  98. @ den mas sahid sendiko dhawuh, mangke dalem kabari menawi sampun dumugi, btw penjenengan “selingkuh” dateng BMW to, lha si Merah BSA nopo sampun istrhat?..hehehe
    @ mas Wong.. lerees sanget, kitonamung saged nyenyuwun berkahing Gusti..

  99. @ Bro Suga…matur sembah nuwun awit paring kabaripun, mugi-mugi dados rejeki. Amien.

    @ Toean Rendra…menika sejatosipun kados YIN-YANG, menawi BSA kados HD hawanipun benter (nge-ROCK), menawi BMW auranipun asrep (nge-JAZZ). Dados Toean Rendra kadosipun kedah ugi nitih BSA supados imbang. Nah injih mekathen tho Bro Suga…he..he..he..

  100. @ P’Sahid…..betul..betul…betul….menawi bade “nge-heavy metal” nggih nitih Norton….sami kalih menawi nitih “SPG”…
    @ P’Rendra…wonten Pak ingkang saget siteran & nyinden, namung wonten Solo…. “Yu Lemu”, jl. keprabon (depan Mangkunegaran)….sumonggo

  101. @mas Suga..njih leres tapi dateng ilat kulo kok Wongso Lemu mboten pas njih… kurang galak raosipun.hehehe..

  102. @ Toean Rendra
    Oentoek oeroesan liwet rijs, Toean bisa coba itoe waroeng di belakang Vastenburg (Telkom) ataoe waroeng Yoe Sani di Solo Baroe. Ada djoega beberapa liwet rijs jang oenak dikiri djalan besar menoejoe Solo Baroe jakni di kampoeng Dawoeng sebeloem pasar.

    @ Bro Suga
    Harga motor udug Norton sudah tidak terjangkau lagi, rata-rata di atas 100 gelo, kecuali yang 350 cc.

  103. Wah, selalu asyik ya kalau ngomongin selingkuhan. Puas? Puas? hahaha…
    Kalau motornya sudah punya, ayo koleksi sepedanya. Norton, BSA… Saya kemarin dapet Triumph! Cup eh, body masih bagus… 🙂

    • humbermania defoc 0905

      Kalo bicarain kuliner sepertinya semangat semua,he3,malah2 ‘turangga’nya ndak kesentuh,Triumph englandmania juga mas,ok salam

      • wongeres OPOTO

        Iya Mas Hari. Kita mesti berpoly-onthel juga to. Hehe… Kesengsemnya karena masih orisinil, belum pakai baju. 😀

  104. ah hahaha!
    kembali ke….. onthel…
    BSA karaten yg di galengan sawah plered itu mau ditembung sisan po?

  105. @ Bro Suga
    Operasi Dalad di Angkringan Rejowinangun sudah dilaksanakan malam minggu lalu, meskipun pulangnya kehujanan he..he..he.., saya belum coba nasi kucingnya karena bungkusnya koran (agak takut kebersihannya). Untuk wedhang dan gorengan nilainya sekitar 80.

    • @ P’Sahid…….nggak papa kok Pak, dicoba saja…mungkin perlu sangu godhong jambu kluthuk enom & uyah………he..he….

      @ P’ Wong……..kulo kepingin banget je ngelus2 si Dino…”edi peni”.

    • Walah, lha rak sido mangar-mangar. Hidup kadang memang harus nyerempet-nyerempet bahaya. Hehe… Dipastikan dulu bungkusnya KR apa bukan. 😀 Ini beneran lho, saya lagi ngelus-elus triumph…

  106. namanya mas Tono ganti Tono Cekat-Ceket aja..

  107. @ Kang Wong

    Saya biasanya memang selektif kalau nasi kucing, spec-nya harus pakai kertas food grade atau daun pisang sekalian, kalau kertas koran…saya mikir biasanya dijual kiloan dengan kondisi memprihatinkan, jadi takut sakit saja he..he..he..

    Mengenai sepeda Triumph, sejauh ini sepeda Triumph terbaik adalah milik Syeh Pujo (Rustam) karena crossframe dan orisinilan. Dipakai setahun sekali pas malam 1 Suro…

  108. @wah mas Wong seneng ngelus Triumph to, saya juga seneng ngelus Triumph dan Wacoal tapi ” njerone” krn lebih empuk dan kenyal…wakkkkk

    • Pak Rendra, kalau untuk touring lebih santai pakai Triumph lho. Wacoal itu lebih sporty, jadi suspensinya sengaja kurang mentul. Pakai Triumph kok kumisan! Hehe…

    • saya pilih sego se wacoal aja…

    • humbermania defoc 0905

      wah gawat puniko mas,kalo yg di’dalam’ Wacoal sy ndak bisa comment,takut melanggar undang2 dan HAM.Lha kalau Triumph nya mas wong,halalan-thoyiban.

  109. Om Wong, membayangkan “Ngopeni” Triumph sejak dari nol rasane adoh banget, selamat..moga2 yg muda bisa ketularan semangat joeangnya hehe.

    • Justru seninya ngopeni Triumph itu, kalau adoh banget sangune juga kudu akeh! Hehe… Lho, lha tapi siapa yang tua tadi? Mana?…Mana…?

      Iki mbahas opo to yo? 😀 😀 Malem Selasa jadi Mas?

  110. Mbah Nolo Klabang

    Saya ini yang udah tua kok. Gini Ki Lurah, mbok yo blog opoto ini sesekali nampilan onthel yang harganya merakyat. Jangan melulu sepeda yg masuk kategori mahal (collector item). Menurut simbah, ini kan berpengaruh bagi kawan-kawan lain (pemula), yang mencoba menggemari onthel. Eeh karena harga onthel yg kian mahal mungkin jadi halangan. Alhasil, mereka pun pada mundur karena kehabisan semangat joengnya. Selain itu, kasihan juga kan bagi yang sangunya cukup akeh……

    Padahal, tidak semua sepeda ontel itu mahal. Pasalnya, ada juga onthel yang harganya relatif murah (dengan kondisi tertentu), sehingga tidak menghalangi beberapa teman pemula untuk bergabung dengan onthelis yang sudah ada, dengan sepeda murah dan apa adanya…..seperti onthel simbah yang campur sari……

    • Mbah Nolo, jangan salah lho. Yang dimaksud mahal itu harga dapetnya atau harga jualnya, hayo? Sepeda Opoto itu dapetnya rata-rata murah meriah. Kalau toh ada beberapa nilainya sangat tinggi, tapi setidaknya waktu dapetnya dulu dengan harga murah.

      Coba Mbah Nolo tengok lagi halaman galeri. Gazelle X-frame waktu itu dapetnya masih di bawah seri-11 yang harganya ngawu-awu. Burgers heren dapetnya 800rb. Rudge limited 600rb. Batavus 1.5 juta. Humber dames 2 jutaan, Humber jengki 1,5 jutaan. Ludion 1.5 juta. Fongers PFG warisan ortu, dsb. Masalah sekarang nilainya di luar jadi 5 juta hingga 30 juta, itu di luar kekuasaan kami to. Justru, Opoto pengin membuktikan bahwa barang bernilai tinggi bisa saja kita dapatkan tanpa harus dengan uang banyak! Ampuh, kan? Saya berani buka kartu ini karena sepeda-sepeda yang didapat dengan harga murah tsb tidak dijual. Hehe…

      Di Jogja, setiap kali ngonthel, Opoters masih sering ketemu sepeda-sepeda lama yang sebenarnya bagus, tapi kurang terawat. Kalau para sahabat berminat, silahkan saja menitip amanat ke Mas Tono mau nyari sepeda apa. Nanti kita carikan. Mbah Nolo mau cari jodoh buat Batavusnya? Siap, laksanakan! 🙂

    • humbermania defoc 0905

      katur mbah Nolo:memang serba repot menyiasati hal ini,mimpi saya juga begitu.Lha kalau beras ada “ras-kin”,lha kalau onthel.Pengalaman saya yg belum’karatan’ soal onthel,biasanya ya dicicil dulu (perlu kesabaran ekstra),malah terkadang frame rangkanya ori,yang lainnya sakketemune,yang penting gowes dulu.Suwun mbah

  111. jangan2 yang bikin kelihatan mahal itu cuma gara2 jurus semir satu jari…

    • Triumph itu nggak saya buka dapetnya berapa, lha wong Mas Bantoro saja sudah nggak mentolo ngeliatnya, je. Adoh bangeeet! Hahaha…

  112. Mbah Nolo Klabang

    @ Ki Wongeres

    Ternuwun njih atas wejangan dan keterbukaannya. Saya juga mau buka-bukaan nih,. Saya ada beberapa sepeda onthel dengan harga terbilang murah sebagai berikut : Simplex heren 24 apa adanya Rp2,3 juta, Batavus heren 24 apa adanya Rp800 ribu, Gazelle Dames Tua seri 1 apa adanya Rp500 ribu, Releigh Heren 24 Rp1,2 juta, Norman Rp400 ribu, Releigh Dames apa adanya Rp100 ribu, Fongers tua apa adanya Rp100 ribu (kedua sepeda ini saya tembung di sawah, keadaanya sangat memprihatinkan). Nah satu lagi sepeda onthel yang kini jadi kesayangan. Onthel heren tua ukuran 26 entah mereknya apa, saya dapat seharga Rp90 ribu. Onthel ini pernah saya periksakan di bengkelnya Mbah Ngatijo, kata beliu : Dalangan (frame) onthel ini terbilang tua, telah ada jauh sebelum Mbah Ngatijo lahir diperkirakan buatan 1920-an. Memang asyik sih berpetualang njlajah deso milang kori ngumpulke wesi tuo….

  113. @mas wong..wah sy malah baru tau kalau sego saWacoal kategori sport mas.. soale ga pernah fokus pada “bungkuse” je, lha nek “kuthubaru” karo “ontrokusumo” masuk klas formula one dong..hehehe

  114. @ Kang Wong

    Mengkoleksi sepeda dengan cara “start form the scratch” memang butuh kesabaran dan ketekunan luarbiasa, namun karakter Panjenengan memang saya lihat mampu untuk itu…he..he..he..Untuk kasus sepeda Triumph mungkin butuh waktu lebih dari 2-3 tahun sampai pada kondisi full original…Kalau saya sendiri selama ini lebih suka “akuisisi” saja…yang penting 3S (suka sama suka), bukan “hostile take over”…he..he..he..

    Saya ada ide, bagaimana bila Opoto membuka stand di Klithikan event Konggres KOSTI II pada 26-27 Feb mendatang. Isinya pameran foto “Onthel Melintas Zaman” dengan dilengkapi narasi-narasi yang menggelitik. Barangkali bisa menjadi inovasi partisipasi onthelis…kreativitas khas Jogja…setuju?

    • Maturnuwun idenya, Pak Sahid. Tapi lagi-lagi kembali ke masalah kultur Opoto yang beraninya nonton, bukan ditonton itu lho. Kalau kelamaan di tempat ramai juga langsung pada panik lalu kabur mencari tempat sepi. Wah, jiaaan tenan. Tambane apa ya penyakit seperti itu? Ada herbalnya? 🙂

  115. triumph… wacoal…. mental mentul…. suka sama suka…..
    wah mumet aku…..

  116. Mbah Nolo Klabang

    @ Kagem Ki Humbermania, ternuwun atas wejanganya njih….

    @ Sangat-sangat setuju Pak sahid. Namun menurut simbah sih Opoto ki, ra wani alias tidak setuju. Soalnya, seperti biasa kan Opoto terkenal…kandang alias kamiseselen nek neng keramaian…..aduuhhh ampun Ki Wongeres simbah ndak bermaksud ?…..hehehehee…..Benarkan Kisanak Dedengkot Karawang “Wanine mung ngelus-ngelus Triumph neng ngomah”…..Gojegan lho Pak Noer….

  117. Rangga - Tohjaya - DeFOC 0919

    @Denmas Rendra….panjenengan memang keliatan “nggak suka kekerasan” tetapi “suka kekenyalan” persis spt ngendikane panjenengan …lha Triumph yg sedang panjenengan elus elus bukannya keras Denmas? Bagian yg kenyal paling paling cuman di sadelnya atau di bannya saja…kenyal mentul mentul…..tetapi kalau OPOTO memamerkan “barang yg keras ” dan harganya murah juga ikut senang to Den? Walaupun mungkin hanya Foto foto “petualangan OPOTO……hayo Pakde Wongeres ,gimana masukan dari Denmas Sahid? ….
    @mBah Nolo……..kalau Pak Noer…emang piyayinya suka “malu malu kucing” , kalau nggak disuport dari kita kita suka “malu maluin”…….gitu apa ya Pakde Wong….ini juga gojegan lho Pak Noer..karena ada yg bilang kalau masih bisa gojegan berarti masih pula ada kehidupan………salam buat kadang OPOTO njih……….

  118. Mbah Nolo Klabang

    @ Tepat sekali Ki Rangga….hehehehhee……Cemen kate anak Jakarte..hahahahaa..Salam Damai yaa Pak Noer..hehehee..

    @ Weeis jebule Denmas Karawang karem alias demen banget kekenyalan jroning Triumph. Gawat tenan nih bikin Kisanak Aat mumet tujuh keliling….Blas ra nyongko…..jebule….ngono..hihihi. Salam

  119. Mbah Nolo Klabang

    Jabang bayik, tenan kuwi pak Lurah Opoto?…byuh byuh byuh… ampuh banget…hehehehe

  120. Waduh kok yang laris dan suka dielus-elus hanya merk TRIUMP to yo? Apa gak ada yang lain,Apalagi Ekpertis kayak Gus Wong dan Gus Rend dengan sangat fasihnya bisa membedakan yang Sport dan yang tidak( padahal PASTI sama-sama 2 pintu) mungkinkah tampilan design atau akselerasi-nya sehingga ada dikotomi SPORT dan De Luxe series? Sekarang lagi diproduksi Item baru dengan bahan mentah (knitted fabrics) Hi density fabrics( fine gauge, 50 gauge,)… juga seamless! Sport abis,10.000 horse power! Saya pastikan, Suara melebihi Kecepatan hehehe!

  121. Kyai Branjangan, lha ini special item yang sport banget. Pasti cocok untuk kompetisi… catur! Halah.

    Suara melebihi kecepatan ya? Mas Aat, iki piye polahe? 😀 😀

    • daripada bingung, sama pilih cabriolet aja.. silir, bisa langsung mlumpat, tumpaki, genjot. ngooook.

      • wongeres OPOTO

        Minumnya pertamax plus! Itu pun masih bisa klebus. Sama-sama klebus ya minum soto saja. Hehe…

        Kalau bagi Pak Rendra sepertinya kendaraan bisa apa saja. Yang penting siapa dulu guide-nya. 🙂

  122. Gus Wong agung, ……5 menit termasuk pengeringan, juga beli Kao feather shampoo yang bubuk di tetangga sebelah, kalau kurang bersih mbilasnya, ada bubuk ketinggalan di unyeng-unyeng hahahaha…..

  123. @hahahahaha…. geli derwe gus Branjang, saya sungguh ngalami bubuk Kao father shampo ketinggalan di unyeng2….jan isin tenan krn diledekein temen katanya ngirit banget ben nek adus maneh ga usah shampoan…
    @ mas Wong, matur nuwun guyonan tadi pagi di htl Safir.. saya sungguh2 sangat menunggu “yg tiga ulan” lagi di launch…
    @ mas Kluwek… sopo angkringers OPOTO sing ora seneng sama ” triumph in side” hayo ngakuuu… berarti ora beres to…hehehe

  124. @hahahahaha…. geli dewe gus Branjang, saya sungguh ngalami bubuk Kao father shampo ketinggalan di unyeng2….jan isin tenan krn diledekein temen katanya ngirit banget ben nek adus maneh ga usah shampoan…
    @ mas Wong, matur nuwun guyonan tadi pagi di htl Safir.. saya sungguh2 sangat menunggu “yg tiga ulan” lagi di launch…
    @ mas Kluwek… sopo angkringers OPOTO sing ora seneng sama ” triumph in side” hayo ngakuuu… berarti ora beres to…hehehe

  125. Mbah Nolo Klabang

    @ Pak Rendra
    eeeeaalah godril tenan, wong kok dempe dempe senenge goleki simpe…..Karem suasanane opo ngelus-ngelus Triumphme Kisanak Karawang, wong senenge kok berkelit…bloko suto waee….hehhehehe..Mbok yo ngajaki Pak Noer, ben gaul jare….

  126. Jujur saja Saya Hobi pak Rendra! Gazelle sport saya sampe keluar meni merah-nya,sangking seringnya tak elus-elus heheheheee…….! Kalau Gus Wong senengannya Burgers Heren itu Pak Rendra hahahaha, sampek MENI-nya saja abis hihihihiii…

  127. Gus Wong, tapi saya curiga dengan pak Rendra, mengapa Gazelle crossframe-nya mulus banget, sadel,ban,standard,bell,lampu dinamo kok masih mulus ya hehehehe. Saya seneng Jengki Sport,Gus Wong seneng Heren( sampe cat dan meni merahnya amblas hihihihihhi), lha pak Rendra seneng Cross…heren ama dames gak suka? Ampuun Gus Rend…

  128. @gus Branjang.. sy sungguh tdk suka “jengki” sy murni lebih menyukai ” dames”… masih normal kan..hehehe

  129. @Pak Rendra & Kyai Branjang.
    Jangan salah lho. Kadang saking macho-nya, naik dames saja malu. Apalagi sambil bawa payung! Haha… Mantapnya kalau sama Juncker heren. Cat, meni, sampai ke karat-karatnya gusis! 😀

    Yang susah ditebak itu kan Pak Sahid. Menjebak. Priayine kalem, sukanya nggosok emblem nazi. Medeni. Sementara kalau ngunjuk M-150 mungkin malah pakai sedotan. Haha… Ampuuun Pak Doktor… 🙂

  130. @ nek Den Mas Sahid sepertinya penganut aneka selera, syaratnya cuman satu.. hrs bermutu dan punya nilai/skor diatas “80”..atau grade “A”…
    @ mas Wong, sy skrg banyak “guidenya” kalau ke Jogja..dan semuanya ” dames” kok, mau pesen mas?….hehehe..
    @mas Aat harap jgn pake cabriolet saat Merapi ngamuk, mundak pupuran koyo blogo..
    @ mbah Nolo Durti, ojo ethok2 ora ngerti utowo mbodhoni lha buktine kenyo Purbalingga wae sampek katut je…

  131. @ Kang Wong
    He..he..he..sepertinya ada kepribadian ganda. Yang saya kagumi dari tentara wehrmacht Jerman sebetulnya lebih pada kostum yang rapi dan semangat tempur yang luarbiasa.

    Pagi tadi akhirnya acara Onthel Boga ke Gudeg Manggar Mangiran terlaksana dengan baik dan lancar diikuti sekitar 15 onthelis. Bahkan ketemu dengan Mas Yonthit yang turut bergabung. Lumayan juga kalau dihitung sekitar perjalanan total 60 KM pulang pergi.

    @ Tuan Rendra
    He..he..he..pokoknya harus menang milih…mencari the best buy….

    • Alhamdulillah semua berjalan lancar. Pak Sahid, saya kira kita sudah melakukan pembagian tugas dengan baik. Pak Sahid dkk menempuh jarak PP 60KM dan menikmati gudeg manggar, sementara kami menempuh perjalanan PP 40KM dan menunggui G-dames yang kinyis-kinyis dikeluarkan dari kotaknya lalu dirakit satu-persatu sambil minum teh nasgithel dan pisang rebus. Luar biasa!!! 😀

  132. @p.Sahid….saya kmrn sdh mruput nggenjot dulu lho pak,dr gubuk mbok wedok di Bantul,ngalor muter2,temangsang di angkringan gereja Pugeran..padahal weteng ngintir-intir bener,lha wong dari pagi blm keisi apa-apa,untung sempat keganjel gethuk-e kang Dono,tp Alhamdulillah terobati di ngGudeg-an…ndilalah kok sy tidak lantip spt p.Sahid pd wkt kmrn,sy ambil porsi sepiring penuh,jadinya kemlekeren krn msh ada jamuan di Brosot….maturnuwun sanget p.Sahid atas kebersamaan kemarin…
    @m.Noor…lancar to mas,acr sama anak2..??

    • Mas Yon, kemarin pagi kami nuruti anak dan teman-teman sepermainannya ke penjual ikan hias. Katanya mumpung libur. Kalau Minggu pasti bapaknya sudah nggeblas pakai onthel. Hehe…

      Nuwun sewu belum bisa ndherekke. Semoga lain waktu nggih…

  133. hmmmmmmm……..wis to …….pokoke uenak tenen……walaupun cuman dengerin nih….

  134. @ Kang Wong

    Wah menarik juga masih ada Gazelle Dames kotakan…he..he..he..

  135. @ wah setelah ada Humber kotakan di bandung dan medan ternyata di Potorono ada juga G dames kotakan…top markotop tenan.. di sini juga ada “dames” katokan …dan triumphman..hehehe. salam

  136. @mas wong, kirimannya ” slow food, slow life or die” baru bisa kebuka… matur nuwun mas.. memang benar adanya… laksana filsafat ngonthel..

  137. @Denmas Rendra , Pakde Wongeres……..huaduh apa itu “hidup atau mati..pelan pelan???” yg saya tau “slowly but sure” yang = kura kura…..hayo mbok aku dikasih tau lho den…..apa lagi pake buka bukaan……….keras apa empuk…..he he he he

  138. Lama tidak bersua, ternyata bloggernya semakin banyak juga komennya…sampai pegel matane…Selamat deh buat moderator yang senantiasa setia dikala teman seperjuangan sudah pada menjauh karena ga ada waktu atau bosen ya? bisa jadi opoto termasuk blog yang paling lama eksis.

    • Lho. Acara ngonthel Minggu pagi selalu rame kok. Cuma komennya memang pada ngumpet 😦

      Ayo, kamar baru sudah jadi, kan? Berarti ngonthelnya bisa mulai lagi. Valuas gek ndang dilapi…

  139. ditunggu lho liputan terbarunya teman-teman opoto, dengan harapan topik yang di obrolkan teman-teman semakin banyak, semakin menambah pengetahuan, suwun.;

    • Iya nih, Mas Faj. Tamunya rame kok menunya cuma dingat-nget wae. Hehe… sbentar ya, ada deadline yang harus diselesaikan…

  140. @Pakde Rangga, jangan mancing2 lho…masih ada yg dibawah umur, belum gaduk nyengkah “rorikuran” hehe…salam.

  141. @Mas Bantoro…….sugeng ketemu lagi (masih dlm dunia maya)…yg penting Mas Bantoro tansah sluman slumun slamet dan doa saya semoga Mas Bantoro sekeluarga pinaringan sehat lahir……dan bathin……. he he he
    Penampakan Mas Bantoro sungguh asri dan edi peni….tetapi nggak ada gambar onthelnya ya….itu di Papua sana njih Mas? Wah….wajahnya kalingan topinya Mas Bantoro je…..yg penting semoga pula Mas Bantoro ndak bosen untuk ngonthel gitu lho……………..

    • Pakde Rangga, Amin, Matur suwun sanget atas doanya, sukses dan sehat selalu buat Pakde Rangga sekeluarga.
      Penampakan sudah saya ganti yg lebih cetho welo-welo halaah…Sebenarnya penampakan sak bleger “awak” saya sudah katut di fotonya Om Wong di depan tugu (kaos putih sebelahnya Om Wong) sementara om Aat priyayinya yang gagah pakai kaos kuning itu (ijin Tag ya om aat).
      Pakde sudah menyiapkan ubo rampe untuk tindak jogja belum nggih? wekdale kantun seminggu lho.

      • humbermania defoc 0905

        sugeng enjing mas bantoro,penampakan sepertinya sudah tersirat,lamat2 dibelakang apa pegunungan jayawijaya.Kalo yang didepan tugu memang sak bleger mas (bukan sak blogger),lha ya cuman tebak2an.Kalo kang mas Wong sudah terpetakan,he3.Ke yogya minggu depan,kayaknya belum kelaksanan,meski sudah janjian sama bakul mendong di beringharjo.Salam dulu mas.Saya titip Kangmas Rangga,suka nyasar2 beliaunya

  142. Mbah Nolo Klabang

    Huaduhhh pada ngobrol opo yooo kok selalu ke situ, ini pasti gara-gara Denmas Karawang yang selalu menjurus ke….? Yo opo tumon, kok ada dames katokan karo triumphman, nganeh-anehi banget Bapak asal Karawang siji kuwi, hehehehe…

    Ki Rangga, buka-bukaannya Denmas karawang itu coba tebak apakah pakai filsafat ngonthel tidak?…..pasti tidak kan……hehehehee..Salam

  143. Event Konggres Kosti tinggal semingguan lagi, para blogger Opoto menunggu undangan jajan soto bareng dari Opoto pada event hari pertama…he..he..he..

  144. Mbah Nolo Klabang

    @ Bang Aat

    Waah sangat tepat sekali Bang Aat, yoo ngono kuwi nek kebanyakan nonton dunia yang terbuka nan aduhai….akhirnya ngobrole ke situ-situ aja alias wongsingeres…..hehehehee….Punya ilmu transparan kali yaa….itu orang.

  145. @ den mas sahid, apa benar saat acara hari pertama akan ada undangan bagi angkringers OPOTO utk mencicipi soto langanan OPOTO di dunia nyata.. ayo ndang di tenani..hehehe ( ngarep.com), ma Hari, mas Heri ,mbah Kluwek, mas bantoro dan semua angkringers ..ini oendangan djangan sampai diloepakaen lho..

    • @P’ Rendra…..saya yg jauh saja dengar, memang akan ada undangan untuk nyoto bersama…tapi sepertinya bener kok Pak…memang ada undangan….(..undangan opo yo????). Nunggu P’Wong dehem aja wes……kalau udah ehmm….ehmm…brarti itu tanda “mengundang untuk nyoto bersama”. Makanya beliau off 2 hari tanpa comment, krn beliau lg sibuk (….menghitung & memeriksa siapa saja yg belum ter-listing utk diajak nyoto….ojo nganti kelalen…”jare-nya”)…..nggapunten P’Lurah….

    • humbermania defoc 0905

      janjane ya kepengin Mas Rendra,yg direkomendasikan apa yang di pasar beringharjo.Nyuwun ngapunten sepertinya tidak bisa mencicipi dunia nyatanya OPOTO,salam katur mas Wong saja.
      Nanti kalau tindak Depok ada pecel malang yang maknyus,monggo

  146. om wong, kalau pesta soto saya ikut lhoooooooooooooo …….

  147. mas Suga, mas |Hari, mas Maxs…. wah jan senenge pada jadi “kompor.com”… ayo ke jogja….. ayo nyotoooo…. hehehe. salam

  148. Salam buat para angkringers Opoto. Udah lama absen komen nih.

    @Pak Heri Agusti.
    Salam dan titipannya dari pak Noer udah sampai.
    Intinya kami menyambut baik konggres Kosti di Jogja dan saya menunggu kedatangan para angkringers untuk kopi darat.

    • Rangga Tohjaya - DeFOC

      @Mas Tono……mohon maaf….ternyata saya telah mencuri start duluan datang ke Yogya……..tetapi Insya Alloh saya akan ikut ngramein ( jadi penggembira) dalam event di Yogya nanti…smoga pada hari H nanti saya dikaruniai sehat wal afiat oleh Gusti Alloh ingkang Murbeng Dumadi…..nuwun

  149. Para minulya: Pak Rendra, Pak Dhe Rangga, Pak Suga, Kyai Branjang, Mbah Nolo, kalau boleh tahu mau rawuh di Jogja hari Jumat atau Sabtu? Sabtu pagi klithikan sudah mulai buka lho…

    Barangkali Pak Sahid sudah bisa memberi gambaran acara di lapangan?

  150. @ P’ Rendra………..he..he….kalau saya ya di “jebluke sisan”….dari pada nanggung/gumantung..he..he…ndak marahi “nggempet” ra kabul he..he…matur suwun lho Pak undangannya: ” ayo ke jogja….. ayo nyotoooo…”
    @ P’Wong……saya di yogya mulai kamis (sowan dulu ke Ibu) mungkin baru sabtu bisa gabung…matur suwun.

  151. @m.Noor…”njawil” saya mas,kalau mau tindak,saya tak ngampiri apa ketemu dijalan/lokasi…temen2 juga mau tak kepyak-ke…gugur gunung ngonthel,sinambi ngumbah mripat (mripat sepuh gini,makin sering mbeyuyut,perlu sering2 dikumbah to m.Noor,biar tdk lekas katarak..he..he) ….

  152. @ Para Kadhang ingkang minulya…

    Pasar klithikan biasanya semakin malam semakin ramai, puncaknya pasti Minggu Pagi…jadi kalau Kang Wong mau menjamu soto kepada para blogger Opoto, maka waktu yang tepat barangkali adalah Sabtu siang/sore…

    @ Tuan Rendra

    Saya sudah coba Gudeg yang di Batas Kota, rasanya cukup uenak dengan nilai B+ sejajar dengan Gudeg Kuncen atau Gudeg Klentheng. Tuan Rendra sebaiknya coba juga Gudeg Kali Mambu (Depan SD/SMP Sang Timur) dengan nilai A-.

  153. Rangga Tohjaya - DeFOC

    @Pak Yonthit…..hualah kok yo mesti pake ngumbah mripat to? Lha kalau saya tiap Minggu ngumbah sadel, sampe sadel onthel saya kinclong kinclong dipake ngonthel……sudah gitu…..kalau sadel saya kinclong……mripat sepuh saya juga menjadi kinclong lo pak…….mohon nggak percaya yo pak..sebelum dibuktikan….he he he he

  154. @mas Noer, Insyaallah Jumat pagi sy sdh di Jogja kebetulan ada kerjaan sampai jumat sore, sabtu minggu free… ( pastinya..).
    @ mas Suga… ayo ke Jogjaaa.. ayo Nyotorono… halaaah tamu kok saruuu…
    @ den mas Sahid.. gudeg kalimambu… siaaap serbu..kira2 kalau sama gudeg permata gmana?. nuwun infonya
    @mas Yonthit, sy juga mau lho di jawil..kapan mau ngumbah mripatnya?.. salam.
    @pak Tono..halo pak..apa kabaar..

  155. Hore Mas Wong, arep nduwe gawe? masang bleketepe, njur nyoto?

  156. @ Toean Rendra
    Gudeg Kalimambu dan Gudeg Permata rasanya satu nada, nilainya A- dan A, jadi beda tipis banget…selamat mencoba!

  157. Sabtu Minggu akan menjadi hari penuh kesan nih, ketemu kadang dari berbagai penjuru. Kyai Branjang apakah juga berkenan rawuh di Jogja ya?

  158. Maaf beribu maaf Gus Wong, malem sabtu itu, 40 harinya Bapak, jadi ya harus dijember. Lha minggu pagi sudah di Jogja mau ke Vredenburg lha kok ya jalan-jalan katanya dialihkan. Jadinya langsung ke Tugu, beli tiket kreta pagi ke Bandung. Saya naik LODOYO lho Gus wong…naik macan ke Bandung. Padahal saya kepingin sekali sowan, trus ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon dengan OPOTERS plus Angkringers kan Nyamleng! Tapi kok ya belum keturutan ! Angkringers….you’re in my heart, you’re in my Soul …..

  159. Rangga Tohjaya - DeFOC

    Kami telah kembali ke Jakarta setelah kemarin seharian ngonthel bersama rekan rekan OPOTO…..wisata Candi…dan tentunya dimensi akhir.adalah Nyoto…terima kasih utk OPOTO yg telah sudi “momong” diriku ini…kami telah diberi kesempatan banyak belajar tentang onthel “dlm kehidupan kami”…..tidak lupa kami belajar tentang “etika”….shg tidak perlu kami ini belajar etika ke Yunani spt yg dilakukan para anggota DPR di Jakarta sana…….matur nuwun atas “semuanya” itu….semoga budi baik kalian akan dibalas pula oleh Gusti Alloh dg berlimpah……kenangan yg tak terlupakan buat kami…….

    • wongeres OPOTO

      Huraaa… Pak dhe Rangga dengan penampilan baru. Semoga kesehatan, semangat, dan kesuksesan terus diperbarui pula. Maturnuwun sanget awit rawuhipun ing gubug Potorono. Bangga sekali pada berkenan mampir dengan segenap kesederhanaan yang ada di Potorono.

  160. humbermania defoc 0905

    tur nuwun mas wong,pakdhe rangga sudah dijamu sedemikian rupa,sama spt dulu ketika kita mecel di sgpc.
    dan mohon maaf saya ndak bisa sowan ke yogya utamanya ke potorono,ok salam buat temen2

  161. Rangga Tohjaya - DeFOC

    Seandainya Mas Bantoro sudah berada di “ketinggian” sana, semoga selalu dlm keadaan sehat…dan bisa mengenang “mengayuh pedal onthel” bareng kerabat wisata candi yg baru lalu…seperti saya…semuanya itu sbg Nostalgia saya sewaktu di kampung dahulu….ngonthel di rerimbunan pohon..terseok seok diantara tanaman padi….tersenyum tertawa mendengat celoteh rekan rekan kita….huaduhhhh…..kapan lagi yah….Mas Bantoro, saya sempat nanya sama Pak Agung : Pak Agung ….mana sih yg namanya Pak Max, kok ndak ikut ngonthel ? Pak Agung cuman tertawa ..dan terus numpak sepeda didepan saya sambil megal megol krn mungkin sadelnya kekecilan atau pantat Pak Agung yg kegedean….lha mana Pak Max ya?…….salam dari jauh …dan sukses selalu beraktifitas…….jangan bosan utk ngonthel…..

  162. Matur suwun pakde Rangga. Membayangkan kenangan “manis” kok ya spt sedang ngubek ubek “roso rinoso” kita ya, sama rasanya spt saya yg cuma bisa nyawang foto pit lawas tanpa bisa menyentuh hiks..hiks. Salam dari ketinggian 4285m dpl.

  163. Tinggi banget mas Bantoro, daerah manakah itu ?

  164. Om Faj, di puncak jayawijaya papua om..adoh ratu cedak watu
    ..salam.

  165. ups, luar biasa mas bantoro, dengan tantangan alam, dengan jalan batu etc. selamat bertugas mas.

  166. @ halo mas bantoro, wah jan ketemu mung sak klebatatn kok ujug2 udh mak bedunduk di jayawijaya, matur nuwun lho sdh methuk saya di penginapan dan akhirnya bs ngonthel bareng.. sangat mengasyikkan..kpn kondur mas. semoga sukses selalu.salam onthel..

  167. @Om Faj, matur nuwun om, selamat berkarya juga dan salam.
    @Pak Rendra, sami2 pak, mudah2an lain waktu masih bisa katuran lenggah lagi di Jogja, Insya Allah 30 Mar sudah ngelus-elus onthel lagi. salam.

  168. Pak Nur, sudah saatnya tertibkan postingan baru tampaknya..

  169. @ pakdhe rangga : haaaa..haaaa… sungguh merupakan kehormatan dan kebanggaan kami, bisa ikut ngontel bareng “panjenengan” sedaya… semua letih, capai, beban berat ….. sirna …bablas..blas..blas… dengan saling canda, saling sentil dan sikap semedulur panjenengan semua…..matur nuwun.

    @ om / tante rendra : kapan kito “mabuk degan” malih? haaaa…haaaaa…

  170. @ mas Bantoro : weleeeeh… nembe sepisan bareng ngonthel kok trus aku ditinggal…. adoh sisan… sir-ku arep ngampiri rana, tapi kok isih mangu mangu yo mas…. haaaaa…haaaaaa…

    @ om Noer : pengin ngrasakake sepeda rasa becak???? sumonggo kagunganipun sepeda ingkang wonten presnelingipun, pun lepas kawatipun…. haaaa…haaaaa….

    • @Pak Max, hehe..lha selak ngayahi tugas sbg penjemput. ….diambah genjotan G1 kagungane Om Wong sing mak kleser-kleser ora ono suarane, dadi ya nggak sempet ikut mendem degan.

  171. @halo mas Maxs, tumben muncul nih,ayo kapan kita mendem degan lagi mumpung belum dilarang..hehehe,,
    @mas Aat, postingan lama juga udh tertib kok, kan OPOTO punya motto ” sing penting tertib”..hehehe

  172. Rangga Tohjaya - DeFOC 0919

    @Mas Maxs….bener khan Mas Maxs? Kalau kita ngeliat Denmas Rendra sarimbitan ngonthel bareng persis koyo “mimi lan mintuno” nggak seperti kalau Mas Maxs sarimbitan sama “permaisuri” dirumah…koyo “mimi lan mie pangsit”….he he he he……tapi bener lho, Pakde Wongeres ngeliat Mas Maxs megal megol ngonthel cuman bisa mesam mesem sendiri…..kenapa yah?…… Salam buat sedulur OPOTO kabeh……..ngonthel memang migunani………

    • wongeres OPOTO

      Pak Dhe Rangga, beliau berdua pas ngonthel kemarin memang luar biasa. Seperti Gatotkaca dan Dewi Pregiwo. Meskipun padharan ngintir-intir, ning ternyata tetap perkasa. Malahan karena ‘EO’-nya kurang tertib ngatur timingnya, ya klakon pada mendem degan. Haha… untung ada Bu Rendra!

      Saya melihat Mas Max juga jadi tertawa. Sepedanya Mas Yonthit sebenarnya jos tenan. Tapi sadelnya yang ‘ngumplik’ itu di badan Mas Max perasaan kok jadi seksi. Malah mbayangke G-string! Hahaha… Ampun Mas Max… 🙂

  173. @ Om Rendra : weleh… om rendra tu “Nyindiiiiir”… menika sampun OL teras kok om……. mangke ndak ketinggalan pawartos… heee…heeee……

  174. wongeres OPOTO

    Banyak lembur, banyak bencana, membuat perasaan tertekan, hati prihatin. Ada tantangan dari Mas Bagus Kurniawan. Ngepit mengunjungi perajin wayang kertas, atau pabrik gulo batu. Kendalanya cuma hujan. Apa lagi kalau angin Jepun bertiup, konon membawa hujan asam? Waduh….

    Mas Bantoro, baut sadelnya jangan lupa dibetulin dulu. Hehe…

  175. @m.Noor,jane sing “ra-umum” itu sadel-e apa priyayi yang nitih-i ya???..he..he..sabar m.Max’s

    • wongeres OPOTO

      Dua-duanya beyond ordinary! Hehe… Lha sepedanya gimana itu Mas Yon? Sudah tak dhelikke di pojok garasi tapi masih bikin silau. Kalau malah dadi pengin njuk piye? Haha… Belum lagi nanti kalau ngematke G-A yang unik itu. Selera bagus, Mas Yon… 🙂

  176. Mas Noer : pengrajin wayang kertas dan mainan anak2 dar kertas di Kaliputih barat Sewon, musim hujan ini tidak banyak yg produksi. Kendala musim hujan yg menentu. Pembuat Gula Batu di Timbulharjo Sewon Jl Imogiri Barat masih ada satu rumah. Semoga saja tidak hujan

  177. @m.Noor…lha itu mas,lain kali jgn diumpet-ke,biasanya klo yg ndhelik2 dan brukut,malah bikin penasaran to mas..??hehe…Klo si Buluk “NE” tidak ngrepoti,ndherek biar “nyantrik” di Potorono dulu mas,saya belum bisa sowan…sumangga,klo ngersakke nyobi nitih-i G-A,biarpun “ala ing warna,rasane kaya ning swarga”,memes lho mas!!…haha..ngeyem2-i ati,padune gaduk-e cm segitu…mtrnwn
    @m.Bantoro…kapan kondur,gek ndhang ngonthel maning..!!!
    @m.Max’s…waktu “makai G-String” kmrn,tidak kesemutan to??…haha..nyuwun pangapunten lho m.Max’s,sadel-e cm “sakepel” gitu..!!

    • @om Yonthit, awal bln ngajeng nembe saget ngonthel malih, om…memang prioritas pertama panjenengan kedah “ngambakke” sadel kok, kulo termasuk salah satu korban sadel sing mung sak kepel itu lho hehe..

  178. Perhatian..perhatian.
    bagi yang menitipkan sepeda di potorono harap dibawa pulang. Yang dititipi mulai naksir lho..

  179. @hwaduuuh….ampuuuun..hehehehe

  180. mas yonthit : menawi “brutu” mboten kesemuten kok mas, namung ingkang ngajeng radi “kram”…haaaa…haaaa….. (peace maaaas yon..guyon 2011)

  181. @pak dhe rangga : wah jian…menawi mirsani om rendra kaliyan tante, nitih sepeda sarimbit menika paribasan “ana bel di las karo setang-e”…..mboten saget uwal lan serasi sanget…. menapa malih rikolo nyuwun foto berdua wonten ing candi plaosan…wah….wah… kados lare nem-neman badhe foto “pre-wedding”… haaaa…haaaa… (peace om rendra)
    @ om wong : siaaap om…..minggu ke wayang kertas…. semoga “tertib” bangunnya… haaaaa…haaaaa…..

  182. @mas Maxs….njih leres sanget niku..mumpung wonten kesempatan je..biasane siji ngalor siji ngidul golek upo dewe dewe.. ketemune yo mung pas lg ngonthel thok…hiks…salam

  183. Sweet blog! I found it while searching on Yahoo News.

    Do you have any tips on how to get listed in Yahoo News?

    I’ve been trying for a while but I never seem to get there! Appreciate it

Tinggalkan Balasan ke aat Batalkan balasan