Rudge Limited: Kreativitas Tanpa Batas

Saat kita merasa sangat mengenal sesuatu dengan baik, lalu tiba-tiba tergelar fakta di depan mata yang sama sekali bertolak belakang dari apa yang ada di benak kita, kira-kira bagaimana perasaan kita? Tentu terkejut, shock, merasa kecolongan.

Tapi tak perlu gusar. Kita bukan sedang membicarakan orang-orang terdekat kita, melainkan membicarakan sebuah sepeda onthel yang kita kenal baik dengan merek Rudge Whitworth.

rudge-potorono-1

si cantik yang membikin shock

Selama ini, kita mengenal sepeda Rudge sebagai salah satu produk dari Raleigh industry, England –di samping Raleigh dan The Humber– dengan ciri khas produk mereka yang akan segera terlihat, misalnya bentuk spatbor kuwung-nya yang berpenampang U dengan dudukan baut tangkai spatbor dipatri di bagian dalam. Stopan belakangnya bulat, terbuat dari plastik hitam keras dengan reflektor merah. Dudukan baut rangka pada keni di bawah sadel biasanya embossed berbentuk kotak, dengan nomor rangka tertulis di sisi kiri sepeda, dan banyak lagi.

rudge-potorono-2

emblem rudge bulat dan stang dengan ketrikan rudge made in england

Semua gambaran pengenalan yang sudah mapan itu tidak ditemui pada sepeda Rudge Whitworth Limited yang satu ini. Lihatlah spatbornya yang justru mirip spatbor Gazelle dengan dudukan tangkai spatbor model Phillips. Stopan belakangnya, meskipun masih membawa ciri Raleigh, tetapi terbuat dari logam dan sekilas seperti mengadopsi bentuk stopan Gazelle.

Mengikuti supitan bawahnya yang menggunakan pipa kecil berbentuk lurus, ketengkas yang membungkus gir bergambar telapak tangan –khas merek Rudge—juga berukuran kecil ala sepeda jengki.

rudge-potorono-3

Supitan lurus dengan keni bertumpuk, velg sturmey, as roda ‘burung’ F&S

Supitan bawah yang kecil dan dilas menyatu dengan fork belakang itu memerlukan dobel keni bertumpuk agar bisa tersambung dengan pas ke as tengah. Dudukan rem karet terdapat pada fork depan dan di bawah as tengah. Model rem karetnya pun tidak menggunakan rem khas Raleigh, tetapi lebih mirip milik Gazelle dengan bagian ujung lengkungan berbentuk ‘v’. Kom stang serta forknya lebar dan rapi menggenggam stang bertuliskan Rudge Made in England. Jika pada Rudge reguler tutup bahu forknya berujung runcing, pada Rudge Limited ini  ujungnya rata, sekilas bahkan mirip milik Nederlandsche Kroon.

rudge-potorono-4

stopan belakang mirip gazelle, nomor frame di kanan, kom stang lebar

Leher/tube depan sepeda ini termasuk agak pendek. Dudukan pompa pada pipa vertikal di bawah sadel berbentuk pipih seperti milik sepeda BSA. Nomor rangkanya, tak seperti kebanyakan produk Raleigh industry, ada di sebelah kanan. Semakin didekati, kejutan demi kejutan akan semakin banyak ditemukan di sana-sini. rudge-potorono-5

dudukan rem depan dan belakang yang melekat pada body.

Belum lama, sepeda ini ditemukan dalam kondisi memprihatinkan di sebuah dusun di wilayah Bantul. Dengan penampilan yang dekil serta sekian banyak perbedaan yang menyimpang dari pakemnya itu, sepeda ini hanya dipandang sebelah mata. Beberapa orang yang under-estimate mengatakan bahwa ini hanyalah sepeda Rudge Jepang yang harganya paling tinggi Rp150 ribu.

Tanpa mempedulikan opini tersebut, sepeda ini tetap dibawa ke Potorono untuk mendapatkan perawatan dan perlakuan semestinya. Mengapa kita harus selalu menjustifikasi segala yang berbeda sebagai sesuatu yang ‘tidak normal’ dalam arti negatif? Justru desainnya yang ‘out of the box’ inilah yang menjadi salah satu daya tarik sepeda ini, karena kehadirannya mampu memberikan inspirasi menyegarkan bagi kami, mengoyak kemapanan yang ada di benak kami. Sebuah produk terbatas yang justru merefleksikan sebuah pengembaraan kreativitas desain tanpa batas.

rudge-potorono-6

inspirasi bagi kreativitas tanpa batas

Kini, sepeda ini menjadi salah satu sepeda kesayangan di lingkungan komunitas Opoto (Onthel Potorono). Meskipun memiliki begitu banyak perbedaan, tetapi dengan velg Sturmey Archer yang berporos pada as F & S Germany depan-belakang, sepeda ini tetap mewarisi tradisi Raleigh industry yang dikenal ringan dan nyaman kayuhannya.

***

salam,
Tahniah buat tuan punya sepeda kerana memiliki sebuah sepeda yang begitu cantik. Rudge withworth berlogo bulat ini adalah keluaran syarikat rudge sendiri sebelum syarikat ini dijual atau digabungkan dengan syarikat raleigh industry. Melihat daripada rekabentuknya kemungkinan basikal ini keluaran tahun 30-40an. Tahniah sekali lagi kepada pemilik sepeda ini.

(Komentar dari sahabat onthelist Malaysia, Bpk. Anjang. Terima kasih atas masukan berharga ini.)

81 responses to “Rudge Limited: Kreativitas Tanpa Batas

  1. mantap dabbbbbbbbbbbbbbbbbbb…. 😀

  2. Memang dunia sepeda itu misterinya tidak ada habisnya…barangkali hal ini yang membuat para onthelis kecanduan untuk mengkoleksi sepeda dan pernak-perniknya sehingga rumahnya jadi lebih mirip toko sepeda daripada rumah hunian normal he..he..he..sorry kalau ada yang merasa he..he..he..

    • onthelpotorono

      Kalau kami malah bisa buat alesan rumah kami berantakan, Pak Sahid. Padahal sebelum ada sepeda juga sudah berantakan gitu. Haha…

  3. seperti halnya penghobi burung, tiap helai bulunyapun bisa jadi bahan obrolan yg menarik, belum lg jenis,karakter,suara dll… di dunia onthelpun tdk jauh dr hal itu… perbedaan bentuk tuas rem saja akan jd curahan konsentrasi kita itu membahasnya…..
    hobi memang sangat menarik, menantang, menggelisahkan,mendebarkan,menyenangkan,membanggakan dan membuat kecanduan.. ..dll asal jgn lupa kewajiban yg lain…….. ( baca : termasuk thdp anak dan istri kita….hehehe) rak ngaten to pak Sahid……..

  4. selamat kepada yg kagungan Rudge nan anggun..
    mas Wong ..boleh nyuwun ft CCG nipun to..nuwun

  5. Iya Pak Rendra, saya hobi burung tapi gak pernah dikonteskan hik..hik..malu..gak bisa ngoceh( jarang dijemur )

  6. salam
    Tahniah buat tuan punya sepeda kerana memiliki sebuah sepeda yang begitu cantik. Rudge withworth berlogo bulat ini adalah keluaran syarikat rudge sendiri sebelum syarikat ini dijual atau digabungkan dengan syarikat raleigh industry. Melihat daripada rekabentuknya kemungkinan basikal ini keluaran tahun 30-40an. Tahniah sekali lagi kepada pemilik sepeda ini.

    • onthelpotorono

      Terima kasih atas apresiasi dan masukan Anda. Komentar Anda kami sertakan di bagian akhir tulisan agar melengkapi ulasan tentang Rudge Limited tsb.

      Salam persahabatan dari kampung Potorono.

  7. hee….. akhirnya keluar jg RUDGE LIMITEDnya, cantik&anggun mas.

  8. Mas Garudo,nek kagungan peksi kedah pun rimat kanthi permati………mangke menawi sampun saged mangung ingkang kung… gage pun kontesake……

    • onthelpotorono

      Wah, lha kok nama-nama gelar perang bermunculan. Garudo Nglayang, Supit Urang. Jangan-jangan nanti ada Jalak Neba, atau malah Perang Brubuh. Hehe…

  9. Menyambung diskusi mengenai sindrom kecanduan sepeda onthel. Kalau melihat realita pola-pola koleksi teman-teman onthelis di Indonesia bisa dikategorikan menjadi paling tidak

    1. Semua merek sepeda dikoleksi tanpa ampun he..he..he.. Seperti misalnya Pak “X” di Semarang, Pak “Y” di Kediri dan Pak “Z” di Palangkaraya.

    2. Hanya satu merek saja. Contohnya Pak “X” Kotagede yang terkenal sebagai Raja Gazelle.

    3. Hanya tipe atau varian tertentu saja, merek bebas. Misalnya Pak “X” di Kendal yang mengkoleksi khusus sepeda Kruisframe apapun mereknya.

    4. Hanya merek-merek dari Negara tertentu saja. Contohnya koleksi Pak “X” di Jogja yang terbatas merek-merek sepeda Belanda.

    5.Hanya varian-varian masterpiece dari semua merek. Misalnya koleksi Pak “X” di Jawa Barat.

    6. Terakhir, muncul fenomena unik, hanya varian tertentu dari satu merek tertentu saja. Misalnya Pak “X” di Magelang yang khusus mengkoleksi Simplex Damesfiets.

    Nah, apapun pola koleksinya, kita patut bersyukur masih banyak orang yang peduli dengan keberadaan sepeda onthel. Jangan sampai terulang tragedi masa lalu, dimana banyak sepeda onthel di-besi-tua-kan, kemudian di-cor begitu saja untuk dijadikan bahan baku industri. Nuwun.

  10. ada yg lolos dr pengamatan penjenengan pak, .sahabat baik saya pak “X” dari ndalem Goloningratan spesialis Sepeda trnsport dan beberapa masterspeice..

    • onthelpotorono

      Ada juga Pak “X” dengan pola serupa di ndalem Sahid Nugrahan, Pak… 🙂

      Kalau Opoters, rata-rata khusus mengoleksi sepeda umum. Sing ora umum cukup onthelistnya. 😀

  11. @ Rendra
    He..he..he.. Pak Rendra, kalau saya mungkin termasuk kategori onthelis “sesat”, karena hobby merestorasi sepeda, bukan aliran “museum”. Yang penting sepeda jadi cantik dan badan sehat tidak terkena risiko tetanus he..he..he..

  12. wah… perlu dicoba kelliling kebin raya mBogor….

  13. Kalo saya dari tiap negara pak…biar tau ciri khas masing’, yang seperti saya ada ga ya?buat teman diskusi…trims

    • onthelpotorono

      Mas Adit, jangan lupakan yang dari negara Indonesia lho. Kami pernah liat sepeda merek Internatio dengan ciri umum mirip sepeda Fongers. Apakah itu lokal? Sepeda Banteng juga kadang kami ketemu. Dulu dibagikan di lingkungan AURI. Apakah itu juga lokal?

      Saya malah pengin punya sepeda Gazelle heren 24 buatan Pandak atau Mangiran, tapi yang benar-benar mirip Gazelle aslinya, untuk diapresiasi kerapian handmade-nya.

  14. @ Adit

    Bung Adit, teman onthelis yang memiliki sepeda dari setiap negara, setahu saya hanya Pak Yudi Marcopolo.

    Di negeri kita ini, kebanyakan yang sering ditemui sepeda Belanda, Belgia, Inggris, Jerman, USA, India, China, dan Taiwan. Dua sepeda yang sebetulnya tergolong masterpiece di Eropa tetapi tidak pernah atau sulit dijumpai disini adalah Swissarmy Legerfiets dari Swiss, Peugeot Perancis, dan kemudian Pedersen dari Swedia.

  15. Om sahid, Om rendra, Om Wongeres dan “onthelista” yang budiman mungkin saya sebagai pendatang baru pecinta “onthel” mempunyai prespektif lain tentang “sepeda onthel “ .
    Bagi saya SEPEDA ONTHEL merupakan alat transportasi rakyat yang kini mulai banyak ditinggalkan, karena dianggap tak lagi mencerminkan kemajuan zaman. Padahal ditinjau dari perspektif ekologis, sepeda onthel adalah jenis kendaraan yang memiliki banyak kelebihan dibanding dengan jenis kendaraan lainnya, (baca : kendaraan bermotor).
    Pertama, sepeda onthel tidak memerlukan bahan bakar minyak. ini jelas sangat menguntungkan mengingat semakin menipisnya cadangan minyak bumi di seluruh dunia. Bahkan konon menurut perkiraan para ahli perminyakan, deposit minyak bumi di seluruh dunia tak akan bertahan sampai seratus tahun kedepan. Di sini penggunaan sepeda onthel menemukan signifikansinya, karena ia samasekali tak membutuhkan BBM untuk pengoperasiaannya, dan hanya ‘membutuhkan’ asupan gizi dari nasi dan lauk pauk yang dikonsumsi oleh pengendaranya. Kata om wongeres terfavorit tentunya “Soto”… heeee..heee 😆
    Kedua, sepeda onthel samasekali tak menghasilkan emisi gas buang yang membahayakan–tak seperti kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi karbon baik dalam bentuk senyawa monoksid (CO) maupun dioksid (CO2), dan aneka macam zat berbahaya lainnya. Karbon monoksid (CO) adalah gas beracun yang dihasilkan dari reaksi pembakaran tak sempurna di dalam mesin. Gas ini sangat berbahaya bila tehirup karena bisa menyebabkan kematian dalam tempo yang relatip cepat. Sedangkan karbon dioksid (CO2) merupakan gas buang hasil pembakaran di dalam mesin. Gas CO2 ini menimbulkan akibat yang khas, yaitu apa yang disebut sebagai efek rumah kaca (green house effect).
    Ketiga, meminimalisir frekuensi dan akibat kecelakaan lalu lintas. Bisa kita bayangkan, bila dua buah mobil ataupun sepeda motor dari arah berlawanan yang melaju dengan kecepatan di atas 100 Km/jam bertabrakan, apa yang akan terjadi? Kemungkinan besar keduanya akan hancur, dan seluruh penumpang kecil kemungkinan untuk lolos dari maut, atau minimal cedera parah. Hal demikian tak akan terjadi pada sepeda onthel, karena top speed-nya tak akan melebihi 20 Km/jam. Berkebalikan dengan kecepatan tinggi, kecepatan rendah masih sangat memungkinkan bagi pengendara untuk mengendalikan kendaraan dengan baik, sehingga resiko kecelakaan sangatlah kecil. Atau kalaupun terjadi kecelakaan, momentum (massa dikalikan kecepatan) yang dihasilkan dari tabrakan sesama sepeda onthel teramat kecil. Alhasil, sang pengendara pun paling-paling hanya akan mengalami lecet sedikit. Walau sebagai orang timur khususnya budaya jawa kitapun meyakini bahwa “urip, jodo lan pati di tangan Gusti Allah”.
    Di negara-negara maju khususnya di Skandinavia (Norwegia, Finlandia, Swedia, dan Denmark) serta Belanda, sepeda onthel merupakan kendaraan yang sangat populer untuk mobilitas di dalam kota. Masyarakat di negara-negara tersebut amat sadar betul akan masa depan kehidupan di muka bumi ini yang bisa diselamatkan dengan meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor. Dan kita, masyarakat dunia ketiga yang notabene adalah masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah (baca:miskin), masih sebegitu bangganya dengan penggunaan sepeda motor dan mobil. Tentu bukan karena kita sudah kelebihan uang untuk dibelanjakan, tapi lebih karena kita tak punya pandangan mengenai masa depan kehidupan di bumi ini, dan tak lagi punya kepedulian terhadap masa depan anak cucu kita dalam artian yang sesungguhnya .
    MARI BERSEPEDA ONTHEL ….

  16. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Mas Max’s

    Wah kinclong banget penjelasannya.
    Mas Max’s saya mengajukan beberapa pertanyaan ?
    1. Faktor apa yang menyebabkan masyarakat kita kini enggan menggunakan sepeda onthel, padahal masyarakat kita masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan ?
    2. Mengapa saat ini kalangan muda/anak sekolah malu menggunakan sepeda onthel?
    3. Hilangnya budaya bersepeda di kalangan muda ini apakah semata kesalahan orang tua mereka?
    4. Apakah mas Max’s optimis, dengan banyaknya komunitas onthel di Indonesia, budaya ngonthel ini akan muncul lagi.
    Mohon penjelasannya…Nuwun.

  17. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak e Tole Wongeres

    Pak e Tole kapan yaa ngulas tentang sepeda Phoenix buatan RRT (China), Pasalnya, sepeda ini telah lama akrab dengan rakyat kecil (wong cilik) negeri ini. Jangan melulu onthel keluaran Eropa, yang dulu konon hanya mampu dimiliki orang berpunya.

    Pak e Tole, mungkin sampeyan mengamati penjual sayur bersepeda. Tiap malam mereka mengayuh sepedanya menuju pasar. Jarak yang ditempuhnya terbilang jauh. Ini dilakukannya saban hari untuk mencari sesuap nasi.
    Kesimpulan saya, sepeda bagi pedagang sayur ini adalah untuk hidup, bahkan mungkin sepeda untuk hidup.
    Bila pedagang ini bersepeda untuk hidup karena tak punya pilihan lain. Beda dengan banyak komunitas sepeda yang belakangan ini banyak bermunculan. Mereka (Komunitas sepeda) banyak alasannya, seperti menjaga lingkungan, lebih sehat, gaya hidup, dan lain-lain.

    Dunia pedagang sayur bersepeda dengan komunitas sepeda dengan sepedanya yang mahal, tentunya tak dapat diperbandingkan. Ibarat siang dan malam. (Kompas, 27 Juni). Mohon kritisinya Pak e Tole…

  18. Mas Max’s, sependapat dengan alasan yg diuraikan penjenengan dengan sangat bernas,memang jargon ” onthel iku migunani kagem sedoyo” sangat benar adanya. hrsdikaui ada bermacam motivasi seseorang memiliki onthel, ada yg merupakan mencari kehidupan ( seperti di ulas Kompas,27 Juni 09}, ada yg sekedar penyaluran hobby,ada yg ingin mengenang kenangn masa kecil, ada yg digunakan sebagai sarana silaturahmi dlm klub2 onthel, ada yg sekedar nguri2 warisan ortu atau eyang bahkan ada yg diperjual belikan..dll, menurut sy semuanya baik baik saja, krn toh akibat positiv yg di uraikan mas Max”s menjadi terdukung secara tdk langsung,itulah mengapa dlm klub tdk pernah ada diskrimanasi terhadap merk dan kondisi onthel, alhamdulillah sampai kini semuanya guyub rukun, goyang gayeng gembira ria… dan baik2 saja…
    sekarang sebaiknya bagaimana kita dpt mencari cara terbaik dan tersejuk dlm upaya menggairahkan budaya onthel kembali agar mimpi mimpi indah kita para onthelis secara perlahan bisa menjadi ” kasunyatan.”..{ Mungkin pak Bei sudah ada ide pemikiran utk hal itu…monggo dipun wejang kemawon pak Bei).
    sejujurnya saya optimis krn dikomunitas onthel saat ini mulai banyak sahabat2 kawula muda ber wawasan dan berpikiran seperti mas Max”s, salut…

  19. Barangkali menjadi bentuk keprihatinan kita semua, karena setelah diteliti pada Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang baru saja disahkan DPR pada bulan Mei 2009 lalu, ternyata tidak ada satu pasalpun yang secara eksplisit menyatakan keberadaan jalur sepeda sebagai fasilitas jalan. Hanya pejalan kaki yang secara legal difasilitasi sebagaimana terlihat pada kutipan di bawah ini:

    Bagian Ketiga

    Perlengkapan Jalan

    Pasal 15

    (1) Untuk keselamatan, kelancaran, dan ketertiban lalu lintas, jalan wajib
    dilengkapi dengan :
    a. aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan
    alat pemberi isyarat lalu lintas, rambu-rambu perintah
    dan/atau larangan, dan marka jalan;
    b. petunjuk dan peringatan bagi pemakai jalan yang
    dinyatakan dengan rambu petunjuk dan rambu
    peringatan serta tanda-tanda jalan lainnya; dan
    c. fasilitas pejalan kaki pada jalan tertentu di kawasan
    perkotaan.

    (2) Untuk keselamatan pengguna jalan, jalan dapat
    dilengkapi dengan alat pengaman pemakai jalan.

    (3) Untuk ketertiban penggunaan jalan, pada lokasi
    tertentu pada jalan lingkungan dapat dilengkapi
    dengan alat pengendali pemakai jalan.

    (4) Jalan dapat dilengkapi dengan fasilitas pendukung
    kegiatan lalu lintas.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan jalan
    diatur dalam Peraturan Pemerintah.

    Jadi hal inilah yang perlu diperjuangkan oleh semua komunitas pesepeda di Indonesia. Saya tidak memahami mengapa sepeda sebagai alat transportasi alternatif yang ramah lingkungan dan tidak memerlukan subsidi BBM justru tidak diakui keberadaannya dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kita sejujurnya “kecolongan” di level UU, tetapi kita masih ada harapan di level Peraturan Pemerintah.

    Catatan: Posting serupa saya kirim ke blog nasional – wiwinaked

  20. onthelpotorono

    @Pak Sahid, Mas Max’s

    Saya setuju dengan banyak keunggulan sepeda, entah itu sepeda onthel atau MTB, entah bikinan Eropa, Indonesia, atau RRC.

    Menggalakkan kembali bersepeda tanpa menyediakan jalur sepeda yang aman dan nyaman, memang sama saja dengan menjerumuskan. Meskipun sepedanya berjalan lamban, kalau kesenggol motor ngebut ya tetap saja babak bundhas. Oleh karenanya, saya juga setuju dengan Pak Sahid. Perjuangan mendapatkan hak bagi pesepeda harus terus dilakukan.

  21. onthelpotorono

    Pakde Bei…

    Setiap manusia itu kan memang berbeda. Ya karakternya, skillnya, seleranya, dll. Menurut saya, perbedaan itu mestinya disikapi dengan saling “wang-sinawang” . Artinya, jika “rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”, maka tugas kita adalah menjaga dan merawat rumput kita agar selalu terlihat hijau di mata tetangga. Bukan malah menyiram rumput tetangga dengan air panas agar mati kering. Hehe…

    Siang dan malam juga tak selalu harus diperbandingkan, karena kita memerlukan keduanya. Mana yang lebih penting: roda depan atau roda belakang? Keduanya komplementer, saling melengkapi. Roda depan punya tugas sendiri, begitu juga roda belakang. Hidup ini kan tidak dinilai dari posisi kita di depan atau belakang. Kesuksesan cukuplah dinilai dari pencapaian sendiri, bukan lewat perbandingan.

    Meskipun begitu, pemerintah harus memastikan bahwa seluruh rakyatnya bisa hidup dengan layak. Malam punya senter, siang punya payung.

    Pakde, salahkah saya kalau agak alergi dengan perbandingan? Apa karena kemampuan kompetitif saya rendah? Tapi saya yakin, prestasi manusia tak bisa diukur dengan satu mistar saja.

  22. Ngabehi Sak Loring Pasar

    Menurut saya sih kuncinya keteladanan para pemimpin, baik pejabat negara, anggota DPR, walikota, gubernur, dan seterusnya memberi contoh budaya bersepeda ini.

    Budaya bersepeda ini akan cepat menyebar di masyarakat jika para wakil rakyat dan para pejabat pemerintahan bersedia memberi contoh dan teladan langsung. Tentu sulit untuk melakukannya setiap hari, namun satu atau dua hari bersepeda ke kantor dalam satu minggu.

    Mengapa masyarakat kini enggan menggunakan sepeda sebagai sarana trasportasi :
    1. Cuaca panas dan berdebu. apalagi kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan lain-lain. Juga pengembangan perkotaan seperti pembangunan jalan atau Bagi pengendara sepeda, akan tersiksa sekali.
    2. Lalu Lintas tidak tertib. Lihat lah banyak mobil dan motor saling kebut memperebutkan badan jalan demi mengejar waktu. Bayangkan untuk pesepeda berjuang hanya memperebutkan sepetak jalan.
    3. Keamanan tidak terjamin. Coba bayangkan bersepeda ditengah lalu lintas mobil dan motor yang padat. Juga bagi pegawai atau mahasiswa yang membawa laptop, atau hp sangat rentan terhadap tindakan kriminal.
    4. Pemerintah kelihatanya belum siap menabuh budaya sepeda ini. Hal ini nampak dari undang undang lalu lintas dan angkutan jalan yang disah kan DPR, seperti yang dikemukan oleh pak Sahid itu.

    Kita juga sering mendengar banyak gagasan yang hebat yang dilontarkan pembuat kebijakan (stakeholder), tapi gagasan itu sekedar panas-panas tahi ayam, hilang tak berkelanjutan. Misalnya pelarangan merokok di tempat umum, penghematan energi, pembatasan mobil pribadi, menggunakan produk dalam negeri. tapi nyatanya…..

    Jadi tidak adanya contoh yang baik, semua kebijakan yang sifatnya anjuran akan lenyap dengan sendirinya. Kita patut memuji onthelis Jogja yang menuntuk keberadaan jalur khusus sepeda, terlebih disertai fasilitas penunjangnya misalnya parkir gratis, tunjangan kecelakaan bagi anak sekolah dan jaminan kenyamanan berkendara dengan sepeda. Namun tanpa keteladanan dari pejabat yang memimpin instansi, lembaga masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain, maka tinggal menunggu waktu kebijakan itu lenyap ditelan waktu, jauh panggang daripada api.

    Kita sebagai pencinta onthel harus berperan aktif untuk coba memberi contoh cara hemat energi. Salah satunya dengan bersepeda. Pemerintah pun harus lebih kreatif dan adil dalam membantu masyarakat. Bila rakyat kecil mesti bersusah memperoleh Bantuan Langsung Tunai (BLT), sebaiknya para pejabat dan wakil rakyat bangsa ini juga bersedia memberikan Teladan Langsung Bersepeda (TLB).

    • Pakde Bei sudah mencatat banyak sekali dan semua benar adanya, di luar hal-hal lain yang saya istilahkan sebagai ‘benang ruwet’ itu. Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Menurut saya kita nggak usah menunggu semua pemimpin memberi tauladan secara konsisten. Kita mulai saja dari kita, keluarga, RT, kampung, dan terus meluas.

      Di Jogja, meskipun hanya pada hari Jumat, para pejabat sudah memberi tauladan. Sebagai pelengkap, mari kita baca ‘rerasan’ Bu Dyah, istri Walikota Jogja di

      http://dyahsuminar.com/?p=1449

  23. Bagus Kurniawan

    Bung Wongeres, sepeda Rudge Limited-nya apa kemarin sempat masuk di tempat Mas Margono Sedayu? Saya sempat melihat sepintas di sana beberapa waktu lalu saat dicat?

  24. Bagus Kurniawan

    Teman-teman di forum Opoto, saya juga ingin urun rembug. Penelitian saya ditahun 94 mengenai pedagang sayuran keliling di Yogyakarta, dari 50 responden (perempuan) asal Bantul dari kecamatan Sewo, Jetis, Imogiri, semuanya memakai sepeda.
    10 tahun kemudian tahun 2004, penelitian itu kami ulangi dengan responden yang hampir sama.
    Ternyata hasilnya sebagian beralih menggunakan sepeda motor dan sebagian lagi tetap bersepeda.
    Ada dua alasan mereka beralih ke sepeda motor, pertama butuh kecepatan untuk menjangkau pasar tempat kulakan dan ke tempat pelanggan di kampung-kampung. Kedua barang yang dibawa bisa lebih banyak tapi ongkos/ pengeluaran lebi besar. ‘
    Sedang yang tetap bersepeda alasannya mampu beli motor tapi lebih baik ditabung dan takut dan ada yang tidak bisa mengendarai sepeda motor.
    Yang tetap pakai sepeda beralasan tidak banyak berkeliling tapi lebih banyak mangkal di suatu tempat di kampung-kampung yang sudah menjadi langganannya.

    Beberapa kesimpulan yang kami ambil diantaranya, kepemilikan sepeda motor dengan kredit murah ternyata mampu merubah gaya hidup sebuah masyarakat.
    Mereka tetap berjualan dengan bersepeda dengan alasan jarak masih bisa dijangkau, mereka tidak beli motor karena keuntungan dari berdagang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka berdagang hanya untuk membantu suami mencari tambahan penghasilan disela-sela menjadi petani.
    Uniknya sebagian besar sepeda yang dipakai adalah jenis Dames dan Jengki bermerk Phoenix, ada juga Phillips, Raleigh dan Gazelle.

    • Wah, matur nuwun Mas. Ini penelitian menarik. Dan agaknya Mas Bagus konsisten melakukannya. Kapan-kapan saya pengin mendengar lebih detail tentang hal ini.

  25. @ Pakde Ngabehi

    Bersepeda menjadi kegiatan popular sejak isu pemanasan global mencuat. Tidak hanya dianggap bermanfaat bagi bumi, bersepeda menjadi hobi yang menyenangkan. Sebagian besar pengendara sepeda membentuk klub dan memiliki spesifikasi tertentu. Misalnya klub sepeda ontel yang khas dengan model antiknya. Atau gerakan bersepeda ke kantor yang sudah diterapkan di berbagai daerah seperti Jogja, Jakarta, surabaya, medan, bandung, ujung pandang dan kota-kota lain-lain.

    Namun tetap saja banyak orang yang enggan bersepeda untuk keperluan sehari-hari.
    Sebenarnya sangat komplek dan perlu kajian yang sangat dalam untuk membahas masalah ini. Apa yang sudah “pun aturaken” om Sahid, om rendra, Om wongers, om Bagus dan pakdhe bei telah sangat detail dan lengkap, saya SEPENDAPAT. Namun saya mencoba sedikit menambah “ alasan mayoritas orang enggan bersepeda” menurut cara pandang saya pribadi :

    Utamanya GENGSI
    Bila kita mau sedikit mawas diri, tentunya kita sadar bahwa menjaga gengsi, tidak semata berasal sebatas kedudukan, kekayaan dan kepemilikan barang. Ingat saja, bahwa si multibilyuner dolar, Mark Zuckerberg, pemilik Facebook tidak mendapatkan gengsinya melalui pesta-pesta bermilyar dolar, gonta-ganti mobil, mengejar jabatan dengan menghalalkan segala cara. Ia sekedar anak kos-kosan yang rajin mengulik, berkreasi dan berinovasi, sampai bisa membuahkan produk yang berharga dan populer seantero dunia. Kita lihat, “self image” di mata publik bisa dilandasi oleh beberapa domain penting dalam kehidupan ini, seperti prestasi, pengalaman, kepahlawanan, tata krama, tata bahasa, kinerja, ekspertis, kearifan yang lebih mengarah pada “being” seseorang dibandingkan dengan “having” seseorang. Ini tentunya kabar baik bagi setiap individu yang juga ingin meningkatkan ‘gengsi’- nya tetapi belum tahu darimana sumbernya.

    Kita bisa garis bawahi bahwa kita memang perlu senantiasa menjaga kebugaran fisik, intelektual, emosional dan spiritual kita, sebagai modal untuk menganalisa, memperbaiki, mengembangkan diri sendiri, berkreasi, berprestasi, menonjol, sehingga kemudian bisa merespek diri sendiri, lalu menjaga hakikat “qualities” diri kita sebagai fitur gengsi. Sudah tidak jamannya lagi kita merasa gengsi naik sepeda, ketimbang berkendaraan mobil, dan seharusnya malah lebih bangga bahwa kita bugar menjaga kesehatan.

    So, kenapa kita mesti pesimis budaya ngontel akan muncul lagi… HIDUP “ONTHEL”……

    Matur nuwun, semoga bermanfaat dan mohon diluruskan bila ada salah-salahnya.

    • Sebuah paparan yang bagus, Bung Max. 🙂

      Gengsi itu urusannya dekat dengan minder dan sombong. Dua hal yang sama-sama tidak saya suka. Lha, orang yang minder kan bisa jadi sombong kalau ketemu seseorang yang dia pikir lebih rendah dari dirinya. Sebaliknya, orang sombong juga bisa jadi minder kalau ketemu seseorang yang dilihatnya lebih sukses dari dirinya. Keduanya sama buruknya.

      Menurut saya, jiwa yang penuh tidak akan mudah goyang oleh keadaan. Juga tak akan silau oleh gebyar zaman, oleh issue di luar yang kadang sengaja dirancang oleh sebuah ‘kekuatan’ dengan target/tujuan tertentu.

      Nah, menjadi onthelist barangkali merupakan salah satu cara belajar memiliki jiwa yang penuh itu. Kan kita mesti siap capek, siap dianggap remeh, siap bersabar hati, dan segala yang dianggap sebagai sesuatu yang “mundur” dari zamannya. Siapkah?

  26. Iya para sesepuh, saya setuju onthel harus dibudayakan pemakaianya dan bukan kepemilikannya! Saya yang udah ireng trus make sepeda tambah jadi methentheng, yang banyak sepeda tolong bagi ke saya…pak Rendra, pak Wong ingat the power of giving!..cukup tempat buat 2 atau 3 sepeda lagi kok!

    salam.

    • onthelpotorono

      Hehe… Iya, kalau mau kaya, ya mesti belajar kaya. Caranya? Belajar memberi. Bukan meminta.

      Saya juga siap menyediakan bengkok bagi yang mau belajar kaya, Boss! 😀

  27. @ om wongeres

    siaaaaaaaaaaaaaaap graaaaaaaaaaak….. 😆

    om, info pramex’s yang ngulon pagi jam 5 dan jam 6.50 trus dari sononya jam 14.45… sampai sini jam 16.15… “pokok-e” saya ikut om… cuma mungkin saya nanti medot siang-siang yach, karena harus njagong saudara di klaten jam 7 malam je…

  28. Saya kira juga siaaaaaaaaaaaaaaap naik sepeda Onthel dari Potorono ke Kutoarjo he … he … he ….
    Pramex dari Setasiun Tugu jam berangkat ke Kutoarjo 04.45, 06.50, 13.47, 15.50 dan dari Kutoarjo tujuan Palur/Solobalapan Jam berangkat 05.50, 09.00, 14.55, 17.45
    atau jam nya udah diubah lagi coba minta info ke Stasiun Tugu No telp 589685.

    Kalau bawa barang onderdil onthel jangan lupa panggil aq, nanti tak bawain. maksudnya tak bawain pulang ke rumahku he … he … Kalau Minggu saya libur je, raiso bawain onderdile.
    di Pasar Kutoarjo nanti bisa ketemu pedagang Sepeda dan Onderdil seperti Pak Suroyo yg asli Delanggu, Pak Surono Trafeg Light Kutoarjo ke Selatan, Mas Komsin Purworejo dll

    saya sering buka Webnya Mas Nur, cuma mau kasih komentar, komentarnya udah bagus2 semua.

  29. Di atas Pramex, naik pesawat pun boleh, kan pesawat itu terbangnya kadang di atas kereta pramex. Onthelnya dikasih mesin pesawat biar nanti bisa naik di atas Pramek he …. he … he ….

    Naik Pramex enaknya Theng …. Theng ….. Crit….. Maksudnya thengok thengok crito, kaya Mas Wongeres dkk kalau ngonthel udah sampai tujuan terus theng … theng …. crit….. sambil leyeh leyeh. he he he guyon lho mas

  30. Bisa mas, naik haji jual laut, he …. he ….. he ….. laute sopo.

  31. Ya tinggal naik aja ke punggung wak haji. Haha…

  32. Bung Wong, saya ke tempat Mas Margono cuman mampir konsultasi mengenai sepeda Letter S-nya milik bapak saya yang kurang enak kayuhannya. Berburu Burgers sudah ada incaran tinggal nego saja

  33. Ada aja wongeres ini hal yang diceritakan dan informasikan tentunya untuk menggarap dan menyajikannya butuh waktu dan pikiran…terus kerjaan aslinya piye pak? jangan2 jadi nomor 2? hehe…mungkin ada yang belum banyak diinfokan seperti spare parts, dan seputar opini sendiri tentang onthel seumpama kenapa kita harus melestarikan yang antik sementara ada yang modern dan meyakinkan bahwa ini tidak semata hanya hobby, diferensiasi, gaya hidup tapi juga sport, friendship, humanisasi, eco style, dan lainnnya lagi sehingga mungkin ada yang dari pojok barat, utara ngumpul di potorono terus jalan bareng kan jadi tambah asyiiik? hehehe…satu lagi kita juga dapat info banyak dari p sahid, sisi lainnya begitu terasa

    • onthelpotorono

      Waduh, ide-ide itu membuat adrenalin berdenyar. Iya, setuju. Alangkah indahnya kalau itu bisa kita lakukan.

      Kerjaan asli? Emang ada kerjaan palsu? Hehe…
      Kita kan cukup mengekspresikan dengan jujur apa yang kita lakukan bareng-bareng selama ini. Saya merasa itu perlu dishare ke sahabat-sahabat di mana saja berada, dengan tujuan dua arah: memberi inspirasi dan menerima masukan untuk memberikan ‘makna lebih’ (baik secara pribadi maupun komunitas, syukur lebih luas lagi) pada kegiatan kita itu.

  34. mas Wong,semalam saya diberi kehormatan olehsahabat Podjok utk menikmati kelezatan bakmi pak Tris di Manding………..
    pak Sahid,Mas Towil<mas Guntur pak dalang ,mas Margi dan bu Dewi dll, matur nembah nuwun sanget touring malamnya yg sungguh sangat indah, udara malam yg sejuk, harum rumput basah,suara kodok.jalanan senyap bertabur bintang, desir dinamo dan barisan cahaya telah menyempurnakan keramahan sahabat Podjok…….. sebuah kenangan manis telah diciptakan. salam hangat

    • Pak Rendra, untuk menciptakan momentum sederhana seperti itu dibutuhkan banyak hal, paling tidak: hati yang terbuka untuk sebuah kebersamaan, waktu yang benar-benar diluangkan, sepeda yang nyaman lengkap dengan lampu yang menyala terang, serta alam, lingkungan, dan udara yang memungkinkan. Tanpa adanya salah satu saja dari itu, suasana yang Pak Rendra rasakan tak akan tercipta.

      Biar pun ngonthel bareng, tapi kalau hati ini was-was gir obat nyamuk bakal makin menghilang dari peredaran, misalnya, ya nggak akan merasakan manisnya kenangan itu, kan? Hahaha… (gojeg lho, Pak Rendra) 😀

  35. Eh, om Wongeres ada informasi nich…
    di carrefour jual Gir obat nyamuk cap “kingkong” lhooooo….
    mbok pakai itu dulu aja, sambil “ngantu-ngantu” paketnya om Rendra… Huuaaaa…haaaaa… 😆

  36. ada yang lihat dimanakah mas erwin erlangga berada?? :mrgreen:

  37. Oom Max’s, sy lagi di luar. Eh, ketemu hotspot. Pak Tjip sdh dikasih tau route Minggu depan belum ya?

    • waduh.. saya gak tau tuch… cuma kelihatannya beliau-nya, om jhoni, om zamnuri, om acha, om adi, juga om benny pada belum tahu om….

  38. Mas Wong dan mas Max”s… tak kuduga kita bs bertemu td malam, gojegan yg hangat, tks sahabat krn telah sudi buang waktu ngancani saya . maaf kalau ada gutonan yg tdk pas. nuwun.salam kompak selalu.

  39. @ om Rendra
    sama-sama om rendra…. setiap jenis episode kehidupan selalu menyisakan kenangan dalam memori kita dan pertemuan tadi malam pun setiap jenak episode selalu disertai pelajaran dan pesan bermaknaan serta kearifan dari panjenengan….
    Matur nuwun juga pada mas Towil “podjok” dan om wied purworejo yang ikut menemani dan memberi pelajaran banyak pada saya dalam suasana persahabatan yang agung….

  40. ERwin Erlangga

    @om Rendra
    semalem saya juga mau ikut kepengennya. sayang ada tugas keluarga yg menghadang. kapan2 ku ingin kopi darat juga.

  41. Berarti minggu ini aku absent nih? bisa sunmor, pake onthel juga hehhe

  42. Kalo Mas Adit dan Pak Yudhi Marcopolo punya sepeda antar kota saya juga gak mau kalah dengan mereka, namun karena pertimbangan tempat dan faktor “GOLEKMAH ” ( Golongan Ekonomi Lemah ) maka yang aku simpan baru fotonya dulu….gak apa” khan om semuanya. Salam manis dari kami susi.

  43. It is not a fender of generation this bicycle. Because this generation is figure triangular fender. Resemble the front brake set.

  44. onthelpotorono

    Can you describe in more detail? Here, we only know for Fongers and Gruno’s fender triangular.

  45. @mbak susiana
    Salam kenal juga buat mbak susi…
    gak apa-apa lah mbak , simpan fotonya dulu, khan ada pepatah ” tak kenal maka tak sayang”… hee..heeee… 😆

    kalau mbak susi pingin lihat macem-2 sepeda, datang aja ke markas OPOTO.. dijamin suka dech…. heee..heee…. 🙂

  46. mas Erwin,kpn2 kita kopi darat lg,Insyaallah sy akan sering sowan penjenengan sedoyo sinambi njambangi anak sy yg bersekolah di jogja…
    mas Max”s dan mas Wong, kemarin rasanya waktu kurang panjang utk ngobrol pit dll dgn penjenengan, tiga hari di jogja baru malam itu bs tertawa lepas…..hehehe………. salam kompak

  47. Rozee "WOC" pasuruan

    Assalamualaikum …

    salam kenal…

    Kulo Rozee sangking pasuruan

    saya mau nanya neeh…

    dirumah saya ada sepeda Phillips “pres” model dames nomer serinya : TT 1907 barangnya masih orisinil semua mulai stang piringan gir hub roda depan belakang sampe keteng kasnya masih ori spatbornya juga masih kotak utuh depan belakang lampu bosch…..

    saya mau nanya neehh kira2 kalo dijual harganya dikisaran berapa ya ??

    mohon petunjuk para senior-senior

    salam,

    Rozee “WOC”

    • Wa alaikum salam.

      Salam kenal juga, Cak Rozee. Juga buat sahabat-sahabat WOC di Pasuruan.

      Wah, beruntung sekali masih punya sepeda onthel “ori” dan utuh. Pertanyaannya justru: kenapa mau dijual? Apa nggak sayang? Dirawat saja, sesekali bisa dipakai sekalian olah raga.

      Harga sepeda itu sepengetahuan kami dipengaruhi banyak faktor. Sepeda BSA dan Hercules, misalnya, di pasaran umum saat ini cenderung kalah pamor dari merek favorit seperti Gazelle, Humber, dan Fongers. Tetapi, banyak sahabat kolektor motor antik yang justru memburu dan mau membeli dengan harga relatif lebih mahal.

      Sepeda President di Purworejo ditawar 10 juta pun belum dikasih. Padahal itu bukan merek favorit. Tetapi justru itulah, karena bukan favorit, sekarang malah jadi langka sehingga mahal harganya.

  48. Mo nanya nech. Saya punya sepeda dg bentuk persis Rudge tetapi logo depan yang biasaya bergambar tangan dengan 5 jari terbuka, tetapi punyaku hanya bergambar 2 jari terbuka, mirip simbol KB di masa ORBA. Tulisan Rudge tidak ada, yang ada adalah INTRODUCED. Ciri2 yang lain : gir depan berlambang 5 jari terbuka, onthel tertulis Raleigh Industry, Tromol SA, velg Sturmey Archer, No rangka BRxxxxx. Mohon pencerahan, apakah ini termasuk Rudge Special Edition atau justru bukan sepeda Rudge.
    Thanks.

    • Pak Dodik, lebih dari sekali saya melihat logo dua jarinya Introduced itu. Dengan keterbatasan wawasan yang ada, menurut saya itu merek yang berbeda. Jadi, ada baiknya kalau ada nanti diganti logo lima jari saja. Mohon maaf jika saya salah.

      Salam hangat dari kampung Potorono.

  49. mohon pencerahannya, kalo rudge th emblemnya yg bener bulet atau segitiga yang ada cap tangannya?

    • onthelpotorono

      Mas Dion, semuanya benar. Rudge memang berlogo telapak tangan. Kebanyakan platnya segitiga, tapi ada juga yang bulat.

  50. baru2 ini saya mendapatkan sepeda ontel merk rudge di komstir berlambang tangan dengan tulisan RUDGE 1869 ENGLAND,kondisi cukup memprihatinkan, tolong di mana spare partsnya bs gw dapatkan, mengingat kita sesama ontel mania.
    parts yang aku butuhkan al
    1.tuas rem kanan kiri, komplit dengan as rem depan belakang (rem 1 paket komplit)
    2. lampu depan
    3. dinamo
    4. spakbor depan belakan
    5. gir depan komplit kincangan kanan kiri
    6.jok
    7. tas belakang
    8. velg berikut romol depan belakang
    Trinmakasih dan mohon bantuannya

  51. Mas Wawan, setahu saya, sepeda Rudge itu kalau diberi sparepart bikinan Raleigh industry sudah bisa dibilang aman. Tuas rem kanan-kiri dikanibal dengan tuas Raleigh/Humber. Lampu depan berikut dinamo pakai saja Bosch standar. Spatbor pakai punya Raleigh (ini nyari yang original Raleigh England gampang-gampang susah). Gir depan bergambar tangan ini lebih susah, meskipun masih pernah saya lihat. Tas belakang, maksudnya tas sadel? Velg kalau bisa carikan Dunlop (England) atau setidaknya Araya (Japan) yang doff, tromolnya Sturmey Archer England. Lebih bagus sih yang belakang pakai tromol-prosneling, jadi bisa mindah gigi.

    PR semacam ini justru yang akan bikin hidup lebih hidup. Hehe… Ayo Mas Wawan, dikomplitin. Cari dulu. Mas tinggal di mana? Kalau memang susah, bisa saja teman-teman Opoters yang kebetulan liat bisa nyimpenin dulu. Di Jogja relatif lebih mudah.

  52. Numpang tanya Mas..

    kalau Logo UDGE di stang kuningan itu asli atau ngga yh?

    mksih sblum nya…

    • wongeres OPOTO

      Mas Vyand, saya belum pernah melihat logo kuningan yang nempel di stang Rudge. Tapi, menurut saya itu asli.

  53. Pak mo nanya kalo rudge seri AV dan didepan ada kunci stangnya kira2 buatan tahun berapa?
    terima kasih

  54. Dimana bisa kupesan ban Sepeda Ontel warna putih,ada enggak yg bisa nolong saya.

  55. kalau ada yg bisa bantu dapat menghubungi saya di 081271420899.

  56. maaf pak kmrn saya dapat sepeda.tdk ada merknya tp yg bikin bingung apakah ada jenis sepeda tua dengan plantangan dari besi tebal.maksudnya bila diketok tdk berbunyi nyaring dan diameternya lebih kecil dari batang besi yang ada dibawah sadel?

Tinggalkan Balasan ke Acha Batalkan balasan