Gunung Kidul, Nasi Merah, dan Sepeda Onthel

Alah bisa karena biasa. Begitu kira-kira peribahasa yang tepat untuk menggambarkan adaptasi manusia dengan alam sekitarnya. Nelayan begitu tangguh mengarungi ombak, didera angin laut sejak malam hingga siang menjelang. Petani mencangkul petak-petak sawah sejak sebelum matahari naik hingga panas terik. Orang-orang di gunung berjalan di tebing terjal, turun maupun mendaki tanpa kesulitan berarti.

Opoto & Pojok Club di depan kantor Kecamatan Playen, Gunung Kidul

Minggu, 7 Maret 2010 lalu, komunitas Opoto (Onthel Potorono) berkunjung ke Playen, Gunungkidul, dan menyaksikan betapa luar biasa sahabat-sahabat onthelis Pojok Club (Pasukan Onthel Jowo Kuno) dalam menaklukkan jalanan Wonosari dengan karakter tanjakan dan turunan khas pegunungan kapur. Para Opoters yang rutin bersepeda setiap Minggu pun harus mengakui ketangguhan mereka, karena kami masih terkendala pada ketahanan otot kaki saat mendaki berjam-jam hingga matahari terik di tanjakan yang seolah tanpa akhir itu.

sepedanya dulu, orangnya belakangan

Pagi itu, atas undangan Mas Johan Gondrong sahabat kami, kami mengangkut sepeda onthel kami naik kendaraan bak terbuka menuju Playen. Kami janjian berkumpul di kolam renang JEPLAK (Jeguran Playen Keluarga dan Anak), sebuah kolam renang rekreasi dan fitness keluarga di kawasan Gunungkidul barat, tepatnya di jalan Raya Playen-Palihan km 0,6.

sambutan hangat di tepi kolam renang dan omah olah raga Jeplak, Playen

Ketika kami sampai, di halaman depan kolam renang outdoor berkonsep alami itu sudah berkumpul sahabat-sahabat Pojok yang tampil rapi dengan seragam biru-biru. Sambil bersilaturahim dan saling mengenal satu sama lain, segelas teh hangat dan roti serta kacang dihidangkan sebagai bekal sebelum memulai perjalanan.

ternyata di Playen ada juga kolam renang berair jernih ya 🙂

Sesuai rencana, kami segera ngonthel bersama menuju Warung Sego Abang Jirak. Jaraknya dari Playen sebenarnya bisa ditempuh + 15 km.Tapi, karena kami sempat usul agar rute berangkat dan pulangnya tidak melalui jalan yang sama, maka rute berangkat dipilih memutar lewat Karangmojo.

melintas di depan kabupaten Gunung Kidul, mendaki tanjakan di hutan jati

Rute berangkat sejauh + 20km itu bagi para Opoters sungguh merupakan medan yang tak hanya asing, melainkan juga menjebak. Betapa tidak. Tanjakan-tanjakan yang ada sebenarnya tak sampai memaksa kami turun dari sepeda. Akan tetapi, tanjakan semacam ini terus hadir tanpa pernah berakhir. Sebelum turunan-turunan pendek memberi kesempatan mengendorkan otot paha kami, tanjakan serupa sudah harus kami hadapi. Begitu seterusnya. Untunglah, dengan kebersamaan, semua rintangan dan hambatan di perjalanan bisa kami atasi.

ringan sama dijinjing, berat ngaso dulu…

Kami pun sampai di Warung Sego Abang-Lombok Ijo di barat jembatan Jirak, selatan jalan. Oleh karena letaknya berada di Jirak, maka warung ini popular disebut Warung Nasi Merah Jirak.

Dengan menu nasi merah yang pulen, sayur lombok ijo berkuah kental, gudeg daun pepaya yang tidak pahit, serta trancam segar, berlaukkan ikan wader goreng nan renyah dan empal serta iso goreng yang empuk-gurih, warung ini bertahan lintas generasi. Bu Purwanto, pemilik warung ini adalah generasi ketiga. Dibantu wanita-wanita yang manis-manis yang tak lain adalah kelima putrinya (Mamiek, Parmi, Tini, Uut, dan Tina) serta seorang menantu (Eniek), Bu Purwanto membuka warungnya sejak pukul 6 pagi hingga pukul 17. Tapi, khusus nasi merahnya baru tersedia pukul 9 hingga pukul 15 saja. Soalnya, dari perhitungan produktivitas, padi merah masih kalah dari padi biasa sehingga untuk mendapatkannya pun relatif lebih sulit, kata Mbak Uut, salah satu putri Bu Purwanto.

bagai musafir haus di padang tandus…

Dilihat dari tempatnya, tak ada yang istimewa dari warung ini. Penampilannya bahkan bisa dibilang sederhana, sesederhana bangunan semi permanen yang ditempatinya. Berdinding anyaman bambu dan kayu, warung ini menyediakan panggung lesehan di sisi timur serta sederet meja-kursi panjang di sisi barat. Tetapi, setelah merasakan menu kampung yang disajikan, semua akan setuju bahwa masakannya memang lezat. Apa rahasianya? Tak ada, kata Mbak Uut. Ibu memasak seperti layaknya orang lain memasak. Hanya saja, Ibu memang hanya mau memasak dengan arang. Bukan dengan kompor minyak maupun gas, karena hasilnya akan berbeda, lanjutnya.

menu warung Jirak yang khas dan segera tandas

Di sebelah timur warung, kami melihat banyak kayu bakar bertumpuk-tumpuk. Menurut Mbak Uut pula, itu hanya untuk memasak air. Memasak sayur dan lauknya selalu dengan arang.

Pagi itu, panggung lesehan praktis didominasi oleh Opoters dan sahabat Pojok. Kami mengobrol sambil menikmati masakan kampung yang nyamleng ini. Masakan inilah yang banyak diminati para pelancong yang datang mengunjungi Wonosari. Selepas mengunjungi pantai-pantai Wonosari yang indah, mereka akan mampir ke mari. Selain makan, pelanggan bisa menikmati aneka jajanan termasuk belalang goreng dan ungkrung (enthung dari ulat pohon jati) jika sedang musim.

anda puas, kami pun ikhlas

Menikmati makanan lezat, meneguk wedang jeruk hangat dan teh poci yang mantap, serta dilayani wanita-wanita muda nan ramah dan berpenampilan bersih, ternyata membuat kami lupa diri. Pertama, kami makan dengan lahap. Kedua, setelah ngonthel jauh melalui banyak tanjakan, kami langsung duduk berlama-lama. Akibatnya, perjalanan pulang ke Playen yang ternyata tetap berupa ‘tanjakan-tanjakan panjang yang tanggung’ itu kemudian banyak memakan korban dari pihak Opoters.

inilah dapur penghasil menu kampung nan ngangeni itu

Di siang terik itu, kaki-kaki kami yang dipaksa mengayuh lebih berat dari biasanya pun mulai terkendala. Kram. Luar biasanya, tak satu pun keluhan datang dari para onthelis Pojok! Mereka semua adalah onthelis tangguh yang ditempa oleh karakter jalanan Gunungkidul.

Hingga pukul satu siang, meskipun tidak pada saat bersamaan, akhirnya kami semua tiba kembali ke kolam renang Jeplak. Minuman segar kembali dihidangkan. Beberapa dari kami lalu asyik bermain air di pinggir kolam yang ramai oleh pengunjung. Kolam-kolam berair jernih dan beratap sehingga tetap nyaman untuk berenang di siang bolong. Sebenarnya, selain kantin, di sekitar kolam juga banyak dijual aneka makanan seperti batagor, mie dan nasi goreng, roti bakar, serta… soto! Tapi saat ini kami bukan sedang bermasalah dengan perut, melainkan dengan kaki kami.

hangatnya persahabatan di halaman warung Jirak, Gunung Kidul

Untunglah, begitu dibasuh air segar, di tengah keteduhan dan kesejukan suasana kolam, kaki-kaki yang kejang pun mulai mengendur, setidaknya sampai kami bisa pulang kembali ke Potorono setelah terlebih dahulu menaikkan sepeda-sepeda yang –seperti kami– siang itu telah mengenal sahabat-sahabat serta habitat yang berbeda dari yang kami kenal sebelumnya. Sebuah pengalaman baru yang akan memperkaya wawasan kami semua.

***
Terima kasih banyak untuk Mas Gondrong dan sahabat-sahabat Pojok Club di Playen, Gunung Kidul atas sambutan, hidangan, serta kehangatan selama perjalanan.

Pak Joni, mobil bak itu akhirnya memungkinkan sepeda kita sampai di Gunung Kidul. Terima kasih.

75 responses to “Gunung Kidul, Nasi Merah, dan Sepeda Onthel

  1. PERTAMAX….Ngontel dan makan…ciri khas OPOTO….

    Om Noer…kapan2 ajak-ajak to ya….

  2. Foto terakhir habis ngontel apa main bola? itu dibawah ada 3 bola.

    • onthelpotorono

      Believe it or not! Itu kelapa punya mbak yang jual es kelamud, dibawa lari sama Pak Cip cuma buat foto. Entah buat mengekspresikan apa… 🙂

  3. ini kami sangat salut apa yang menjadi terobosan opoto… ajak dan hayoo tetep semangat penuh jiwa jiwa yang tak pernah merapuh

    • onthelpotorono

      Minggu pagi itu teman-teman Podjok pas acara ngonthel ke Sambisari (?), jadi kami menyambangi Pojok yang lain di Gunung Kidul. Hehe… Nuwun Mas Towil.

  4. Wauw, tak ada soto, sego abang pun okelah… Tapi memang itu makanan asli Gunung Kidul yg sangat khas… Jangan lupa tiwulnya juga enak lho…
    Wah, selain PODJOK ternyata ada POJOK juga di Gunung Kidul… Salam kenal dari kami…
    Mungkin asyik juga kalau kita ngonthel bareng…
    Salut buat sedulur OPOTO, dgn semangat juang yg tinggi & kegigihannya, medan seberat apapun bisa terlewati dgn sukses…

  5. Erwin Erlangga

    Sayang pedalku sempal,kalo tidak pasti bs kutuntaskan semua rute itu.
    tp untung ada yg kram jd bs kugantikan posisinya.
    sana lagi yuk…
    @wongeres
    pas 26 lg menghidangkan kog gakbs dizoom sih ?! curang !!

    Om Johan Kaunang kita tunggu lg undangannya loh…

    • onthelpotorono

      Sempal apa sempal? Hehe… 26 bisa dizoom kok.
      Gantian dong sego abang, eh, Pojok dan Mas Johan diundang ke Potorono…

  6. waduh perjalanan yang cukup ekstrem untuk ukuran bukan atlit balap sepeda, teryata soto memang dimana aja !

  7. @ wah hidangan super lezat yg selalu sy buru jika sedang di Jogja… membayangkannya saja sdh ngeces…. mas Noer apa bener itu ft mas Max yg besar? luar biasa bisa menaklukan Wonosari…hehehe… salam kompak dari Karawang.

    • Benar, Pak Rendra. Sosok seperti Mas Max’s sangat dibutuhkan jika sedang berada di bawah terik matahari seperti itu. Lihat saja, semua pada berteduh di sekelilingnya. Hehe…

      Mas Agung Max, bagaimana kondisi Nyonya? Semoga sudah baikan dan segera pulih seperti sediakala.

  8. Wah, kapok nek pit pitan awan njebret, tambah geseng….tapi asyik juga karena suasana yang asri

  9. Pilih ra melu daripada ning ndalan semaput…..trus banyak cari alasan…..cak Erwin pedhale copot opo sikile sing copot……siippppp

  10. Perjalanan yang cukup berat ya Kang Noer … tapi akan membuat kaki menjadi kuat dan terlatih, tempat kulinernya menyenangkan, suasana asli desa ditambah masak dangan arang, dijamin enak deh … terima kasih info kulinernya

    • onthelpotorono

      Ini artinya Mas Dhony akan segera mendaki ke Jirak. Jangan lupa mencicipi empal gorengnya yang gurih dan empuk karena sudah diungkep dulu. Salam kami ya untuk Mbak Uut, Mbak Tina, Mbak Eniek, dll. Hehe…

  11. silahkan kunjungi web resmi kosti :

    http://kosti.or.id

    thanks

  12. bener to pak de wongeres, sepeda onthel adalah sepeda buat seneng seneng, artinya benci tanjakan, seneng turunan…….wah sotonya dicuekin nih, gara gara sego abang

    • onthelpotorono

      Lha tapi jangan-jangan ya ada lho yang seneng tanjakan. Supaya bisa naik mobil sapu jagat yang kemarin disiapkan Mas Johan. Hehe…

  13. @ yth KOSTI..saya denger KOSTI akan membuka dompet bencana di Blog Wiwinaked utk Karawang? mhn infonya agar para onthelist dpt ikut beramal.. salam

  14. @ om Rendra
    bukan luar biasa om, tapi karena “keaadaan”….. lha..udah kebacut ikut mendarat di bumi wonosari tu… walau di sepanjang jalan teriring doa, semoga “Perploncoan” ini segera berakhir.. haaaaa..haaaa…. 🙂

    @om Wong
    Berkat dukungan dan doa dari teman-2 semua, puji Tuhan, keadaan istri saya berangsur-angsur membaik….terima kasih semuanya.

    • onthelpotorono

      Syukurlah, Kanjeng Nyonya sudah baikan. Nanti, kalau sudah pulih perlu ditemani ngonthel rute pendek. Semoga menjadikan beliau sehat senantiasa.

  15. nyuwun pangapunten pak de Wongeres, piyayi Pak Joni punopo ingkang kagungan campursari “Sidorukun”? Menapa inggih Pak Joni ingkang rencangipun Dimas Tejo? Kalau iya, kayaknya saya juga sudah kenal sama beliau……..

    • onthelpotorono

      Wah, nyuwun pangapunten. Kalau Mas Johan Gondrong Playen itu kelihatannya malah suka ikut gabung campursari. Tapi entah apa namanya. Kalau saya sih, campursaru aja hehe…

      Pak Joni, di mana ya orangnya?

  16. Best blog of this (bank )century! Jangane pedhes mas Nur? Rute yang memunggah tapi halus …dulu keblasuk-blasuk ampe praci,wuryantoro..jam 2 pagi,nganter dulu bakul mlinjo sambil nunjukin arah,akhirnya ke wonogiri,njatisrono ngeblas ampe Malang………klenger!

    • onthelpotorono

      Waduh, lha nanti banyak kalimatnya yang corrupt. Hehe… Nggak begitu pedhes. Kebetulan juga kurang suka dipedhesi. Haha… Itu bukan keblasuk, tapi niat… 😀

  17. Gunung kiudl Handayani, sing ngepit jelas mitayani

    • onthelpotorono

      Sing nggandhul pick up mbebayani. Hehe…

      Mas Bagus, Minggu lalu saya buru-buru ke Solo, nyruput kuah selat segar bikinan Mbak Lies Serengan, jadi nggak sempat ajak-ajak. Kalau Minggu ini teman-teman punya rute menarik, gabung ya…

  18. nemu turunan nggak pake rem……mbebayani
    yen kecapekan podo muni muni
    mangan sego abang , nggak ingat bini

  19. di akhir hand- out ada catatan Pak De Wong : Pak Joni, mobil bak itu akhirnya memungkinkan sepeda kita……….
    Pokoke tulisane masih layak dibaca dan…..perlu , masih migunani, ngendikane Mas Towil Podjok
    (onthel adventuring is the best……this century, kata dimas Nasgor) tenane…

  20. joni kamandanoe

    Gunung kidul adalah daerah pegunungan, jauh dari ratu tapi dekat dengan batu, walau berbukit tapi banyak pantai di sana. Alam telah menempa mereka yang hidup di sana, jadi tidak heran banyak perantau dari gunung kidul yang sukses di kota -kota besar. Orang dari daerah sana adalah pekerja keras. Itulah bayangan saya tentang GK.
    Untuk mas Heri salam kenal dari saya, saya bukanlah orang yang anda maksud. Kegiatan saya sehari hari jauh dari dunia campur sari. Terima kasih.

  21. Salam kenal juga Dimas Joni Kamandanoe, memang piyayi GK huebat huebat tenan, koncoku ngajar juga ada banyak yg dari GK, Pak Guru JOKO yg ngajar di SMPN Gading Banaran itu juga rekan ngajar saya, beliau tinggal di Tungu Palihan.
    Nyuwun pangapunten Pak De WOngeres, ikut nebeng rerasanan di blok panjenengan yg katanya spt angkringan……nambah sedulur.

  22. Nun inggih saestu mas Heri,apalagi baru dapet Juncker dari Bandung selatan( sepedah banjir),heren,24,menawi ditumpaki ketanthilan koyok gareng hehehe..saya masih rutin ngonthel tiap minggu ke Gedung Sate, nuwun sewu wedang jahe-ne jog-i maleh mas Nur! Nembe macul ra klambenan…..

    • onthelpotorono

      Wah, lha betul itu. Meskipun titihannya Kanjeng J3 (Juncker Jangkung Jimpe), tapi konsumsinya tidak harus melulu junk food. Sekali-sekali masih kerso nyruput jahe…

  23. Tumpak’ane JUNCKER ,ngombene JAHE,lawuhe…JENGKOL jan J3 TENANAN! Wesss……seputke Gus Wong!

  24. @ ojo keseringan Jengkang Jengking Gus….ehehe
    @mas Wong,..mingu lalu sy 3 hr di jogja tp mau tilp takut ganggu…. tapi sy sdh ngincipi nasi merah dan jangan lombok ijo van semanu….

  25. Assalamu’alaikum wr wb

    waduh aku mau komentar gimana yaaa …… enaaaak tenaaaaaaann je
    ikilagi keluar keringet idep-idep dinggo nostalgia masa SMA untuk OPOTO monggo diacarakan untuk keluar kota lagi biar ada kesan gitu loo
    pokoknya OPOTO top teeennnaaaaaaann

    • onthelpotorono

      Wa alaikum salam.

      Itulah salah satu kekuatan nostalgik. Pantesan Pak Dedi bersama Mas Tono termasuk sedikit Opoters yang waktu di Wonosari tetap memimpin di depan.

      Saya nggak tahu, Pak Dedi ada nostalgia di pantai Depok dan Kuaru nggak? Soalnya mungkin saja kita mau ke sana. Ngonthel sampai gempor! Hehe…

  26. Haalllooo pak Noer

    kok gambar saya didepan itu kok nggak ada akunya ya ? ini hanya usul gimana kalau gambar depan itu diganti dengan seragam semua jadi benar-benar bergodo OPOTO, biar kelihatan sama ngono lo pak koyo club-club lainnya itu ora ono sing nyeleneh !Begitu pak matur nuwun atas atensinya
    DEDI R (Crown Nedherland)

    • Gambar heading itu to. Lha, kenyataannya memang kita jarang benar-benar berseragam kok. Meskipun punya seragam, warnanya pun ada yang merah, orange, orange strip…

      Sementara alasan tidak dikenakannya seragam seperti: “kaos Opoto sudah saya siapkan di kapstok, begitu istri datang dari luar kota liat banyak baju numpuk di kapstok lalu diambil dan dicuci semua…” itu rasanya kok ya malah lucu, sangat-sangat humanis, dan hmm… so sweet… Haha…

      Saya sebenarnya mau nanya sama Sang Suami: ketika menyadari hal itu, isterinya akhirnya dimarahin atau dipeluk lalu dicium ya? 🙂

      Coba ya kapan-kapan kalau kita sempat berpose yang lebih bagus.

  27. opoto ngendikane Pak De seragamnya : ya yg nggak seragam itu lho. Tatapi kalo mau “diseragamkan” ya ada baiknya kok….tetapi ya harus ada cirinya yg ngopoter.
    to be a best community……………

    • onthelpotorono

      Haha… Benar, Mas Heri (waduh, fotonya keren…). Ketidakseragaman itulah seragamnya Opoto. Lha apa masih perlu diseragamkan dengan tegas supaya tidak akan pernah lagi mengenakan baju yang sama? Halah… 😀

  28. @ kadang seragam juga penting… kadang keaneka ragaman juga indah.. menurut saya saya yg terpenting hati kita seragam dlm mencintai dan memaknai “onthel” dengan segala kegunaannya….hehehe ..piss
    @ mas Wong nek saya punya seragam kok dicuci sama istri tnpa ijin …maka dia akan saya marahi dan juga dipeluk secara bersamaan….angel tenan ki…hehe

    • onthelpotorono

      Dan seragam kita dalam memaknai onthel itu adalah ketidakseragaman, ya Pak Rendra? Halah halah. Soyo angel maneh. Hehe…

      Yang jelas, kalau itu seragam Indian milik Pak Joni Podjok pasti langsung diamankan dulu sebelum kesaut ke cucian ya. Haha… Sayang (atau mumpung?) Pak Joni Podjok belum pernah mampir ke sini. 😀

  29. @ leres mas Wong… di dalam ketidak seragaman sebenarnya kita sedang sangat seragam…. lihat saja saat makan soto..pasti semua pakai mangkok…hehehe..
    kalau kostum pak Johny jelas itu bukan seragam.. lha wong ora ono tunggale je…
    @ ms Wong kalau sy pengin order cd Leo Kristi caranya gimana ya.. salam

    • onthelpotorono

      Kostum Indiannya Pak Johny Podjok itu mungkin “mung siji tur ngono kabeh”. Haha…

      Pak Rendra silahkan rawuh nanti 22 Mei, saya pertemukan langsung untuk menerima paket 10 album Konser Rakyat Leo Kristi.

  30. @ wah pengein banget mas Noer..tapi sy blm tahu jadwal ktr utk tgl 22 mei.. semoga saja bisa.. nuwun sanget Mas.. salam

  31. om rendra, dengan kerendahan hati kami informasikan bahwa kami dari DeFoc telah menggalang dana untuk sedulur sedulur kita yg terkena musibah banjir di Karawang. Walaupun “sedikit” itulah tanda kebersamaan kita kaum onthelis, insya Allah akan dikirimkan secepatnya.
    Nuwun.

    • onthelpotorono

      Salut buat teman-teman DeFoc atas kepekaan dan semangat kebersamaannya. Sepertinya Kosti juga sedang mempersiapkan penggalangan simpati ini. Sekali lagi salut.

      Teman-teman Opoto, silahkan gabung dengan siapa saja, yang penting doa dan kebersamaan kita sampai di Karawang.

  32. @ mas heri Agusti… matur nuwun sanget..semoga amal ibadah sederek DEFOC mendapat imbalan berlipat dari Allah SWT.. dan insyaallah kalau sudah terkumpul akan kami laporkan dan salurkan segera kepada saudara kita yg tertimpa bencana..amiin

  33. ayo para pengonthel tetap semangat. Bukan umur sepedanya tapi sejarah dan nilai historis dari sepda itu yang kita pertahankan. Maju terus!!!

    • onthelpotorono

      Kasinggihan, Mbah. Uhuk…uhuk…

      Matur nuwun sudah pinarak. Senang kalau punya Mbah tapi canggih ya. Hehe… Simplex Swift elitenya apa sudah jadi dilamar?

      Silahkan disruput teh nasgithelnya…

  34. @ wah maafkan saya yg belum tepang pendekar sepuh mbah sangkil..sugeng patepangan mbah.. salam

  35. Rozee "WOC" Pasuruan

    Assalamualaikum !!

    Apa kabar Saudara2 Opoto ?? lama saya ga online nih jadi kangen pingin buka blog milik saudara onthel ini…

    ngomong2 sekarang sudah tambah berapa koleksi speda onthelnya?

    oh ya dulur2 Opoto punya alamat Facebook ?

    sekian dulu ya

    wassalamualaikum

    • onthelpotorono

      Wah, Suramadu kelar, kenapa Mas Rozee jarang online ya? Sibuk nglencer? Hehe…

      Para Opoters pada sehat. Beberapa masih pada semangat up-date FB (silahkan tunjuk jari sendiri-sendiri ya). Sepeda baru masih ada beberapa, tapi jarang diupload. Nanti deh, selagi kemarin nggak sempat ngonthel karena kondangan….

  36. Konser Rakyat Leo Kristy, wah beerat Gus Haji dan Gus Wong ini! Sekelas Mohamad Ali dan mas Tyson, sayah mah,toto salmon-an..dewi murni perkembangkan ..sutera ungu hehehe lemes.

    • onthelpotorono

      Toto Salmon-an, Sundari Soekotjo-an, Waljinah-an, saya juga suka lho. Juga Mus Mulyadi-an dengan cengkok Jawanya yang sama sekali nggak pernah dipoles2 atau disembunyikan. Master satu ini tetap bersemangat membuat album meskipun saat ini sudah kehilangan fungsi penglihatannya.

      Semalam malah saya sempat minta ditembangin Caping Gunung sama Mbah Jaenah (83 th) di warung nasi liwetnya Bu Wongso Lemu, Sala.

      Kalau King Crimson, Flairck, atau Jethro Tull ya sekali-sekali boleh juga. Tetap sambil nyruput soto. Hehe…

  37. alm. Benyamin S. pernah bilang : orang akan bisa menikmati hidup dengan “bahagia” apabila orang tsb. menyenangi Olah raga(ngontel), lagu lagu dan bisa “enak makan”(bukan makan yg enak enak). Semua ini ada pada OPOTO …………percayalah….

    • onthelpotorono

      Amiin. Wah, jadi ceritanya kita punya hobby sama juga kan, Mas? Ngonthel, nembang, dan nyoto? Hehe…

      Salam sehat selalu…

  38. @ gus Credo genduru.. wah senenge credo koyo Sutarji CB ….hehehe.. kalau menurut saya Leo Kristi ama b.Waljinah kayaknya berat Waljinah deh… apalagi sama Ki Slamet Gundono… nek Mus Mul emang enteng tuh mas…..
    ….

  39. ada yg lebih berat lagi lho : Ki Dalang Slamet Gundono + Pak Rendra+sepedane Pak Rendra yang sak Truk ditimbang bareng.
    Hi hi hi hi…….nimbange pake opo?

  40. @ wah mas Heri mulai ngarang deh…..hehehehe

  41. waduh itu omongan generasi tahun berapa atau aku yang kurang gaul ?

    • onthelpotorono

      Iya Mas, Bapak-Bapak itu ternyata seleranya lintas-genre. Tapi tokoh yang dibicarakan itu ibarat Gazelle atau Batavus. Biarpun sudah berumur tapi masih ber(tanpa ‘re’)produksi. Haha…

  42. nyuwun pangapunten mas Faj, kalau saya sih kayaknya satu generasi dibawah mbah Sangkil yg canggih ( kata pakde Wong), tapi obrolan di “angkringan ” ini saya percaya akan disimak oleh panjenengan panjenengan yg yg punya sense of humor, sense of onthel dan sense of nyoto yg cukup tinggi gitu lho……..nuwun

  43. @ bener mas Heri..sepertinya sudah saatnya mas Wong menjelaskan “filosofi nyoto” yang sdh jadi ritual itu…. hehehe..
    Mas Faj…apa kabar…maaf obrolan angkringan kadang memang agak wagu dan mbingungi…hihihi

  44. setuju mas heri agusti, perlu sense of itu yang membuat kita tetap sehat terutama sense 0f nyoto.

  45. Syntia Aprilia Yasmin

    warungnya tutup jam berapa ya mas

Tinggalkan Balasan ke heri agusti Batalkan balasan