Masjid ‘Pathok Negara’ Wonokromo: Kisah Menegakkan Negara dengan Membangun Akhlak Bangsa.

Sebagaimana sungai-sungai yang mengalirkan air ke mana-mana, akan ada satu muara yang mempertemukannya dengan lautan. Seperti juga kami yang bisa memulai perjalanan dari mana saja, tetapi hanya ada satu tempat kembali: ke haribaan Yang Esa.


Masjid Taqwa di Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta

Rupanya hujan masih terus melanjutkan ekspansinya hingga bulan Juni. Kendala paling sederhana yang kami rasakan adalah, baju seragam ngonthel kami tak bisa kering dalam sehari. Tanah basah di Minggu pagi, 13 Juni 2010 itu terus menguapkan kabut tebal yang segera menyelimuti kampung Potorono. Kami, komunitas Opoto (Onthel Potorono) terpaksa menunggu kabut menipis, sekedar mendapatkan jarak pandang agar mampu mengenali kendaraan yang ada di depan kami. Akibatnya, kami berangkat lebih siang dari biasanya.

Berangkat dengan baju warna-warni, kami mengayuh sepeda onthel dengan tujuan yang sama. Sepeda berjalan perlahan, menyibakkan kabut pagi serupa tabir ajaib yang sekali-sekali menghadirkan berbagai kendaraan secara-tiba-tiba di depan kami. Kami harus lebih berhati-hati. Untunglah, ketika kami melewati banyak kerumunan orang di jalanan sekitar pasar Ngipik, kabut tak lagi mengganggu pandangan. Kami tak berhenti, melainkan terus berbelok ke selatan, menuju wilayah Wonokromo, Pleret, Bantul, melewati tempuran yang mempertemukan sungai Opak, sungai Gajahwong, serta sungai Belik, untuk bersama-sama bermuara ke Laut Selatan.

pintu gerbang dan lambang keraton Yogyakarta di atap masjid.

Tak jauh dari tempuran sungai itu, berdiri megah sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Taqwa. Masjid ini merupakan salah satu masjid Pathok Negara (tiang negara), yang kehadirannya tak dapat dipisahkan dari nama seorang guru agama setempat yang berwibawa pada masa itu, bernama Kyai Muhammad Faqih.

mihrab dan serambi masjid

Alkisah, dalam upaya membangun wilayah kerajaan yang aman, tertib, dan sejahtera, Sri Sultan Hamengkubuwono I pernah datang menemui Kyai Muhammad Faqih. Untuk mewujudkan keinginan Sultan, Kyai Faqih mengusulkan agar Sultan menunjuk orang-orang yang bisa dipercaya untuk membimbing akhlak dan budi pekerti masyarakat. Orang-orang berpengaruh tersebut akan menjadi Pathok Negara dan kelak ditugaskan di berbagai penjuru yang mengelilingi keberadaan keraton, antara lain di desa Mlingi, Plosokuning, dan Godean. Kepada para Pathok Negara itu dianugerahkan tanah perdikan yang dibebaskan dari pajak.

tempat berwudhu, bedhug dan kenthongan, serta parit dengan air jernih

Pada tahun 1701, Sultan menunjuk Kyai Faqih menjadi kepala bagi para Pathok Negara dan menganugerahkan tanah perdikan berupa alas awar-awar (hutan tak bertuan). Hutan itu pun dibuka, dan di atasnya didirikan sebuah masjid. Agar wilayah ini benar-benar mampu memberikan kemuliaan bagi warga, oleh Sultan wilayah ini diberi nama Wa Anna Karoma, yang oleh lidah masyarakat setempat kemudian dilafalkan menjadi Wonokromo.

Pada saat didirikan, struktur bangunan serta dinding masjid menggunakan batang dan anyaman bambu, sedangkan atapnya terbuat dari welid (anyaman daun ilalang kering). Dalam sejarah perjalanannya, masjid ini mengalami beberapa kali renovasi hingga sampai pada ujudnya sekarang ini.

Opoters membawa onthel hingga halaman masjid

Di halaman yang luas itu, dahulu pernah dibuat kolam yang memanfaatkan aliran sungai Belik sebagai tempat berwudhu. Sekarang, tempat berwudhu berupa kulah (bak air) dan kran berada di sebelah utara dan selatan masjid. Meskipun demikian, di sekeliling serambi masjid masih ditemukan adanya parit/kolaman dengan air yang jernih.

Dahulu, di halaman masjid ini setiap “Malam Rabu” terakhir di bulan Sapar (Syafar), digelar keramaian dalam rangkaian upacara adat Rebo Pungkasan (Rabu terakhir). Konon, pemilihan hari Rabu terakhir ini disesuaikan dengan waktu pertemuan antara Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan Kyai Faqih. Pada perjalanan waktu, karena keramaian pesta rakyat tersebut dikhawatirkan mengganggu aktivitas ibadah di masjid, maka pelaksanaannya dipindahkan ke Lapangan Wonokromo.

Burgers-24, perahu drum, dan Opoters di tempuran sungai

Semakin lama berada di lingkungan masjid ini, semakin banyak cerita yang dapat digali dari penduduk sekitar. Misalnya tentang keberadaan masjid ini yang di masa revolusi fisik merupakan salah satu tempat berkumpul para pejuang. Tetapi, pagi itu kami tak punya banyak waktu. Di samping kami berangkat sudah terlalu siang, ada acara lain yang menunggu kami. Maka, sebagai kenang-kenangan, kami menyempatkan berfoto di halaman masjid yang tak hanya indah, tapi juga terawat baik. Pertanda masjid ini selalu dihidupkan oleh para jamaah yang datang dari segenap penjuru desa dengan satu niatan yang sama: beribadah menghadapNya.

di mana bumi dipijak, di situ kelakar digelar 🙂

Sebelum benar-benar meninggalkan Wonokromo, kami sempat membasuh kaki kami di dekat tempuran, mencoba perahu yang terbuat dari drum-drum aspal, mengobrol dengan beberapa pemuda yang tengah mencuci tikar, serta menunggui orang yang asyik memancing ikan. Tapi tak lama kemudian kami segera menyeberangi jembatan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Pleret.

Jalanan aspal menuju arah pulang sedikit mendaki dan agak berliku. Untunglah rindang pepohonan di kanan-kiri jalan yang kami lalui senantiasa menaungi kami dari terik matahari sambil sesekali menghembuskan semilir angin lewat ayunan dahan-dahannya yang rimbun menghijau. Meskipun target pemberhentian berikutnya yang kami sepakati adalah warung soto, tak urung kami semua berhenti mengayuh ketika sebentuk penasaran menyelimuti hati kami seiring munculnya sebuah batu besar di hadapan kami.

Opoters, setitik noktah di alam luas

Batu itu menjulang di pinggir jalan dengan bekas cekungan serta lubang-lubang kecil serupa tapak kuda yang oleh penduduk sekitar dikenal sebagai tempat hinggapnya kuda sembrani dalam kisah legenda masyarakat Pleret. Sayangnya, pinggiran batu besar itu telah dipotong-potong oleh para pencari batu hingga tinggal menyisakan jejak kuda sembraninya saja. Kelak, di lain kesempatan kami akan menyusuri jejak-jejak legenda ini serta petilasan keraton Pleret. Sementara untuk saat ini, agaknya warung soto benar-benar harus diprioritaskan.

alam tergelar penuh cerita, Pak Tjip menyeberang penuh trauma 😀

Tak seberapa jauh lagi, akhirnya kami sampai di warung soto langganan, tempat segala tuntutan lapar dan haus mendapatkan pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan fisik tentu kami perlukan sebagai dukungan atas badan wadhag kami untuk melanjutkan perjalanan.

Dengan fisik yang prima, semoga perjalanan apa pun yang telah kami mulai akan sampai di tujuan, serupa air sungai yang begitu tenang dan yakin, bahwa perjalanan penuh kesabaran akan mempertemukan mereka dengan lautan.

**
Referensi:

Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, penyusun: Abdul Baqir Zein, Gema Insani Press, 1999.

Perkembangan Masjid Taqwa Wonokromo Bantul 1970-1997 -Tinjauan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Skripsi oleh Erna Wardatun – NIM. 93121224, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

133 responses to “Masjid ‘Pathok Negara’ Wonokromo: Kisah Menegakkan Negara dengan Membangun Akhlak Bangsa.

  1. Allah akbar…….

  2. @ perjalanan spiritual yg manis….
    @…dan nyoto….hehehe.. salam

  3. OPOTO = Onthel PariwisOTO … setuju?

  4. OPOTO= Onthel disambi Nyoto…hehehe..pas..

  5. heri agusti - DeFOC

    Assalamualaikum wr wbktuh’, ikut nimbrung nih Pak De’
    Dalam sejarah Indonesia yg pernah saya tahu, mesjid dan isinya (para alim ulama) memang sangat berperan dalam membangun negara. Contohnya Pangeran Diponegoro. Parit yg airnya jernih kira kira fungsinya buat apa ya Pak De? Huaduh hebat tenan “disertasinya”, cuman belum ada “lembar pengesahannya….he he he
    Dimana bumi dipijak, disitu onthel dijunjung.

  6. onthelpotorono

    Wa alaikum salam.

    Lha, yang terakhir ini yang berat. Enakan njunjung Seli (sepeda lipat) tanpa marselina 😀

    Mas Heri, ide sederhana Kyai Faqih itu sangat menarik, dan agaknya masih relevan dengan zaman sekarang. Jika runtuh akhlak suatu bangsa, runtuhlah semuanya.

    Di Masjid Purworejo yang terkenal dengan bedugnya itu, tempat wudhu hingga menuju serambi masjid digenangi air, agar kaki para jemaah tetap suci. Kalau di Wonokromo, meskipun kita masih bisa mencelupkan kaki di sana, kami lihat ada beberapa ikan di dalamnya. Rupanya parit itu berfungsi artistik juga.

  7. Ki Juru Warto

    Cerita yang tepat Ki Lurah, di tengah-tengah runtuhnya ahlak dan moral bangsa ini. Buktinya adalah anarkisme dan kemaksiatan kian merajalela. Kekerasan menjadi jalan pintas untuk menyelesaikan masalah. Berzina sudah menjadi hal yang biasa dan dipertontonkan dimuka umum. Terorisme juga belum habis, dan banyak lagi lainnya.

    Menurut saya ada tiga hal yang menjadi akar kerusakan ahlak adan moral ini. Pertama : Terikatnya hati manusia pada keduniawian. Akibatnya orang sering mencari dukun atau korupsi sebagai jalan pintas untuk menimbun harta, dan tak ingat Allah Yang Maha Mengetahui. Kedua : Mengikuti potensi marah, hanya demi mempertahakan kekuasaan orang cenderung anarkis bahkan membunuh. Ketiga menuruti hasrat syahwat. Seperti akhir-akhir ini yang sedang hangat dibicarakan.

    Nah, setelah kita membaca pengalaman cerita Ki Lurah Opoto, tentunya kita mempunyai sikap eling lan waspodo. Kita selalu beribadah, menguatkan iman dan membuka kontak batin dengan Allah Tuhan Pencipta Alam Semesta. “Seperti juga kami yang bisa memulai perjalanan dari mana saja, tetapi hanya ada satu tempat kembali, yaitu ke haribaan Yang Esa,” ungkap Ki Lurah Opoto berfilsafat.

    Ke Jogja jangan lupa membeli bakpia…..
    Di Jogja yuk kita ngonthel bersama…….

  8. onthelpotorono

    Duh, kalau lihat sepeda onthel orisinilan saya juga masih pengin. Hehe… Dunia juga perlu sih, meski jangan jadi orientasi di atas segala-galanya. Pemikiran tahun 1700-an, kok masih relevan. Kita terlalu lama abai dan melakukan pembiaran, kali ya 😦

  9. @mas Wong…mbah Rejo sinten njih.. saya blm tau jadwal ketibaan yg pasti mas.. nanti sy akan kabari penjenengan kalau sdh deket acaranya..
    @mas Durti ke jogja to.. sekalian sowan potoronotomo…hihihi…

  10. perjalanan yang indah dan mengesankan, mungkin kita perlu coba ke arah utara ke masjid ploso kuning dan lihat ikan paimo (arapaima) yang didatangkan dari sungai amazon, sambil mencari warung soto-nyoto yg laenya he…3x

    • onthelpotorono

      Ayo saja. Kapan ya? Minggu ini kita ikutan ke Bentara Budaya dulu. Minggu depan?
      Tapi saya kalau liat ikan bawaannya suka laper! 😀

  11. Tradisi Rebu Wekasan atau Rebu Pungkasan yang sudah hilang atau sengaja dihilangkan oleh para sesepuh di Wonokromo adalah mencuci kaki bersama-sama dipinggir kali dekat tempuran. Dulu waktu kecil tahun 80-an masih ada, saat cuci kaki bersama banyak disalahgunakan utk saling sirat-siratan air hingga basah dan liat paha/betis mulus seperti betisnya Ken Dedes. Sekarang acara Rabu Pungkasan malam hari hanya kirab Lemper raksasa tanpa cuci kaki di pinggir kali lagi

    • onthelpotorono

      Mas Bagus, wacana ‘pencucian hati’ pada kebiasaan ritual Rebo wekasan tempo dulu (oleh sebagian orang) itu dulu juga menarik ya Mas.

      Upaya membersihkan hati ternyata tidak melulu harus dilakukan dengan menjauhkan diri dari pikiran-pikiran negatif, melainkan bisa juga (justru) dengan melampiaskan sebebas-bebasnya semua dorongan negatif (termasuk komentar porno/vulgar) tsb sampai tuntas sehingga hati akan kembali bersih ketika sampai di seberang tempuran. Mungkin karena mekanisme ini pada masa kini sudah tidak dipahami lagi secara kontekstual sehingga berbahaya dan dihilangkan oleh para sesepuh tadi.

  12. Kok tempatnya selalu terlihat nyaman…. kayak bukan di Indonesia… Have a nice day!

    • onthelpotorono

      Haha… Mas Adi, malah kalau kami ‘tersesat’ di metropolitan juga mikirnya begitu: kaya’ bukan di Indonesia… 🙂

      Salam hangat dari Potorono.

  13. heri agusti - DeFOC

    @den bagusmajnun, tradisi cuci kaki th 8o-an masih ada, soale waktu itu masih ada Ken Arok dan juga Ken Ariel, sekarang mereka sudah pada pindah ke Depok…….yg baru timbul nafsunya kalau lihat sepeda onthel kuno orisinil …nafsu pingin anduweni.
    Sekarang hanya ada lemper raksasa dan…….soto raksasa made in OPOTO …..he he he….mangkoknya seberapa gede ya?

    • onthelpotorono

      Mas Heri, lemper itu juga menjadi pralambang bahwa untuk mencapai kenikmatan hakiki harus melalui beberapa tahap. Membuang bungkus/kemasan daun pisangnya diartikan sebagai membuang hal yang tidak bermanfaat, lalu menggigit ketannya, baru deh sampai ke intinya yang uenaak itu….

      Soal kenapa ukuran lempernya raksasa, itu mungkin agar bisa jelas terlihat oleh semua orang sebagai sanepo atau contoh. Jadi nggak ada hubungannya dengan Mak E**t. 🙂

  14. @oh nyuwun pangapunten..mbah Rejo.. blangkon to..wah iya nanti kita sowan ya mas Nur,..
    @ mas Heri dan mas Bagus..apa kbr? kok ujug ujug udh dikskas lemper..dan betis ken dedes to.. wah sy ketinggalan kereta nih…. “..ayo Ken Arok,kita lsg susul ke tempat akuwu saja….dalam pada itu disana Ken dedes sudah menunggu..”…hehehe

    • onthelpotorono

      Dalam pada itu, blangkon tulis kumitir latar biru telah diboyong ke dalam sanggar Potorono untuk dipersiapkan sebagai ageman dalem Ki Ageng Karawang yang berperawakan tinggi besar tetapi penuh welas asih terhadap koleksi onthelnya… 😀

  15. Mas Heri, kalau onthel di seputaran Banguntapan, Pleret, Barongan hingga Ps Imogiri sampun sirna kenging alap-alap potoranan. Menawi lemperipun mbenjing sasih Sapar, dinten Rebo (kang) pungkasan. Tradisi makan ketan di ranah Jawa Islam di bulan Safar masih ada seperti Apeman Yaqowiyu, Wonolelo Ngemplak, Saparan Gamping dan Lemper Wonokromo. Ketan-kolak-apem adalah sanepa katama-kholaqo-afuun.

  16. wah udah 2 minggu nggak ngonthel bareng opoto.. ngangeni je. minggu depan ngalor po pak? jelajah patok negoro, mulai berbah, babadan menuju ploso kuning.

    • Lha jebul malah ke Banyusumilir ya? Sudah ketemu kembangnya Kembangarum belum? Hehe… Ke Plosokuning? Siap! Tapi malemnya pas ada piala dunia nggak? Takutnya kesiangan. 😀

  17. di banyusumilir sama anak istri pak… ra sempat lirik2..hehe.
    Ok pak, besok kabar2an aja.

  18. wdwwww,mantap pak nur Insya Allah th ini kami sekeluarga jd pndah banguntapan, mangke goes sesarengan,njih kalian rencang2 potorono,nuwun

  19. @Pak Rendra, kalau ke mbah Rejo bisa2x malah kepincut gazelle-nya… ha3x…
    @Pak Noer, ditunggu liputan masjid bersejarah selain di Pleret, seperti Plosokuning, Kotagede, Imogiri, Kauman, Mlangi, Dongkelan, Berbah dsb … gak kalah keren lho…

    • onthelpotorono

      Atau sebaliknya, Mas: Mbah Rejo kepincut Gazelle cruisframenya Pak Rendra! Haha…

      Iya tuh Mas Bagus, Mas Aat ngajakin ke Plosokuning. Ketemuan di warung soto? Ada rekomendasi nggak soto di wilayah utara Mas?

  20. @mas Bagus Podjok…. saya malah kepincut hartop satu pintu je…hehehehe
    @mas Nur… burgers deventer pastur van garut yg sy ceritakan kemarin sdh keburu kabur..jadi ga dapat deh….hehehe.. tdk jodoh..

  21. Dunia sepeda onthel di Jogja semakin lengkap…OPOTO tampil dengan gaya sastrawan mengulas dunia onthel dan obyek wisata dengan bahasa membumi…PORY hadir dengan pasukan berseragam jadul yang semarak dan menarik untuk dilihat…JOC yang paling senior karena lahir duluan membawa ide-ide modifikasi sepeda yang sensasional…dan PODJOK yang hobby pameran he..he..he.. Semoga keempat komunitas tersebut memberi inspirasi tumbuhnya komunitas sepeda onthel yang lebih banyak di Jogja untuk kampanye kembali bersepeda…

  22. pinjem istilahe pak Tjip: sing penting tertib…..

  23. onthelpotorono

    Opoto hanyalah komunitas kecil dengan kemauan besar 🙂

    Pak Sahid dan Mas Aat,
    kita siap bergabung dan menyumbangkan pemikiran (kalau mampu) dengan siapa saja, dengan tujuan mulia dan… tertib tadi (padahal Opoters kalau disuruh tertib malah bingung). 😀

  24. wis masjid u wisata ?

    • onthelpotorono

      Mas Faj, hidup ini juga wisata kali ya. Banyak kesenangan, tapi hanya sementara. Kalau sampai terhanyut dan lupa pulang, berabe. 🙂

  25. @jogja memang memikat…… entah kenapa..
    @mas Nur..masalah jodoh cukup satu saja… mosok ada heeren ga ada dames lha ntar malah tdk “tertib”…hehehe..salam

  26. Jogja..bukan main! Kali Opak,saksi sunyi sejarah panjang Senopati ing ngalogo. sajiannya Gus Wong, everyday is holiday, adem!

    • onthelpotorono

      Kyai Ron Genduru, dahulu ketika terjadi pagebluk, tempuran Opak-Gajahwong itu konon pernah ‘disuwuk’ oleh Kyai Faqih agar masyarakat luas bisa mendapatkan kesembuhan ketika mandi di sana. Cerita tentang air tempuran, apa lagi sudah disuwuk, tentu adem.

      Sumangga tetirah di Jogja yang tak pernah berhenti beristirahat 😀

  27. @gus Genduru ,tatar parahiyangan juga banyak sekali tempat mempesona yg bisa menyejukkan hati.. bahkan dari sisi keindahan alamnya konon di jawa tdk tertandingi… para sesepuh Pasundan selalu yakin bahwa parahiyangan diciptakan Tuhan sambil tersenyum… monggo gus Genduru di “dongengkan ” saja di Blog ini misteri Tangkuban Perahu dan sangkuriang atau legenda yg lain pasti akan menambah kecintaan kita thd pertiwi..
    @gus wong..mohon dituntaskan disini legenda tempuran kali opak dan gajah wong nya biar kita semua lebih terang..nuwun..

    • onthelpotorono

      Tepat sekali. Salah satu misi “muluk” Opoters adalah menumbuhkan kecintaan atas apa yang sudah diberikan olehNya pada kita. Silahkan, Kyai Genduru. Mohon berceritanya pun sambil tersenyum lho. Haha…

      Silahkan juga Mas Bagus Kurniawan yang punya pengalaman berkesan di tempuran Opak-Gajahwong…

  28. muhammad fardiansyah

    Terima kasih Pak Noer,
    OPOTO benar memberikan inspirasi dan wawasan baru.

    • wongeres OPOTO

      Opoto kan cuma punya lincak dan meja buat wedangan. Inspirasi dan wawasannya silahkan disruput dari para winasis yang sudi mengunjungi blog ini. Sumangga…

  29. heri agusti - DeFOC

    @pak De Wongeres, nyuwun pangapunten, bilih reno ing penggalih, kawulo nyuwun nomer HP nipun Pak De Wong (hualah belajar boso Jowo lagi nih) sakderengipun, kawulo nyuwun gunging pangapunten. Nanti Insya Alloh bila bisa datang ke Yogya, bisa (ingin) ketemu sama Pak De Wong tidak seperti mencari jarum dalam jerami. Itu juga apabila Pak De Wong berkenan. Ini nmr HP saya : 0812 82 700868 …sumonggo, SMS juga boleh……nuwun….

    • onthelpotorono

      Kasinggihan, Mas Heri. Nanti saya kontak. Kontak Opoto (Mas Tono dan saya) ada di halaman profil. Maturnuwun.

  30. Mas Noer, ini nyambung cerita kemarin. Pertemuan Kiai Faqih atau Mbah Fakih dengan Ngarso Dalem setelah wilayah Desa Wonokromo menjadi tanah perdikan dengan ditandai Masjid Pathoknegara, cerita rakyat/folklore ritus cuci kaki saat Rebo Wekasan/Pungkasan dimaknai lain. Makna awal atau pesannya adalah sarana penyucian diri baik hati, pikiran dan bersih dari hadast kecil dan besar ketika hendak masuk masjid atau belajar agama. Namun seiring perkembangan zaman ketika acara Rebo Wekasan diwarnai acara pasar malam, dan jadi ajang pertemuan muda-mudi, makna yg harus disampaikan juga bergeser. Ritual cuci kaki dan ada yang berteriak mengeluarkan kata-kata kotor yang sebenarnya bermakna penyucian diri. Namun ajang itu kemudian dimanfaatkan jadi arena pertemuan muda-mudi, untuk saling lirik dan PDKT. Lha ketika cuci kaki yang saat itu kaum perempuan masih byk pakai rok atau kain panjang itu, dimanfaatkan anak muda untuk melirik dan mengintip betis-nya Dewi Ken Dedes. Jadilah saling ciprat-cipratan. Dulu setelah dari tempuran kali, kita langsung ke masjid ikut pengajian ada lagi yang ke gua kecil Gua Permoni yang ada di dekat Sungai Opak untuk ngalap berkah. Gua Permoni itu dipercaya warga Blawong selatan Dusun Jejeran /Wonokromo sebagai gua yg bisa mendatangkan berkah. Warga Blawong sendiri sampai sekarang dikenal ahli membuat sumur sampai sekarang. Namun seiiring perkembangan zaman oleh para ulama setempat acara cincing sampai kelbus ditempuran sambil mengeluarkan kata-kata kotor serta ritual di gua Permoni sudah dihilangkan karena tidak sesuai ajaran Islam. Acara itu yang masih tersisa adalah membuat lemper. Sekarang yang dikenal Kirab Lemper Raksasa dengan panjang 2 meter dan diameter 60 cm, diarak hingga lapangan Wonokromo.

    • onthelpotorono

      Menariknya legenda adalah selalu punya banyak versi. Termasuk nama Wonokromo ada juga yang mengartikan secara harafiah sebagai hutan (wono) tempat Sultan Agung bertemu dan menikahi (kromo) Ratu Pantai Selatan. Maka, para wanita yang menyeberang sambil mengangkat kain hingga setinggi betis, bahkan paha pada upacara Rebo Wekasan itu tak lain adalah menirukan apa yang pernah dilakukan Ratu Pantai Selatan.

      Di tempuran itu juga, konon Kyai Faqih dan dua sahabatnya (Kyai dari Blawong dan Kotagede) pernah bersemadi hingga mendapatkan 3 anugerah yang mereka bagi bertiga sehingga masyarakat Wonokromo banyak yang menguasai ilmu agama, masyarakat Kotagede banyak yang kaya, dan masyarakat Blawong pandai mencari sumber air dan membuat sumur.

  31. londo di ajak ke sini mesti ra gelem ke bali

  32. @ atau londo godong to mas nur…. hehehe..
    @mas Bagus.. rasanya memang banyak ya ritual yg dulunya sangat religius dan ” suci” tp pada perkembangannya meleset jauh..bahkan sampai 180 derajat.. mungkin kisah ritual candi kemukus juga sama ya mas…
    @ mas Towil nek londo bukan hanya buka betis lho…hehehe.. mhn info titipan sy disimpen di ndalem sentolokah?.. salam

  33. @ Luk 7 : Ritual di Gunung Kemukus Sragen kayaknya lebih condong ke ritual utk menghormati dewi kesuburan (Dewi Sri) krn tanah di situ dulu tidak subur sebelum ada waduk Kedungombo. Hanya saja kapan Mitos Pangeran Samudro itu berubah jadi mitos utk cari kekayaan, pesugihan, naik pangkat, dll. Mitos dan folklore ini sebenarnya juga ada Sangkuriang-Dayang Sumbi.

  34. sudah terbukti daerah itu memang super top !! aku sering bawa cewek Turist !!langsung klenger !!

  35. Yang klenger turistnya karena jarang sekali menggunakan sepeda +klenger dengan pemandangan yang jarang sekali di temukan oleh turist luar!! pemandangan yang masih bener 2alami dan masih di temukan kehidupan penduduk yang tradisionel juga keramah tamahanya !! banyak juga turis yang pingin melihat ke aslian alam juga tradisi di jogja !!kadang hanya melihat kraton,tamansari ,pasarburung ,prambanan ,borobudur ,ataupun kaliurang terus berangkat ke solo ataupun gunung bromo !!,ini salah satu resep bagus juga buat daya tarik wisatawan !!

  36. @ mas Marko… perlu ditulis di paket tujuan wisata… “..wisata turis klenger”…hehehe..
    bareng klenger kan gampang openane…
    @mas Bagus monggo diwedhar folklore” gunung kemukus dini hari” dan raden Samodro…. biar semua generasi penikmat blog ini mendapat pencerahan..nuwun

  37. heri agusti - DeFOC

    @Pak De Wongeres…..matur sembah nuwun, semoga Pak De senantiasa dikaruniai kesehatan oleh Gusti Alloh yg maha welas.
    @den Bagusmajenun sang legendaris…….terus apa hubungannya warga Blawong yg ngendikane panjenengan katanya ahli membuat sumur dg keberadaannya gua perwoni atau tempuran kali?
    Gunung Kemukus? Denger denger(kata mas Tukul) kalau yg akan cari kekayaan lha kok mesti wajib harus “berhubungan” dg orang yg bukan muhrim…..piye iki, lah kok gitu?

  38. Mas Heri ; keahlian Orang Blawong bikin sumur di Yogya sudah jadi trademark di Yogya dan sekitarnya. Karena dulu bisa menggali tanah kapur di sekitar sehingga bisa menggali sampai dalam dgn keahliannya. Kalau di Yogya ada org bikin plang ahli bikin sumur dibawahnya pasti ada tulisan dari “Blawong” kalau tidak dari daerah itu tidak laku. Padahal org Blawong yg jadi tukang bikin sumur sudah sedikit tapi warga sekitar terutama dari Jetis juga ngaku dari sana.
    Untuk ritaul Gunung Kemukus memang benar ada ritual harus bersebadan dengan lain pasangan yg ketemu di sana. setelah mandi di sendang Ontrowulan dan nyekar di makam Pangeran Samudro, biasanya diterus dengan saling cari pasangan dan dilanjutkan “tukar guling”. Hanya saja sekarang ini disana sudah byk WTS yang menyamar jadi peziarah plus banyak pedagang jamu kuat. Ayo siapa mau ikut cari pesugihan di Kemukus?

  39. Ikutan nimbrung lah !!kalau mau mencari pesugihan apa sudah di pikirkan too !! pak !! pesugihan itu semua dengan syarat + kontrak!!contoh di gunung kemukus dekat puwodadi jawa tengah !!semua menggunakanritual + ada sebab dan akibatnya bila kontraknya sudah habis ya !!kita gantian yang bayar too!!dan lagi ngak bisa di cicil pakai apapun hanya dengan nyawa jee !! contoh Tuyul ,itu pesugihan paling gampang di laksanakan + cepat kaya tanpa susah payah kerja ,tetapi bila sudah kontraknya jatuh kita akan menjadi keset di wc buat si tuyul tersebut sampai dunia kiamat !! hanya orang yang malas berusaha bagi orang yang memilih jalan ini !!
    lebih baik nyepeda ketemu tuyul tabrak aja pak !!xixixixixi

  40. Gus Wong and Gus Luk, mungkin juga kali opak dan kali tempuran pernah dijadikan tempat topo kungkum Raden Ronggo dan Raden mas Jarot !….yang dari pada itu terus meloncat dari batu yang satu ke batu yang lainnya…iwekang!

  41. sama Budayawan yang satu ini respon-nya cespleng…

  42. @ gus genduru dan mas wong…kok balik kesitu maneh to…. mbok ya ganti yg lain…. ” dalam pada itu setelah Raden rangga berhasil menwaskan raja ular berbisa yg misterius itu tiba tiba tubuhnya bergetar…. ” …halaaaaahhhh.. podo wae…hehehe
    @mas heri.. monggo di share kisah lutung kesarung versi Baturaden Purwokerto alas raden Kamandaka… bukan Kamandoko….hehehe

  43. heri agusti - DeFOC

    @luk pitu……huaduh aku nggak ngerti babar blas nih tentang Raden Kamandaka (piyayi Yogya ngendikane Kamandoko) ngerti cuman sitik thok….isin aku….tetapi dalam pada itu gajah Alit sedang beristirahat di gandok kulon, tiba tiba terdengar alunan lagu dandang gulo yang tak lain disenandungkan oleh Ki Pandan Alas… walah walah inyong ko dadi melu melu yah……kepriben sih denmas Rendra kiye……….?

  44. @ atau “lutung sarungan” ya mas….hehehe

  45. Walah, gimana nih Gus Haji, lha wong jember diminta cerita Tanah Pasundan iki lho….tapi betul, Syailendra dan Sanjaya itu anak Raja Tarus Bawa dari Tlatah Pasundan( Ciamis)! Trus dari Mataram kuno pindah ke timur Empu Sindok menurunkan raja-raja medang kemulan( sarung..red)singosari,doho,kahuripan dst

  46. @ gus genduru ….nah ini dia…sejarah babad jawa kuno yg tdk sembarang orang tau.. mungkin dlm dunia pwayangan seangkatan raden sekutrem dan raden Sakri sebelum babad mahabarata… ayo gus dilajengaken… jangan sampai kalah sama meneer Snouck Hungronye londo yg ahli Aceh.. jember jd pakar Pasunan juga sah kok Gus..apalagi wis pengalaman njajah deso mlangkori ” menaklukan” gadis Parahiyangan…hehehe

  47. heri agusti - DeFOC

    hayo diterusken…..sejarah tentang jawa timur yg sampai pada akhirnya akan melahirkan Sang Putra Fajar : Soekarno yg ada fotonya di jalanan sekitar PG Madukismo pada jaman revolusi dulu(?) sedang naik sepeda onthel .Beliau lahir Di Blitar dari seorang ibu dari Kerajaan di pulau Bali sana….kados pundi puniko gus Ron Gendruwo….eh …….Genduru?

  48. wongeres OPOTO

    Lha wong Kyai Ron Genduru belum wungu kok, karipan karena mirsani jagoannya menaklukkan Uruguay. Yah, kita tunggu saja sambil sarapan sayur brongkos.

  49. that great bro!!!

  50. Kanjeng Wongeres…yuk kapan-kapan kita bikin ketoprak onthel dengan lakon Raden Ronggo…kolaborasi onthelis Jogja…pasti seru dan lebih seru bila ada bintang tamu seperti Pak Rendra yang cocok kalau jadi tokoh Bupati he..he..he..kalau saya peran batur atau garong saja he..he..he..

  51. hua..ha Gus Agusti, mas Bagus, Gus Wong and Gus Sahid kan priyantun ingkang winasis babagan sajarothun to…tapi latest news dari Pangeran Wangsakerta(Pangeran dari Cirebon) abad I sudah ada kerajaan diujungkulon rajanya orang India titihane Norton and HERO tapi sejarah kita dimulai abad 4 ya Gus,Tarumanegara( katanya kantornya di Bekasi ato dulu Bagasasi).
    @ Gus Haji kok masih ingat Bambang Sekutrem to weleh-weleh…lha saya kan lair jamane Parikesit
    OPOTO memang klassik habis, landep koyo picis, bujel koyo munthu!

  52. Wah ,kulo ngih purun Ndoro prabu Wongeres ,menawi wonten ketoprak kulo ngih purun ,jee kadapuk dados pekatik mawon !!langkung sae !!

  53. wongeres OPOTO

    O, jadi Senuk Horgronye itu juga punya peranan dalam dunia peronthelan ya. Makanya banyak tokoh onthel kita begitu ‘penuh dendam’ menelusuri sejarah fabrikan Gazelle, Fongers, etc. Jebul karena nggak mau kalah sama Tuan Senuk tadi 😀

    Mas Marko, semalam saya ketemu Pak Sahid dan langsung saya tanyakan, apakah idenya itu serius? Kalau serius, saya bisa minta tolong seorang senior pakar kethoprak kita untuk melatih. Insya Allah beliau bersedia. Lha tapi saya sendiri nanti cukup membantu narik geber di belakang panggung saja, atau yang mengantarkan cerita:

    “Kuberi nama onthel ini Fongersaurus. Selamatkan dia. Jangan sampai jatuh ke tangan onthelis berwatak mendua…”

    “Onthel Pusaka. Sebuah kisah dengan latar belakang sejarah kebangkitan onthelis Nusantara. Kethoprak onthel ini didukung oleh onthelis yang sudah ternama dengan bintang utama Ki Ageng Rendra Hernawa, Ki Gede Sahid Nugroho, Ki Lurah Heri Agusti, dan Raden Marko. Naskah ditulis oleh Kyai Ron Genduru dan Ki Bagus Kurniawan. Teknik dan montase oleh wongeres. Selamat menyaksikan!”

  54. Lakone menopo Mas Wong, Kulo dados tamu tak diundang, he he

    • wongeres OPOTO

      Tamu tak diundang sudah ada sendiri Mas. Donatur tak diundang masih perlu banyak. Haha…

      Wah, lama nggak ketemu. Ngilang ke mana Mas? 🙂

  55. Saya tak berperan jadi juru listrik merangkap juru tiket seperti di ketoprak tobong yang ada di lapangan Pandak Bantul, semua pemain merangkap kru karena keterbatasan pemasukan.

  56. saya tak seksi pubdekdok hankam..

  57. Saya kok pingin jadi juru rias wanodyo ae to Gus…macaki sambil senyum….wong bikin anak saja sambil mesem( khas parahyangan)…..alhamdulillah dadi 4! wauto dorokdok…sopo to kang madheg pendito ing padepokan Sokolimo, pendito ingkang sekti mondro guno ora tedhas kapake pandhe sisaning gurindo,pendito kang gentur tapane….lah niki lak wayang kulit to Gus……..keblasuk!

    • wongeres OPOTO

      Wanodya itu kalau endah, biar nggak dirias juga tetap mendemi. Ora usah dikapak-kapakke opo-opo sing ono ning apa-apane… 🙂

  58. Lha kalau bener serius pak Wongeres pokoknya siap !!judulnya kumpeni maringi bebungah titian sepeda fongeres !! mesti gayeng tenan !!xixixixixixi

  59. Pak wongeres !!saya manut !!kalau di dapuk prajurit oke lah kalau udah pakai R tumengung saya ngak kuat !! xixixixi

  60. wongeres OPOTO

    Wis, pokoke paraga bebas milih dhapukan dhewe-dhewe, sing penting enggal tumandang nyengklak titihan karemane, nyengkut ngoyak pepenginane amrih kasedyan samubarange… 🙂

  61. @ whadhuh..itu sungguh ide cemerlang mas Sahid, moso kalah yo sama kyai Din Samsudin yg asal NTB aja ngetoptak je.. sy mendukung sekali terutama dengan doa ide dimaksud… ” ketoprak onthel ” yg spontanitas gaya sampakan , tdk usah pakai naskah detail mas ben para parago bebas “polah” opo wae… pasti
    gayeng banget…cempolo ga usah pakai kentongan tapi pakai bel dingdong….
    mas Noer sumonggo dipun anggit lakonipun…
    mas Bagus,mas heri,gus genduru …sy yakin latihan sekali pasti siap pentas…lha wong kostum juga udh siap masing2 je…hehehe.
    “..dalam pada itu ki lurah Wongeres ingkang saestu mboten nate ngeres sudah siap dengan cemethi pembunuh naga ditangan kanan dan stang burgers diangan kiri… langkahnya yg ringan dan senyum yg khas telah membuat lawan lawannya kecuut…” hehehe

    • wongeres OPOTO

      Kemarin itu, seusai acara Vredeburg, kami ngonthel pulang di siang bolong sampai gemrobyos, malah pakai kehujanan segala. Jadi, kira-kira siapa pun yang berniat mendekati kami benar-benar akan menjadi kecuuut! Haha…

  62. Terima kasih mas Nur komentarku udah bisa dimuat, dulu mau masuk susah. O ya Mas kemarin waktu sepedaan PODJOK saya nyari Sepeda Gazelle Palang Seri 10 yg dipamerkan di Bentara Budaya koq gak kelihatan ya.

    • wongeres OPOTO

      Pemilik palangnya memang seorang yang andhap asor kok Mas. Beliau pilih pakai sepeda yang disediakan panitia saja, demi menjaga kesetaraan dengan Opoters. Hehe….

  63. @gus genduru..nek dadi juru rias wanodyo lama lama bisa jadi jengki lho…. hehehe..hayoo wani ora..

  64. heri agusti - DeFOC 0919

    sluku sluku bathok, bathoke ela elo, si romo menyang Yogya, oleh olehe pit sing tuo……ini lho Pak De Wong kidunge anakku…..alhamdullilah saya sudah dapat Batavus dari telatah Purworejo…sepeda turahane Denmas Rendra………minggu depan dikirim ke Depok…..cukup diganti sama 25 dluwang merah, itung itung bagi bagi rejeki dari gaji ke 13…..he he he he…. nyuwun pangapunten kemarin belum bisa ngobrol lama….salam kagem mas tono dan kerabat OPOTO lainnya…..nuwun

    • wongeres OPOTO

      Wah, gaji ketiga belas benar-benar membawa berkah dan manfaat. Semoga ngonthelnya makin semangat (sampai semangit hehe…), badan makin sehat, bekerja pun makin giat, biar dapat gaji ketiga belas lagi, nambah lagi… 🙂

      Kami sangat berterima kasih atas perhatian Mas Heri, Pak Rendra, Mas Yanto dan sedulur-sedulur sehati selama pertemuan singkat di acara DOC kemarin.

  65. @ mas Heri..selamat lho atas batavusnya… dan yg pasti bukan turahan saya kok…malah mas heri yg tau pertama…hehehehe… padahal ada burgers damesnya lho knp ga diboyong sekalian buat sang permaesuri mas.. biar ngonthelnya selalu sarimbit…
    kudune kidung ananda bisa berubah… batoke elaelo si romo menyang yojo oleh olehe pit loro sejodo…hehehe.
    @mas Nur..nuwun sanget sambutannya kemarin dan tetep nderek merepotkan..suasana Potorono memang menentramkan…angin yg sejuk dan persawahan msh bisa dinikmati… andai mas Heri ikut pasti krasan deh… salam

    • wongeres OPOTO

      Haha… Pak Rendra bisa saja. Di Potorono itu, asal sudah pegang sepeda dan lap, rasanya memang tentrem. Apalagi istri, bahkan anak pun mendukung… 🙂

  66. heri agusti - DeFOC

    saya mohon maaf juga Pak De, waktu panjenengan tlp sudah ada dalam taksi ke terminal mbarengi temen temen, insya alloh suatu saat saya juga pingin sekali ngontel kembali di telatah yogya dan potorono tentunya
    dan bisa “bergaul” dg pakar pakar onthel yg sebenarnya “bukan orang sembarangan”
    salam buat Pak Rendra, Pak Sahid, Mas Towil dll

    • wongeres OPOTO

      Kami sebenarnya menyesal juga karena nggak pintar membagi waktu agar bisa ngobrol lama dengan para sahabat.

      Mas Heri, saya juga pengin ikut dibilang bukan orang sembarangan lho. Kan kalau pipis juga nggak sembarangan. Haha…

      Pak Rendra dan Pak Sahid sudah langsung tenggelam di belakang meja, bahkan tanpa tidur gara-gara mbelain final piala dunia. Mas Towil juga sepagi tadi sudah nganter 8 tamu yang mau ngonthel nginthil Towil… 🙂

  67. @wah salam kembali mas Heri..apa sdh dikirim ke defoc sang Batavusnya?.. atau disiapkan utk tgl 18 touring jakarta kota?…

  68. heri agusti - DeFOC 0919

    @ Pak Rendra……belum kok, mestinya akan disempurnakan dulu …..pinginnya sih ngonthel bareng Pak Gunadi yg nanti akan nyobain Gazelle 2009 dames yg sudah disandingkan dg Gazelle 2009 heren yg beliau miliki……walaupun aku isin, sepedaku asal ngglundung……..he he he he

  69. wongeres OPOTO

    Lha selain ngglundhung masa mau salto segala to Mas Heri. Jangan ah. Hehe… Oh ya, salam saya untuk Pak Gunadi. Yang kemarin belum sempat ngobrol itu ya?

  70. heri agusti - DeFOC

    Injih Pak De Wongeres, puniko Pak Haji Palgunadi, kebetulan putrinya kuliah di UGM jadi muridnya Pak Sahid, beliau tiap bulan ke Jogya ngontrol putrinya,
    Kalau didapuk Ketoprak Onthel mungkin cocok jadi
    Bupati Anteng (gunemane sitik)…..sumonggo.
    Jangan bosan untuk ngonthel…..wahai punggowo OPOTO……kira kira begitu ngendikane Bupati Den Mas Rendra dalam Ketoprak Onthel …dalam pada itu…..he he he he

  71. ha ha makin rame saja, kalau semua sdh dapat peran di ketoprak saya nglamar yang jadi jual gulali atau slondok saja. akan kurang meriah ketoprak oarng-orang hebat tak ada jualan makanan kampung, sukur-sukur ada yang mau buka odhok. ha ha. salam untuk teman-teman semua semoga selalu sehat, lancar rejeki selalu. amin.

  72. saya nggelar cliwik mawon….

  73. @mas Faj dan mas Aat… kebetlan jaman noroyono kesenengan saya ya nglamuti gulali sambil main dhadhu cliwik….hihihi..mathuk tenan..
    @mas heri Agusti… dalam pada itu bupatine pilih jadi punggowo aja biar bisa ikut main cliwik…

  74. Tampaknya ide ketoprak onthel van Jogja mulai bersambut…tinggal mencari event-nya saja…formatnya nanti akan ada pemain asli yang berfungsi sebagai penjaga skenario he..he..he..kalau semua onthelis dijamin critane mubeng-mubeng ora rampung-rampung..he..he..he..

    Di Podjok ada beberapa teman yang berbakat seperti Pak Didi, Pak Ngadiman, Pak Darsono, Pak Wahyu Gendut, Pak Johnny Indian dan Gareng…nanti bisa ditambah Pak Wongeres dan Pak Tono dari Opoto…terus dari JOC dan PORY…Yang jelas bintang tamu dari Kerawang harus ada…he..he..h.e.

  75. @ wah komplit tenan pak Sahid… sudah sangat memadai utk sebuah pagelaran… skenario mungkin hanya dialur ceritanya saja.. model pertunjukan gaya” sampakan mentaraman ” yg sangat memberi kebebasan berimprovisasi pastinya akan lebih baik buat pemain ketoprak dadakan seperti ini…
    nah kalau sudah begini saya mhn didapuk jadi bagian tepuk tangan saja yg sangat pas dengan bakat saya pak…hehehe..
    ayooo pak Wong..lakone opo….wkkk..

  76. Bila hadir di acara Kongres Sepeda Indonesia di Jakarta bakal ada pementasan wayang onthel dari teman-teman Magelang. Monggo dipun pirsani kanthi sekeco. Ketoprak Onthel lakonipun saged Alap-alapan simplexwati utami wahyu onthelningrat

    • wongeres OPOTO

      Mas Bagus, lakon yang pas mungkin “Burgers Sekartaji” alias Burgers wandu yang dipakai Mas Bagus kemarin itu. Sajake sekar ning nduwe taji. Haha…

  77. Ha ha ha. Tajinya masih ada dipakai pancatan utk anak saya daripada kakinya masuk ruji seperti peserta yg jatuh di Jl Brigjen Katamso dekat Fotokopi Sambas. Harusnya 3 Burgers kemari disanding. Kemarin ngincer ketengkas model pistol/pipa juga keduluan

  78. Erwin Erlangga

    Kaosnya berwarna-warni . kaos kembarannya (bkn seragam) lagi pada dijemur ya. dijemur ra garing mergo ra ono srengenge.. 😆

    AYO NGONTHEL MALAM LAGI dnk…

  79. heri agusti - DeFOC

    nonton ah…wayang onthel dari magelang….wayang orang to Mas Bagus?
    sing mirsani mesthine iso ngguyu tenan….kata mas thukul : orang bijak akan metertawakan diri sendiri….paling nggak yo mesam mesem…..tunggu tgl mainnya……selamat den Mas Bagus (nggak pakai Majenun ngendikane Mas Noer SK)……..

  80. Mas Heri : Wayangnya bukan wayang wong tapi utk boneka wayangnya dari spare-part onthel, jan kreatif tenan dalange, pasti anda bakal kesengsem lan kepincut sama wayang bodinya pakai dinamo dan kepalanya pakai lampu Berko atau dari standar Koba. Silakan ditonton di KSI

  81. @pasti gunungannya dari kettingkast Gazelle dibelah dua ya mas…. wah jan butuh imajinasi yg kuat utk membedakan mana Semar mana Janoko… krn bisa jadi visualisasinya sama sama pakai stang pedal…hihihi

  82. Tumbuhnya berbagai kesenian berbau onthel seperti wayang onthel, free-style onthel dan ketoprak onthel menunjukkan keistimewaan dan totalitas para pecinta sepeda onthel.

    Kalau direnungi…fenomena hobby sepeda onthel memang luar biasa…industri onderdil replika lahir berkembang…jasa perdagangan klithikan tumbuh pesat…jasa pembuatan kostum mulai bergerak…jasa EO acara-acara juga kebagian rejeki…jasa agensi promosi outdoor juga dapat bagian…belum artis-artis dangdut yang dapat kontrak manggung dan juga sektor jasa hotel serta kuliner.

    Dari hobby sepeda onthel ternyata kita bisa memberi sebuah sumbangan positif untuk negeri ini….setuju?

  83. @harus setuju pak Sahid… ternyata efek dominonya luar biasa ya.. jangan 2 sekarang onthel sdh menjadi organisasi hobi dgn anggota dan simpatisan terbesar di Nusantara…hehehe.. semoga nantinya tdk dipolitisir menjadi partai onthel …atau republik onthel… monggo pak Sahid rencana ketoprak onthelnya di wujudkan saja ,sy usul lakone sekitar kampanye ‘Go Green” saja biar netral…

  84. wh jadi inget dulu pas ngontel pake sepeda keliling desa

  85. humbermania defoc 0905

    sugeng enjing mas,tepangaken rumiyin,Saya hari budi saking defoc,Sy lama tinggal di yogya,ngangsu kawruh di bulaksumur,sekarang terdampar di depok,pinggiran jakarta.Meskipun sy lama di yogya,tak terbersit di benak saya ada mesjid yang sangat2 indah,baik dari filosofi maupun ragam arsitekturnya (dan itupun di bantul),dari jok-teng kidul tengerane opo yo mas,next kalau ke yogya sy pengin sowan ke potorono,suwun

    • wongeres OPOTO

      Salam kenal juga Mas Hari. Wah, kemarin sempat menyusuri jalan kenangan dong… 🙂

      Masjid Wonokromo paling mudah dicapai kalau dari Jalan Lingkar Selatan lewat jalan Imogiri Timur, setelah perempatan Jejeran (pas jalan tikungan) ada gerbang ke kiri, cuma beberapa puluh meter sudah sampai.

  86. humbermania defoc 0905

    matur nuwun mas infonya

  87. saya rasa perlu ada pengkajian lebih lanjut terhadap tradisi rebu pungkasan, juga dengan wonokromo, sebab apa yang saya lihat dan amati hampir semua tidak ada kaitannya dengan dengan bahasa dan budaya jawa semua fiktif belaka dan dibicarakan sambil lalu sehingga rasa akademiknya tidak ada. ambil contoh misalnya peristiwa rebu pungkasan katanya karena tradisi saja padhal dalam ajaran “Islam” ada beberapa keterangan yang mengatakan bahwa pada rabu terakhir bulan syafar Tuhan menurunkan ribuan bala ke dunia maka ada acara yang disebut tolak bala dsb. lalu kata wonokromo, kalau dikatakan berasal dari kata arab waana karomah itu kok berbeda dengan peristiwa Sultan Agung ketika berjumpa dengan Nyai Roro Kidul penguasa laut selatan. Sharing dari saya bahwa wonokromo itu asal katanya ya dari bahasa jawa; wono dan Kromo. artinya wono = hutan sedang kromo = kawin jadi memang mungkin dulunya daerah ini adalah tempat mesum atau hutan saru. dan ini perlu dibuktikan berapa dengan moralitas banyak putra dari orang asli wonokromo yang melakukan perbuatan tidak senonoh. ini tentu sebelum banyaknya berdiri pusat kajian keagamaan di daerah ini. oleh karena itu mari kita sama menggali persisnya seperti apa daerah ini sebelumnya dengan fakta dan data yang akurat.

    • @RM Badranaya
      Kasinggihan. Tak dapat dipungkiri, berbagai peristiwa besar di masa lalu selalu dikelilingi banyak versi yang boleh jadi setiap versi membawa misi tersendiri bagi zamannya. Reportase ngonthel santai model komunitas Opoto yang sesingkat ini memang bukan pada kapasitasnya untuk membahas secara rinci serta memenuhi kaidah penelitian akademik. Meskipun demikian, kami juga tidak membuat penafsiran-penafsiran sendiri.

      Akan halnya Rabu pungkasan sebagai momentum terbaik dalam Islam memang benar adanya. Momentum itulah yang dipilih oleh para tokoh tersebut. Barangkali, pertemuan tokoh-tokoh itulah yang secara fisik mudah diingat dan diinformasikan sebagai penanda waktu dalam kesaksian masyarakat setempat.

      Versi yang kami sampaikan, termasuk dalam hal asal muasal nama Wonokromo, dalam kajian folklore juga akan sangat penting karena menyiratkan motif zaman. Boleh jadi, kebijakan untuk meluruskan atau memaknai segala sesuatu yang tadinya terkesan negatif menjadi positif, atau yang tadinya bebas nilai menjadi sarat nilai luhur (seperti terjadi pada penamaan tokoh panakawan, misalnya) pernah dilakukan. Tetapi biarlah itu menjadi tugas para winasis untuk mengkajinya.

      Jika Rama Badranaya berkenan membaca komentar-komentar para pengunjung yang kadang diselingi obrolan ngalor-ngidul di blog ini, versi penamaan wonokromo seperti yang Rama Badranaya sampaikan bukankah juga sudah saya singgung? Semoga ini menjadi bahan diskusi yang semakin menarik. Meskipun hanya didiskusikan di blog penggemar sepeda onthel, semoga wawasan dan kecintaan kami akan tanah ini akan semakin mendalam karenanya.

      Semoga penjelasan ini tidak membuat Rama Badranaya kecewa, karena segala masukan yang membukakan wawasan bagi kami akan selalu kami nantikan.

      Salam hangat dan hormat kami dari kampung Potorono.

  88. @ blog OPOTO bagi pengunjung ( sering kita sebut dengan bangga sebagai angkringers) memang bermula hanya sebagai ajang obrolan dan gojegan seputar sepeda onthel dan aktivitasnya, kalaupun reportase yg disajikan sahabat OPOTO kemudian berpeluang utk mamancing sebuah diskusi itupun sangat terbatas pada penuangan wawasan “spontan” para angkringers yg lebih kearah sekedar berbagi kawruh “seadanya” dan selalu tdk lepas dr unsur gojegan..
    barangkali bukan krn para angkringers tdk mampu menyampaikan gagasannya secara “akademik/ ilmiah”, namun krn tujuan berkunjung di blog ini benar2 ingin bersantai, berbagi sedikit pengetahuan sepeda onthel atau kadang2 juga ” melenceng” ngobrol masalah2 lain yg berasal dr reportase di blog ini atau bahkan seringkali dari celetukan nakal angkringers yg kemudian berkembang menjadi obrolan hangat dan gayeng.. pendek kata, blog ini memang sengaja dibuat untuk ” bersantairia ” , namun benar apa kata mas Wong bahwa segala input, tambahan informasi, tambahan wawasan dan pengetahuan bahkan dongeng sekalipun akan sangat bermanfaat bagi sahabat2 pengunjung blog ini.. dan akan senantiasa ditunggu dengan rasa haus..
    sugeng patepangan kagem RM. Bodronoyo, matur nwun rawuhipun, tambahan kawruh yg penjenengan wedhar telah menambah wawasan kami, semoga penjenengan sering2 rawuh,syukur2 kerso jadi “member” angkringers…. hehehe. salam taklim.

  89. Blog ini sekilas hanya sekedar” Gojegan semata”( meminjam istilah Pak rendra), tetapi setelah sekian lama membaca komen-komennya, saya merasa mendapat banyak hal yang bisa saya ambil dan renungkan. Dengan komposisi komentator yang datang dari berbagai disiplin ilmu akan lebih memperkaya sudut pandang terhadap suatu masalah yang terjadi, bahkan lebih komprehensif menurut saya( bukankah akan selalu ada naluri keberpihakan dari setiap kompetisi yang melibatkan analisa dan bersifat subjective ). Banyak komen yang harus dibaca dan dipikir dengan sangat serius, meskipun bungkusannya hanya dari sekedar GOJEKAN. I won’t judge their covers only, but for ANGKRINGERS…they do have a good cover and brillian minds!

  90. @gus..wah jan kejogja kok ga mampir to..padahal sy nginep di depan statsiun lho..kpn2 kita ngangkring di bandung aja ya gus…( opo ono angkringan yo?)..salam

  91. Ini ada koreksi sedikit tentang kesalah kaprahan pada tulisan diatas. Sepengetahuan saya berdasarkan bahan referensi teks-teks asli dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Masjid Taqwa Wonokromo tsb bukanlah Masjid Pathoknegara melainkan hanya termasuk salah satu Masjid Kagungan Dalem Kraton Ngayogyakarta. sama seperti Masjid Tawangsari di kampung Tawangsari, Kal. Gedongkiwo, Kec.mantrijeron. Kalau Masjid Pathoknegara itu hanya ada 4 yaitu (1) Masjid Pathoknegara Mlangi di dusun Mlangi, Kal.Nogotirto, Kec.Godean Kab Sleman; (2) Masjid Plasakuning di Minomartani, Kec.Ngaglik, Kab Sleman: (3) Masjid Dongkelan kauman di kal Tirtonirmolo, kec.kasihan, Kab. Bantul dan (4) Masjid Babadan di dusun Babadan, Kec.Banguntapan, kab. Bantul. Demikian koreksi ini saya sampaikan agar pembaca tidak lagi salah kaprah.

    • Terima kasih banyak atas atensi dan kesediaan Pak Amien P untuk memberikan informasi agar menjadi referensi.

      Sekedar informasi, di buku “Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia”, Gema Insani Press, 1999 (halaman 196), Abdul Baqir Zein hanya menyatakan:
      Beberapa warga masyarakat sekitar Wonokromo meyakini bahwa Masjid Taqwa ini merupakan salah satu dari sekian masjid yang dinamakan Masjid Tiang Negara. Masjid Tiang Negara ini memiliki pengertian bahwa masjid tersebut berfungsi sebagai simbol kekuatan negara (Kerajaan Mataram).

      Satu hal lagi, jika benar masjid Taqwa Wonokromo bukanlah salah satu dari masjid Pathok Negara, sedangkan alm Kyai Fakih (pendiri masjid Taqwa) adalah penggagas didirikannya masjid Pathok Negara yang kemudian ditunjuk sebagai kepala Pathok, maka kesalahkaprahan itu bisa jadi muncul dari sini.

      Sekali lagi terima kasih, kami tunggu informasi dari semua pihak demi pembelajaran bersama. Nuwun.

Tinggalkan komentar