Mengalir ke Bukit Boko

Menjalani hidup dengan mengalir, kedengarannya mudah. Tidak perlu ngoyo, kan? Tapi, bagaimana sih persisnya ‘mengalir’ itu harus dilakukan? Soalnya, ketika kami, komunitas Opoto (Onthel Potorono) sengaja ngonthel dengan tema mengalir saja mengikuti alam, hasilnya sungguh tidak ringan. Tidak sesederhana kedengarannya. Lah iya, mengalirnya ke perbukitan Boko!

Boko-2

mengalirlah kami ke atas bukit

Minggu pagi, 21 Juni 2009 kemarin kami ngonthel dengan target tujuan yang longgar. Pokoknya jalan saja ke arah perbukitan Boko. Apa saja yang nanti terjadi di sepanjang perjalanan, silahkan diikuti dan dinikmati. Rute yang nggak jelas ini ternyata malah menarik minat seorang sahabat onthelist untuk gabung. Siapa? Mas Margi!

Mengalir berarti menjalani semua yang tergelar di depan kami, termasuk jalanan mulus beraspal yang tiba-tiba jadi berbatu-batu dan terjal. Selalu saja terdengar gerutu dan keluh kesah seiring punggung kami yang mulai basah.

Boko-3

panorama prambanan dari atas bukit

Tidak seperti biasanya, pagi itu beberapa orang merasa begitu kelaparan. Oleh karena mengalir berarti juga menyesuaikan kebutuhan, maka para penderita kelaparan itu segera memperlambat kayuhan, mencari makanan.

Jalanan menuju Boko penuh dengan tanjakan dan turunan. Di turunan yang curam, setiap orang mulai mengeluarkan jurus masing-masing. Ada yang mengandalkan rem torpedo serta rem karet depan-belakang sekaligus, ada yang menyusuri tepian yang lebih landai, ada yang berjalan zig-zag untuk mengurangi efek turunan, dan ada yang memilih turun dari sepeda. Jurus yang seragam hanya muncul saat menghadapi tanjakan, yaitu semuanya pasrah-sumarah dengan keadaan: turun dari sepeda dan mendorongnya ke atas sambil memainkan rem tangan untuk menahan beratnya. Mengalir ternyata membuat kami terengah-engah.

Boko-4

ritual narsis, mengikuti naluri untuk meninggalkan jejak ‘sejarah’

Sekedar menghilangkan lelah, kami merebahkan badan di tanah. Lumayan, badan jadi enak. Tapi kami tak boleh keterusan. Mengalir itu bukan dalam rangka mencari enak, kan? Itu bermewah-mewah namanya. Hanya ada dua-tiga orang yang tak merasa perlu untuk rebahan. Mereka cukup duduk-duduk mengatur nafas. Salah satunya adalah Mas Margi. Sahabat satu ini luar biasa. Sejak subuh ia berangkat membelah kota dari Kalibayem menuju Potorono, lalu bergabung bersama kami mengayuh ke perbukitan Boko, dan nanti setelah sampai Potorono, ia pulang lagi ke Kalibayem. Benar-benar manusia pilihan. Setidaknya pilihan Bu Margi. 🙂

Boko-5

bukan paus terdampar, tapi opoters lagi haus & lapar (selain yang itu tuh) 🙂

Merebahkan badan saja ternyata tidak cukup menyelesaikan masalah. Kami butuh lebih dari sekedar rebahan. Untunglah di antara kami ada yang barusan makan sehingga nalarnya menjadi sedikit lebih terang untuk memberi pencerahan: “kita perlu makan!” Benar juga. Sebaiknya kita mengalir saja. Lapar ya makan. Pilihan kami (lagi-lagi) adalah… soto!

Dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya, soto itu pun tandas mengalir ke perut kami. Derai tawa kembali terdengar. Mata kembali berbinar. Pikiran jadi terang, meskipun tak cukup benderang untuk secara cepat mengurai dengan gamblang konsep ‘mengalir’ yang barusan kami lakukan secara serampangan. Apa maksudnya mengalir? Narima ing pandum? Menerima nasib apa adanya? Bagaimana jika nasib mengharuskan kami bekerja keras? Mendaki tanjakan terjal? Apakah sebaiknya kami memilih rute yang mudah?

Boko-6

siti soto menghidupkan suasana hati. ada asisten pramusaji lho. baik, ya?

Kami tak sampai ngoyo memaksa diri mengayuh sepeda ke puncak. Tapi, menuntunnya ke atas pun sudah membuat kami terengah-engah. Itu kami lakukan karena kami tak mau menyerah. Bukankah mengalir tak sama artinya dengan menyerah?

Ah, mungkin lain waktu saja semua itu kami pikirkan. Sekarang biarkan kami mengalir mengikuti naluri (baca: ketakutan dipleroki :-)) dan keinginan kami: pulang ke Potorono!

**Terima kasih Mas Margi atas kunjungan dan kebersamaannya. Begitulah adanya komunitas Opoto. Jangan kapok dengan gurau dan canda kami.

176 responses to “Mengalir ke Bukit Boko

  1. Hussss.. sembarangan, bukan iwak Paus tuh, tapi baby paus. he3x guyon loh.. ada yg iwak ‘teri’ jg.
    Iya, entah mengapa pagi itu rasanya lemes and ngueleh pol. Akhirnya setelah ku umpani roti, maka ku bisa tancep gas lg. apalagi stlh foto siti eh..soto rasanya balik lg ke boko jg ayo.

    • onthelpotorono

      Jangan-jangan karena di perut ada menthoknya ya? Emang suka begitu kok. Kecuali kalo dibagi-bagi ke tetangga… 🙂

  2. Si Kuli Tinta

    @ Kagem Kyai Lelaning Jagat (Pria Sejati)

    Waah Kyai ki, mempenge nek ono panganan wae nganti arep nyang candi lagi

  3. Hebat…jalur Bukit Boko sungguh cukup berat. Meskipun sepeda dituntun, tetapi berat sepeda yang rata-rata 25 Kg menjadi beban yang lumayan bikin lengan pegal he..he..he.. Mungkin judulnya tidak “Mengalir ke Bukit Boko” tetapi “Penyiksaan massal di Bukit Boko” he..he..he..

  4. @ Wongeres
    Saya masih penasaran, karena kebetulan tidak punya sepeda Inggris, apakah memang benar mitos bahwa sepeda Inggris lebih handal untuk jalanan berbukit dibandingkan sepeda Belanda yang lebih didesain untuk jalan datar. Mohon pencerahan …

  5. wah pemandangan yang asyoi……. yach…

    “gemah ripah loh jinawai”

    “jaya-jaya wijayanti, memayu hayuning bawono”

    kita lestarikan alam, demi anak cucu kita…

    hiduppppp “onthel”……

    • Ssst… jangan bawa-bawa Pak Bawono lho. Dibilang hayu lagi. Padahal jelas keker gitu 🙂

    • wah…bung Max ini masih pake kata2 asyoi….jadi teringat tahun 70an…si Elvi’s ( bukan Elvys Presley lhooo..)penyanyi dangdut. atau keseringan nangkring di Purawisata kali????? wakakakakaka..

      • Sebentar. Kata asyoi itu seperti pernah saya dengar. Kalau nggak salah, dulu Pak Dhe atau Pak Lik saya yang suka ngomong gitu. Pokoknya jadul bangetlah. Huahaha…

      • @ om Muscat

        walaaaah… udah tak bela-belain pakai jaket “batman” sampai dobel tujuh dan pakai helm cakil…kok tetep ketahuan juga yachhhh…. tobat…tobat…. 🙂

    • lha gak ketahuan gimana bung Max’s ini wong jogetnya paling depan lunjak2 sampek helmnya lepas….woooooooowww jebul wong potorono…we ladalahhhh…jagaaaaaaddd…jagaaddd dewo bathorooo……dek..dek..dek..dek..

  6. @Pak Sahid

    Mitos ini memang sangat menarik. Cukup logis kalau ada yang mengatakan bahwa sesuai kondisi geografis negara pembuatnya, sepeda Belanda relatif lebih tahan karat, sedangkan sepeda Inggris lebih handal di medan berbukit.

    Pendapat tersebut tentu saja tidak menafikan kenyataan bahwa sepeda Inggris saat itu pun menggunakan metal yang tahan karat, dan sepeda Belanda juga diperhitungkan benar agar tetap ringan di jalan menanjak.

    Tetapi, sepengetahuan saya, yang sering di-klaim sebagai sepeda handal di tanjakan itu kenapa selalu The Humber dan Raleigh ya? Padahal kan banyak merek sepeda Inggris.

    Beberapa ciri yang mendukung sinyalemen bahwa sepeda The Humber/Raleigh sangat handal di medan berbukit antara lain: sepeda dilengkapi prosneling pemindah gigi yang bisa diatur sesuai kebutuhan medan. Di samping itu, fork dan frame didesain untuk memiliki kelenturan. Bahkan spatbor dan velgnya pun lebih ringan, sementara jari-jarinya menggunakan ukuran kecil.

    Jadi, secara keseluruhan –menurut para pemakai yang saya temui dan sudah sepuh-sepuh itu– konsep sepeda The Humber/Raleigh itu ringan dan lentur.

    Kalau mitos yang mendukung sepeda Belanda lebih tahan karat, antara lain baut-bautnya selalu menggunakan bahan kuningan.

    Demikian antara lain yang saya dapatkan di lapangan, Pak Sahid. Apakah benar seperti itu? Nyumanggakaken.

  7. Pak Sahid untuk jalan berbukit tidak tergantung sepeda lagi… yang penting betis dan dengkul asal gak oblak pasti sip…

    • onthelpotorono

      Kalau soal ngonthel, Opoters itu semuanya mumpuni, Mas. Kalau toh ada kendala, paling cuma di nafas sama kaki 😀

      • mas Kurdi….tahu gak kehebatan onthelist OPOTO??? sebelum touring hari minggu…mereka udah latihan ngayuh becak dari senin sampe sabtu….jadi gak heran kalo semuanya mumpuni di segala medan. Gimana kalo minggu depan ngayuh lagi ke Boko tapi syaratnya harus boncengin mbok wedok sampek ke puncak?????wakakakakaka….lha rak mrothol engsele…

  8. Syuga Olisus (POC)

    Medan yang berat, penuh tantangan sepengetahuan aku bukit boko memberikan panorama yang indah di pagi hari. Salam buat ontelis potorono, ijinkan satu saat nanti aku menjadi WN Bantul-Manding tuk bersua dengan ontelis kota YOGYA.

  9. wah sebuah ritual yg indah… hanya atas nama ” mengalir” ternyata telah mampu menyemangati nyali sahabat Opoters utk sebuah pembuktian…..bahwa meskipun bukan sepeda gunung tetapi mampu mendaki gunung…. saya menikmati semangat yg luar biasa, terutama saat ritual menyerbu soto…hehehe.. Mas Wong…jujur saya jadi sangat iri dgn keberuntungan sahabat OPOTO..
    salam hangat dari Karawang

  10. Mas Margi, ojolali pesenan kulo njih………. ketingalipun wonten trek bukit Boko Gazellenipun mas Margi saged ngasoraken The Humber njih………hehehe

  11. Bung Wongeres, Medan tanjakan Boko saja bisa, apalagi Potorono – Sedayu (Mas Margono) via jalur tengah lewas Bangunjiwo pasti lewat juga, nih

  12. Candi Boko merupakan peninggalan sejarah, sepeda juga penerus sejarah, jadi ya dah klop lah. Masalah disiksa dengan naik turunya medan itu sebuah pilihan, ada istilah “Njajah Deso Milangkori” ya inilah OPO TUMON…!

  13. Mas Wong, salam kenal kagem kang Ahmad Tohari (outhor of Ronggeng Dukuh Paruk) njih, saya termasuk salah satu penyuka tulisan beliau….

    • onthelpotorono

      Pak AT itu figur yang teguh pada sikap, Mas. Satu kalimat saja dari beliau rasanya akan sangat menginspirasi.

      Besan beliau malah di Piyungan, masih tetangga kami. Hehe…

  14. Satu lagi mas Wong, saya usul kelihatannya petualangan sahabt2 OPOTO yg ditulis dengan gaya yg bersahaja namun indah ini kalau sdh cukup banyak terkumpul perlu dibukukan mas, sebab saya merasakan ada ” pesan” yg cukup dalam dari rportase itu, tentunya dengan dilengkapi foto2 yg lebih menonjolkan kearifan lokal,saya yakin akan bermanfaat bagi kita semua wabil khusus penggemar onthel..nuwun

    • onthelpotorono

      Halah, Pak Rendra. Ini kan sinambi kalaning nganggur, ngiras memotivasi semangat berolah raga dengan memanjakan naluri narsis kami. Haha… Kalau sahabat onthelist mau singgah, apa lagi sudi memberi komentar, sudah bombong hati kami….

    • onthelpotorono

      Tapi, tentang usul memberi bobot lebih pada kearifan lokal itu menggelitik. Semoga kami mampu. Terima kasih atas apresiasi dan support berharga ini.

    • Pak Rendra, kalau blog asuhan Kang Wongeres ini tulisannya keren sebetulnya wajar sekali. Karena beliau ini dulu mahasiswanya Alm. Umar Kayam dan Bakdi Sumanto di Sastra UGM. Jadi goresan tintanya bisa setajam samurai dan selembut benang sutera (bukan “sutra” lho). Sorry Kang Nur buka rahasia he..he..he..

      • onthelpotorono

        Halah… halah… Mboten makaten, Pak Sahid. Saya dulu asli penulis. Saya berhenti menulis setelah ada komputerisasi. Lha saya biasanya jadi penulis nama-nama di ijazah. Hahaha…

  15. heeeeeee… mboten ngonten niku mas rendra, kolo wingi kulo pancen kepengen touring sareng2 kalian rencang OPOTO. mas pesenane jenengan taseh kok namung dereng kecekel. brg msh ditemptnya semula kok mas rendra. Tunggu kpn bs lepas sj. brg +remnya msh kok mas.

  16. mtrnuwun mas Margi,mugi2 enggalo kecekel njih..wis ora sronto je…hehehe.salam

  17. gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, saya juga meri, sama dengan pak Rendra. …mengalir masih bisa memilih,pasrah sampun mboten wonten pilihan madep mantep! Kalau dua-duanya, berarti lagi sakit madaran, wis bocor alus kok, yo wis pasrah wae….

    • onthelpotorono

      Eyang Kunto, kalau pasrahnya itu didahului pencarian sepanjang hayat, lalu madhep mantep mangan melu… gimana ya? Berarti itu pilihan juga. Milih pasrah wae. Hehe…

  18. Untung mas Erwin , mas tono and pak Agung max ndak kesiangan bangunnya. habis semalam pada kekenyangan menthok sama minum jamu sich…By the way kalo pas turunan ada yang jalannya zig-zag itu bukan untuk reduce speed seperti komentarnya wongeres….tapi dalane ketok kembar jeeee….kakehan ngombe jamu…

    • jamu-ne jooooos tenan je om muscat….nyang awak seger, sikil dadi entheng, napas dadi dowo, pikiran padang, ning ati dadi tentrem, stamina mumpuni, paningalan cetho…. mung sayang-e nyang “dalan nanjak” tetep nuntun onthel je… 🙂

  19. Piye iki? lha wong ke bukit kok di bilang mengalir?? bukankah lebih baik melayang?? hehe..sukses tambah teman n banyak komentarnya semua sip….lha ini yang aku tunggu deskripsi sendiri…Sori boss ni agak telat…

    • onthelpotorono

      Lha itu, kata Pak Sahid cocoknya “Penyiksaan Massal di Bukit Boko”. Hahaha…

      Tapi saya agak sedih juga, ternyata Pak Joni yang sejak berangkat sudah flu, sepulang ngonthel harus TKO. Juga Pak Tjip sempat ngunandika, takarannya agak over. Padahal naik ke Pucung saja teges lho ya. Nyuwun sewu duka, Pak Tjip…

  20. wah mas Kunto.kok senenge pasrah to, lha nek ora ono perlawanan opo enake……… mengalir berarti melawan….. melawan kepasrahan… karena sejatinya kepasrahan tdk akan membangkitkan perlawanan….. heheh.wolak walik kok ora ceto……. bocor alus tenan ketularan mas Kunto…
    mas Wong… saya suka blog Potorono yg gayeng dan seger..

  21. @Muscat
    Ah, sampeyan juga njamu gitu kog. loh apa efeknya msh terasa sampe pagi? Kalau aku jelas terasa, terasa Lapeeeer pol.
    Tapi terbukti kita2 tatag yo, buktinya kita semua tetep bisa ngonthel dengan riangnya. Status bangsawan telah ku lepas !!

    @Wongeres
    Ahh, eyang Ciptono cuman lagi kumat aja tuh kolokannya. Utowo sblm ngonthel, udah ‘mancal’ duluan kali. mboh mancal opo. jadinya loyo.

    KEEP THE SPIRIT PAK JONIiiiii.

    Halo3x.. Ada yg liat Mr.Max Agung?? kog belum nongol2 disini. Tamune wae wes podo rawuh kog. Opo iseh menikmati le resik2 omah to? 😆

    • Yang bersih-bersih sekarang Mas Tono. Justru ada tamu itu mempeng resik-resik. Mas Max’ lagi nyari stopan Simplex. Mbok sudah, bikin aja dari tutup ceret trus buletannya disumbat alas sandal kesehatan (refleksi kaki) itu aja. Kalau kurang merah ya disemprot pilox merah Honda. Beres, kan? 😀

  22. @ Kagem Mas Max’s Opoto

    Setuju mas, ngelestariken alam kangge anak putu.

    Timun sigrak kembangane. Ayu Bangun negarane.

    Jaga diri jaga asma. Nusa bangsa aja go srana
    Wani jaga, wani bela. Supaya uripe mulya

    Sawahe jembar-jembar. Sing ngonthel lemu-lemu.

  23. wah masih ada to parikan klasik………bayeme lemu lemu ,ayeme nek mangan bayem lemu lemu.hehehe

  24. @Mas Tono
    Laris laris, manis manis…

    • laris manis……………sajake sing jupuk tonggo dewe ..ketoke bane arep diganti putih ko. komentare enak ditumpaki…..koyo numpaki limbuke…..

  25. @ Kang Wongeres

    Hayoo kang Wongeres konangan, jebulane nek pit-pitan ki karo mleroki prawan ayu-ayu.

    Walang ireng mabur brengengeng. Walang kekek duwur mabure.

    Yen kowe seneng yoo mas, ojo mung mandeng. Yen pancen wani golekono endi omahe.

  26. Lah dalah, pinter tenan akale Kakang sing siji iki.

  27. @ Wongeres

    Terima kasih Kang Nur atas pencerahannya, saya juga percaya bahwa semestinya sepeda Inggris akan lebih unggul di trek tanjakan, sedangkan sepeda Belanda lebih handal untuk trek datar. Bagaimanapun juga kondisi geografis dimana sebuah produk lahir pasti memberikan fondasi teknologi yang spesifik.
    Seperti misalnya Nokia yang merajai industri hand-phone selama ini, sebetulnya merupakan fenomena yang wajar bilamana melihat topografi Finlandia yang memiliki banyak kawasan pegunungan, sehingga secara alami memerlukan teknologi wireless communication yang handal. Jadi tantangan lingkungan alam tersebut mendorong kreativitas dan spirit untuk menciptakan produk guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
    Terus pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan sepeda Jerman? Negeri ini barangkali bisa disebut negara dengan topografi campuran antara tanah datar di utara dan tanah pegunungan di selatan. Nuwun.

    • Pak Sahid, persetubuhan kita dengan sepeda Jerman memang relatif lebih jarang dibandingkan dengan sepeda Belanda atau Inggris.

      Dari sisi teknologinya, mestinya sepeda Jerman juga unggul. Lalu mempertimbangkan topografinya, sepeda Jerman juga kuat. Tetapi, yang saya tahu, orang-orang di sini belum begitu familiar dengan citarasa desain sepeda Jerman. Kesan saya, sepeda Jerman memang kurang ‘ngepop’.

      Meskipun sepeda Jerman kadang bermain agak rumit di desain keni-keninya, secara umum masih terkesan lugu. Di sini terlihat bahwa sepeda Belanda dan Inggris lebih mengakomodasikan selera pasar.

      Ini hanya pendapat pribadi dari seorang yang tidak pernah ke mana-mana. Bisa saja, kedekatan selera ini tidak terjadi karena jarangnya kita bersentuhan dengan sepeda Jerman tadi. Witing tresno jalaran saka kulina.

      Barangkali sahabat-sahabat bersedia memberikan pencerahan….

  28. @ Kang Wongeres

    Uenaak tenan yo kang duwe pit londo karo pit inggris. Iso digenjot gentenan sesuai kebutuhan. lah nek pit jowo kepiye kang? Opo pokoke melu

    Ngetan bali ngulon. Opo sedyane kelakon. haak eee

  29. touring yg ckp m engasyikkan, kpn2 ikut lg ahhhhhh. tp plngnya kok pd balapan.he…..ad yg tertinggal ya di rmh. Huwakkkakaka.

    • @mas margi

      walaaaah… mas margi…. ora ngrasak-ake… nyang ndalan Hp-ne wis “meraung-raung” terus je 😡 …lha janji arep jagong manten jam 10, jam 9 durung tekan omah… untung wae tekan omah mung rada “dipleroki” mas… jajal telat-e rada suwe bisa-2 di sawuri “arit” mas….. haaa..haaa 😀

  30. Guntur podjok

    hehehe,saya jadi iri mau ikutan, kapan2 tak ikut

    • @ mas guntur

      cuma mengingatkan aja….

      “simbah” pesan kalau mau “tindak ngetan” jangan lupa bawa obat nyamuk… karena baru wabah malaria….huaaaa…huaaaaaaa… 🙂

      peace om wong….. 🙄

      • Huahaha…
        Mas Guntur, silahkan pasang 3 alarm biar bisa bangun pagi-pagi dan gabung dengan kami. Soal pesan simbah itu saya kira cuma takhayul. Tapi…, sebaiknya dipertimbangkan juga kali ya 😀

  31. @ mas Erwin ,apanya yang laris manis? sing jelas Pramusaji nya yg..manisss. Biar capek naiknya ke bukit boko tp jadi lega setelah sampai diatas Wooow…IT’s SO BEAUTIFUL VIEW .setelah minum jamu tentunya tambah bersemangat dunk ,ayo minum lagi,naik lagi dan..genjot lagi…

  32. wahhhhhhhhhhh…nek sering2 ngombe jamu berat urusane…..opo mas tono mau ulang tahun??? ya mari…..

  33. @Mas Margi
    Betul pengamatan sampeyan, tapi sebetulnya bukan balapan mas, tapi adalah bagian dari upaya untuk tidak kena “penthung” bojo. Huahahaha.. 😆
    @Max’s
    HP memang kadang bikin susah. Aku aja udah mulai alergi. Tapi kl ada yg mau ngasih Blackbery yo tak tompo!! jangankan ngasih, suruh bayar 500rb pun takbayar. 🙂

    RA TERTIB !! ® opoto trademark by Mr.Tjip

    • sedulur sedulur……….. ini ada kritik dari luar kalangan…gini bunyinya…wong mangkate wae bareng2 guyup rukun kok , bareng mulih bar mangan soto terus muleh dewe2……minta tolong kritikan ini ditanggapi serius yach…

      • onthelpotorono

        Setuju. Keputusan:
        Mulai sekarang, rombongan Opoto nggak boleh terpencar. Untuk itu, standar kecepatan onthel kita adalah mengikuti langgamnya Pak Tjip, Pak Bawono, dan Acha.

        Demikian keputusan diberlakukan untuk semua komunitas Opoto, kecuali yang melanggar.

        (Maksudnya, yang dari awal sudah ijin mau pulang lebih awal…).

  34. ada yang saya heran kan dari teman-teman potorono 1. seragam selalu berganti dan warna cerah terus.
    2. makanan selalu soto apa itu cirikhas teman-teman potorono ?

    • lho biasa mas…kaum bangsawan kan gitu trejengane, nek makanan selalu soto kuwi murah..dadi gak usah pesen minuman. sekalian makan dan minum. jadi sambil menyelam minum soto …gt dech

      • onthelpotorono

        Bangsawan kok nyarinya murah. Hwekekekek. Jebul bangsane tangi awan. Hoho… Lha terus, apa kaitan antara soto dan siti?

  35. mas margi, suwun fongersre` masih mak nyus untuk kerja. ada yang kulo takoken` kalo fongers DZ 1922 (Podjok coba DZ 1922)kok sptbor separo tapi yang dari sampeyan ( kata pak joss 1916 ) spatbor masih utuh. tapi tetap mantep fongersnya kata teman-teman.

  36. sip pak. beberapa kali saya mendaki bukit boko. berjalan kaki. kakek saya tinggal di desa di kaki bukit itu. tak jauh. berjalan kaki atau naik sepeda sama magisnya kok. apalagi view di bukit boko. memandang lepas prambanan di kejauhan. apalagi kalau pagi, bisa berkabut. siang terik pun bukit tetap teduh.

    tapi ke boko naik sepeda kayaknya asik juga ya pak. kapan-kapan ah, kalo lagi tilik simbah.

    salam blogger,
    masmpep.wordpress.com

    • onthelpotorono

      Iya Mas. Siapa tahu akan memberikan inspirasi bagi Mas. Selamat berkarya. Salam hangat dari Potorono.

  37. @ mas Faj

    iya mas Faj, panjenengan betul…seragam teman-2 itu dipilih yang warna cerah-2, soalnya mempertimbangkan warna kulit kamim yang kebanyakan “blackberry” mas….haaa..haaa… 😀

    kalau sering makan soto itu, kelihatannya hanya asas “fleksibelitas” aja kok mas… sambil makan sekalian minumnya….heee…heee…. 😆

  38. selamat atas petualangan OPOTO wah asiknya kalau bisa ikut yach…hihihi…
    sisa tenaga hari minggu setelah Touring Malam Podjok ke Manding sudah habis, jadi cuma bisa ikut merasakan indahnya alam boko dari sini….
    @mas wong
    pengen sowan ke potorono kapan2…nuwun
    -bejo-

    • onthelpotorono

      Sebuah kehormatan Mas, kalau sudi mampir. Teman-teman pasti juga menyambut gembira setiap tamu yang mengabarkan ‘peradaban’ ke kampung kami. Hehe….

  39. sebuah petualangan yang menakjubkan,ingin rasanya aku turut merasakan petualangan alam tsb.(kapan ya kira2)….dengan suasana alam yang begitu alami/natural,hidup terasa lebih punya teste.

  40. Siapa dulu pemimpinnya

    Wongeres gitu looh

    Epat ipit ipat tinah. Sing ngonthel kathoke bedah. Nganti kecemplung sawah. Ra wani bali ngomah. hahaha…

    • onthelpotorono

      Di komunitas Potorono tidak ada pemimpin, Pakde. Yang ada para pemimpi. Mau tipe apa aja ada. 😀

    • epat ipit ipai tinah……kuwi ono terusane pak dhe….pengen tau??? bal ibil ibal limah..gt dech katanya simbah.

  41. Waah gitu yaaa kang…, Pantesan????

  42. Terkadang kering, kadang…..
    Jadi seret, tur…..
    Luwih becik mimpi ketimbang….

    Rujak uleg, rujake wong atine judeg..
    Delak-delek, sirah puyeng mikire mimpine

  43. Guntur podjok

    gir fongers obat nyamuknya masih kosong,karena gir yang pantek masih dipakai simbahnya Pak. Nunggu kalo mau dijual……punya saya ada 2 buah tapi disepeda hehehe

  44. onthelpotorono

    Selamat datang Simplex Cycloide 24 dengan Gir Mercy. Wis, kesurupan kabeh! Potorono banjir Cycloide!

    Boleh reyen dulu sore ini nggak ya?

  45. Wah genah baru pada kena penyakit Simplex Sindrom Fuenza. Saya biar kena sindrom Fongers atau Burgers saja

  46. Waah Potorono lagi kena wabah penyakit dan kebanjiran.

    Kang sebaiknya mendirikan P3 SW, Pos Penampungan Pit Simplex dan Wongeres

  47. @om wongeres
    walaaah..om wongeres ki bisa aja…gitu looooh… orang sepedanya aja belum diapa-apain, udah mau dicoba ? :rol:

  48. Den Baguse "Beny"

    Pak Wong (ngeres), piye lampu ne?
    wis dipesan durung.
    aku wis kebelet utk naik dimalam hari je

    • Lho. Kebelet kok malah naik? Bukannya toilet di bawah? Lagian kok masih perlu lampu sih? mati lampu ya 😀

      Sing sabaaar, gedhe rekasane. Hehe…

  49. Gus Alu, kayaknya di Mboko, setahun panen pari 6 kali ya..ha..ha..! Pilot-pilot Opoto itu jam terbange uakkkeh, trek menantang,isthirohat ngonthel podho glosoan, ijo royo-royo gegodhongan kabeh keno digawe kulupan,situs abad 7 thing tlecek koyo srinthil wedhus( akeh banget), lha siapa yang gak krasan? Kembali lagi ke pasrah, analogi saya seperti ini, sakit madaran, pingin kenthut ( angin),tapi nuwun sewu, bubure metu pisan! lha wis pasrah wae,lha ditahan pake traktor Caterpillar D8H juga jebol( meskipun meminjam istilah Gus Godho Alugoro)padahal bocore cuman alus. Gus Alu and Gus Wong…akumasih bingung istilah, njenengan kekalih lha wis wasis Essensi..he..he..jeru koyo sumur burr,dhuwur koyo mego mendhung.
    salam
    jurang grawah.

    • onthelpotorono

      Kyaine ini kalau bikin analogi kok mak tlumik, ora adoh-adoh. Ampas enom. Nganyelke maneh, kok yo mangsuk ing ngakal! Hahaha…

      Ada lagunya lho: Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali…

      Jadi tinggal pilih, mau jadi objek atau subjek. Wujud lan kanyatane podho, ning surasane beda.

  50. Erwin Erlangga

    @Wongeres – Mr.Max
    masalahnya tinggal bagaimana mengkompromikan dengan nyonyah agar Neo heren bisa tetap dipelukan dan cyloide (ato sekluit 🙂 ) bisa tetap dipangkuan juga. Neo dames-nya lanangane loro bo…. belum manak malah kawin lagi!
    Ada saran ide ?

    Soto memang makan+minumnya. efisiensi opo….. Pait !!! 😆

  51. @ om Erwin & Om wongeres

    Dengan segala jurus dan daya upaya yang “mati-matian” mulai dari “nyelondoh-2″ jemput dari tempat kerja sampai membantu kerja lembur, akhirnya dik cyclo tadi malam, jam 23.00 mau pulang dengan selamat sampai di rumah, dari tempat transitnya di om Tono, tanpa adanya ” plerokan & sawuran gada”… :mrgreen: hee..hee..

    tang..kin..tung..kin..tang..kin..tung……
    tang..kin..tung..kin..tang..kin..tung… 😆

  52. Erwin Erlangga

    @Max’s
    Selamat atas ‘keberhasilannya’, sukses selalu.
    artinya : jobin mgkn akan makin meling koyo pengilon, iso nggoo ngoco 🙂 .

    To Opoters ; Masukan dari Mas Margi perlu diperhatikan tuh. Tertib donk. Berangkat bareng pulang juga bebarengan juga donk 😮

    • onthelpotorono

      Iya. Kemarin yang ngacir di depan kan cuma Pak Joni dengan Juncker gir baru doang. Pak Cip juga nyusul, pamit pengajian. Selebihnya kita masih bareng, kan? Cuma agak kenceng karena merasa agak kesiangan.

      Mestinya memang kita bedakan antara ‘ngepit’ dengan ‘pit-pitan’…

      • pak cip pulang duluan ternyata ngojek…wong ketemu kita di depan rumah om tono dianya ga bawa sepeda kok… ya kan pak cip?

  53. Weleh weleh, pit2 ane adoh tenan, kalau dari tempatku. Minggu 28 Juni rencana pit2 an kemana lagi Mas.

    • onthelpotorono

      Lha gimana Mas, apa pindah Potorono aja, biar deket? 🙂 Kami siap menerima masukan rute dan kuliner yang menarik lho. Sate jagal? Welut goreng?

  54. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Dumateng Pak Wongeres

    Salam kenal, kulo R. Ngabehi Sak Loring Pasar saking tlatah Ngayogyakarto sisih kidul, alias Gunung Kidul.

    Maketen pak Wongeres, mbok yo pisan-pisan bertualang dateng Gunung Kidul. Ora mung ngunder teng Bantul mawon. Pripun

    • onthelpotorono

      Salam kenal juga. Nama yang bagus. Ada “sak”-nya. 🙂 Menarik ini. Kan seseorang itu bisa juga dipandang dari “sak”-nya. Haha…

      Nuwun sewu lho, jangan diambil hati. Kami suka kebacut kalau gegojegan. Apakah ada rute menarik di Gunungkidul yang direkomendasikan?

  55. Duh duh duh biaya pindahe untuk cari onthel aja. Sesekali kali rutenya menyusuri jalan samping Slokan Mataram sampai ketemu namanya Ancol Bligo, he he he….. Tapi jauh sekali, apa Sepedanya pada kuat …eeee…. maksudku Pengonthelnya. Entar pulang pulang dipleroki sama bini, terus gak diwei.

    • onthelpotorono

      Pernah lho Mas. Lha tapi dari Cebongan terus nyidat ke jalan Godean saja sampai rumah sudah siang. Wah, jan…

      Ada yang menarik: jalan tepian selokan yang kami tempuh kan naik turun, tapi aliran air selokannya kok tetap mengalir ya.

  56. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak Wongeres

    Mboten nopo-nopo pak.
    Kathah sih rute ingkang menarik. Ning Adoh loh pak, nopo kuat ngontel lah dalane munggah medun loh pak, mesak ake sing ngonthel. Ojo-ojo iso gempor pak.

    • onthelpotorono

      Nggih, besok dicicil ke Berbah, Payak, Piyungan dulu. Alternatif lain, Panjenengan carikan rental onthel di sana, kami berangkatnya pakai Jangkar Bumi. Siapa tau onthelnya malah boleh dibawa pulang. Hehe…

  57. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak Wongeres

    Nggih pak e tole, badhe kulo survai dulu dalan-dalan sing penak kanggo pit-pitan. Nuwun pak.

    Pak Wongeres kulo badhe pitaken nggih :

    – Njenengan lan rencang-rencang kok seneng ngonhel neng enggon sing adoh. Po yo ra kesel, mesak aken anak bojo ditinggal piknik. Mbok yo pisan-pisan di ajak ngono looh ben rame. Ora mung wong sepuluh utawi enem?
    – Pak bedane desain sepeda Londo karo sepeda Inggris niko nopo nggih, kok luwih larang sepeda Londo. Punopo saking bahan yang digunakan atau luwih kuat lan enak di onthelnya?

  58. onthelpotorono

    Matur nuwun, Den Beine 🙂

    Judulnya itu sebenarnya kan nggak cuma ‘piknik’, tapi juga ‘olah raga’. Jadi yang diolah ya raganya, ya batinnya. Para istri punya hari sendiri kok, meskipun rombongannya belum sebanyak para bapak. Hasil ngonthel berupa kebugaran, vitalitas, juga membuat para istri ikut senang, setidaknya jadi nggak sering minta kerokan to. Hehe…

    Saya kira sebenarnya sama saja ya. Sepeda Belanda dan Inggris yang diproduksi pada zaman yang sama mestinya teknologinya ya sepadan. Cuma, karena Belanda itu laut, Inggris itu bukit, mestinya produk sepedanya ya didesain untuk menjawab tantangan kondisi alam mereka itu. Tetapi, ketika desain sepeda mereka diekspor ke berbagai penjuru dunia toh tetap memenuhi kriteria standar sebuah alat transportasi yang nyaman. Harga juga sama saja, meskipun kalau sekarang ya faktor kelangkaan itu ikut menentukan.

    Tapi ngomong-ngomong, saya bukan pakar sepeda onthel lho, Den Bei. Kami lebih tepat dibilang pencinta sepeda onthel.

  59. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak Wongeres

    Ngene Pak e Tole, sak niki kan katah pecinta onthel. Terus nek dho ngonthel niku kok wonten sing pakaiane werna werni. Sing tak gumuni niko wonten ingkang pakaian tentara londo utawi marsose, rasane kok bangga. Padahal niku dek zaman kolonial, sing marake bangsa Indonesia sengsara? Pripun, niki pendapat kulo loh pak

    • onthelpotorono

      Betul, Den Beine. Tapi setelah kita berjarak 60 tahun lebih dari masa sengsara itu, cara pandang kita mungkin jadi agak beda.

      Bayangan saya, saat sahabat onthelist kita mengenakan KOSTUM tentara walanda itu niatnya ya seperti kalau kita kedhapuk jadi cakil. Bukan hanya bersedia mengenakan kostumnya, kita bahkan harus memeragakan bagaimana cakil mencoba menandingi kedigdayaan Harjuna.

      Jadi, maksudnya kan untuk mengingatkan, jangan sampai kita lupa bahwa kita merebut tanah ini dahulu benar-benar sadumuk bathuk sanyari bumi dibelani pati. Kalau karnaval 17-an itu kan juga kadang ada yang macak penjudi, pencandu narkoba, dll.

      Kira-kira semangatnya begitu. Gunungkidul 17-annya tanggal pinten nggih? 😀

  60. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak Wongeres

    Lah niku kan kangge generasi sekarang sing sadar karo sejarah bangsane. Kan katha sakniki, Pak e Tole, generasi penerus bangsa sing lali sejarah perjuangan para pahlawan. coba to bayangken menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya saja akeh sing ora iso, podo lali. Terus nama-nama pahlawan juga banyak yang lupa. Apa gak memprihatinkan Pak e Tole.

    Agustusannya mungkin tanggal 18 utawi 19. Nek ra salah loh…hehehe

    • Iya, Pakde Bei. Memprihatinkan. Tapi jangan-jangan itu salah generasi sebelumnya juga yang hanya memberi hapalan, bukan pemahaman berikut contoh konkretnya. Hapalan kan gampang lupa. Pemahaman akan diingat sepanjang hayat.

      Lha, Pakde Bei kok malah ikutan lupa tanggal keramat kita. Hahaha… bercanda Pakde… 🙂

  61. Bakri_POL LAMPUNG

    Mantap Abis ngontel makan Soto, pasti nambah heheheh

  62. Nah ini menarik, ada diskusi tentang kostum. Sejauh yang saya rasakan sendiri, kostum sebetulnya dikenakan bukan karena saya kemudian menjadi lebih bangga menjadi seorang Belanda daripada seorang Indonesia. Tetapi kostum kita gunakan sebagai bagian dari “kampanye bersepeda”. Kemasan menjadi hal penting dalam hal ini, dengan memakai kostum membuat penampilan onthelis menjadi unik dan kemudian diharapkan memberi daya persuasi pada masyarakat agar ikut kembali bersepeda. Jadi bukan ikut-ikutan berkostum tanpa kemudian bersepeda he..he..he..
    Seperti misalnya sahabat-sahabat opoto yang suka pakai kostum caping dan petani, kalau dipikir-pikir mirip dengan seragam “Vietcong” he..he..he.. Dan itu tidak berarti mereka kemudian menjadi kelompok sosialis he..he..he..
    Jadi kesimpulannya menurut saya, kostum tidak ada kaitannya dengan nasionalisme ataupun patriotisme, semata-mata hanyalah fashion belaka saja. Dan justru itulah salahsatu kenikmatan sepeda onthel, berolahraga dan sekaligus bergaya he..he..he..

  63. wah Mas Winotan (kucing 9 nyawa)….. pas lan trep tenan nek ngukarakke bab loro weteng…..hehehe. itulah jwaban…apakah yg paling cepat didunia, bukan kedipan mata, bukan cahaya dan bukan kecepatan pikiran……… yo penyakit ampas enom itulah jawabnya….belum sempat mengedipkan mata, blm sempat nyalakan lampu cahaya bahkan blm sempat mikir tapi udh “keluar”….hehehe…
    perkoro kostum sy setuju dgn mas Sahid…memang tdk ada hub dgn nasionalisme kok..lha wong utk seneng2 dan gayeng wae kok sinambi promosi penyebaran virus onthel………
    tp pertanyaan mas ngabehi yg sangat jitu… sangat bermanfaat agar kita lebih mampu ” memaknai” kecintaan kita kepada pit onthel..

    • onthelpotorono

      Jarak waktu mengajari kita lebih realistis tanpa harus melupakan sejarah. Rasanya kita tidak perlu antipati kepada semua yang berbau Belanda. Bisa-bisa generasi muda akan antipati kepada leluhur kita dahulu yang mau-maunya dijajah Belanda.

      Tapi kalau tetap antipati juga, silahkan pit onthelnya yang made in Belanda dititipkan ke Potorono. 🙂

  64. kita ini dijajah belanda 350 tahun mung ditinggali pit. diajari ngomong londo yo ora…..lha piye toh?????

  65. salam kenal…
    wah asyik juga ya bersepeda bareng2 pake sepeda “jowo”. saya sering bersua dengan komunitas Opoto.. pernah di banyakan, groso dan ahad y.l. kita bersua lagi di dekat Boko… salut deh buat Opoto.
    salam

    • onthelpotorono

      Salam kenal juga, Mas Abyb 🙂 Iya, itu termasuk jalur favorit kami. Udara segar, pemandangan hijau, dan melewati jalur soto.

  66. pilot-pilot Opoto jos, nggih Denmas Ngabehi..hi..hi..echo..ko..ko? saya dan Gus Alugoro harus meri sekali dengan Pilot-pilot Opoto, karena sama-sama seneng yang tua( lha yang muda gak punya, guyon lho Gus)!!!!, budaya jowo kuno,,peninggalan candi abad 7…waduh!, juga kearifan lokal yang telah membumi hanguskan “jeroan” Opoto, sehingga orang-orangnya jadi lembah manah,sumarah…yang pada akhirnya kehidupan ### bergairah..hua..ha..ha( Priyantun Opoto bahasa ibunya Rusia ya Gus Wong?)
    salam
    Kucing gering.

    • pilot OPOTO ?…kalo kita pengonthel2 ini dianggap pilot terus sopir becaknya apa namanya ya?Sebentaaaaarrrrrrrr tak buka kamus lagi bener ga kalo pengonthel ini namanya udah berubvah jadi pilot…wuihhh keren. pasti disayang morotuwo…wakakakaka..anak mantu dai pilot.
      just for fun……….

  67. onthelpotorono

    Walah, pagi-pagi mandi di papan. Meooong…

    Kyai Segoro, rata-rata kepala kami kan sudah bermerek “dwiwarna”. Takutnya, kalo kumpul yang muda, putihnya dicabutin. Kumpul yang tua, hitamnya dicabutin. Lha lama-lama apa nggak plonthos? 🙂

    Kesimpulannya, apakah menjadi tua itu musibah yang harus disikapi dengan ngelmu ‘ampas enom’ alias pasrah? (Kok saya malah baru tahu kalau ampas enom itu bahasa Rusia) 😀

    • onthelpotorono

      Kyai segoro, kalau lagi ngeteh di warung, para Opoters selalu minta gelas yang pegangannya di kiri lho. Hahaha…

  68. Gus Wong,

    Saya urusan sepeda pingin tua, kalo yang lain muda juga gak keberatan lho….! Jarang ngeteh Gus Wong, maunya ngopi, cethene diparingi banyu wedang maleh, disruput sampe resik..! saya bener-bener terkesan dengan Candi Sari, Gus Wong! lebaran kemarin mampir ke Candi Prambanan trus masuk kedalem Candi,byar rasane kembali ke abad-abad silam, kemranyas, Mahakarya ukuran menungsa !! Jamane Jalak Budho kaliyan tilam Upih nggih Gus!

    • onthelpotorono

      Wuaduh, pilih ngopi ya. Tawarannya kan: ngeteh po ngopi (muleh po keri) 😀

      Opoters suka yang kekiri-kirian kali ya. Hahaha… Pegangan cangkir pun harus di kiri. Lha yang kanan nggondheli lampu Berko… 🙂

  69. sip dah…betis gede pas jalan najak penegen buru-buru sampe dan istirahat tapi sih enak juga tuh jalanjalan di daerah pegunungan yg sejuk apalagi waktu pulang kagak bakal capek lagi wong jalan nya turunan kagak perlu goes lagi…langsung ngacirrrrr… ati-ati bisa jatuh..!!

  70. Wongeres jan sibuk tenan sak’iki.
    Ayo sing liane mbok melu ngewangi ngeladeni tamu2 ini.
    Drijine wongeres sampek kriting loh… 🙂
    Soal Uniform… I love women in Uniform, loh ….??? 😆

    • uniform OPOTO memang beda/banyak. jadi jangan heran kalo suatu saat nanti kita ganti lagi.entah cuma ote-ote, atau pake sarung…yang jelas laen dari pada yang laen. itu semua cuman menciptakan kreativitas OPOTERS aja kok . So just for fun aja kok

      • onthelpotorono

        Kita bilangnya sih krteativitas. Tapi ada teman yang akan menyebutnya: kepepet kahanan! Lha. Kok yo ngerti wae 😀

    • onthelpotorono

      Ooo… jadi setelah Bu Erwin ngonthel pake ‘uniform’ Opoto kemarin itu, pasti ada acara lanjutan dong ???! Pantesan di luar sepi!

  71. mas ong hrs segera rekrut asistn admin loh,kalao tdk bs ga sempet ngelus cyclo barunya..hehehe

  72. maaf perlu dinamo bauer ada yang rela bos.

  73. @ om erwin

    hik..hik..ihhikk..ihik… 😡
    maunya sich mau mbantu om wongeres “ngladeni” tamu-2 di sini…. tp yo itu om erwin… saya gak punya “nampan”……. 😎

    iyaaa.. mesti wae keduluan ama om wongeres….
    lha wong nampannya saja sampai di “LAS” di setangnya jeeeee……… ehhh tangannya…. 😆

    peace om noer…. 😆

    • onthelpotorono

      Yang luwes bawa nampan itu Pak Cip. Kita buktikan nanti ya.

      Semalam saya malah kepikiran (diprimpeni) terus dengan cyclo di sawah dengan bel dilas di stangnya kemarin itu. Biar nggak mimpi-mimpi, mau tak lacak lagi ah. Paling nggak mestinya kemarin kita foto, biar bikin gemes. Hehe…

      • lho….sudah terbukti kalo pak cip luwes bawa nampan. ada beberapa teh panas diatasnya di t4 soto bu nyunyuk……….

        semoga gak ketahuan mbah putri….

  74. Kalau Bung Wongers butuh bantuan, aku mau mbantu buat wedhang neng patehan wae, tinggal nyruput wae enak, nggih leres to kanca?

  75. onthelpotorono

    Gara-gara diprovokasi Pak Sahid, teman-teman jadi pengin sekali-sekali keluar malam Mas. Trus maunya nanti makan di gudheg pawon. Itu lagi pada nyiapin lampu.

    Lampu karbit 100 rb-an masih bisa dipesan di Bung Max lho. Mumpung masih banyak. Nanti kalau musim katak bisa kehabisan stok 😀

  76. mau donglamp karbidnya……… buatan mana ya

    • onthelpotorono

      Wah, kalau ngomongin lampu karbid ini, saya mesti tarik nafas panjang dulu. Buatan Klaten. Yang nawarin Bung Max. Katanya murah, dan selama ini hanya dipakai untuk berburu katak. Coba, bagaimana saya harus mensikapi informasi ini? Tarik nafaaaaashhhh… 😀

      • tapi siMax’s banyak koleksi lampu lho….silahkan datang ke markas OPOTO.

        ada juga helm yang udah komplet sama lampu senternya. kaya orang yang kerja di terowongan itu lhooo…

  77. @ Wongeres

    Saya juga sudah mulai service lampu karbit kesayangan ke Pak Margono, sudah lama penasaran ingin melihat cahaya lampu karbit. Karena setelah saya pikir-pikir, kok rugi besar, beli lampu tapi tidak pernah dinyalakan.

    Kalau lampu lilin, ternyata braket-nya selalu ukuran 2 cm, padahal braket lampu sepeda pada umumnya 3 cm. Saya juga baru modifikasi braket.

    Kalau semuanya sudah siap, yuk bareng-bareng touring malam dengan thema parade lampu 5 energi yakni lilin, minyak tanah/spritus, karbit, dinamo, batere. Saya yakin pasti menarik he..he..he..

  78. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Wongeres

    Diskusi malih njih Pak e Tole

    Memang betul kostum tentara Belanda (NICA) atau tentara Jepang (Dai Nipon) yang digunakan pecinta onthel tak berhubungan dengan nasionalisme atau patriotisme. Hanya untuk senang-senang dan bergaya kata pak Alugoro, atau fashion belaka kata pak Sahid. Tapi bila dikaitkan dengan kampanye bersepeda apakah ini efektif.

    Bagi pelaku sejarah (veteran) mungkin bila melihat kostum Jepang atau Belanda, akan teringat kembali masa perjuangan yang menyedihkan. Kini veteran (pejuang kemerdekaan) banyak terabaikan. coba bayangkan, ada Ajudan Panglima Besar Sudirman, yang kini menjadi tukang sapu pasar di Jawa Timur. Mungkin pula para Jagun Ianfu korban kebejatan tentara Jepang, bila melihat kostum Dai Nipon ini, ia akan teringat kembali masa kelam dan getir yang mereka alami. Mbok yaa sekali-kali Pak e Tole menyambangi para veteran kemerdekaan ini. Sambil reportase napak tilas perjuangan pahlawan di Jogja. banyak loh Pak e Tole monemen perjuangan di kawasan Jogjakarta dan sekitarnya. (untuk edisi Agustusan). Pripun Pak e Tole.

    Ngeten Pak e Tole, kita memang tak perlu antipati hal-hal yang berbau Belanda atau yang lainnya. Kita ambil saja pelajaran mengapa Bangsa Belanda, Jepang, dan Inggris bisa menjajah kita. Karena mereka menguasai teknologi, dan kita mudah sekali dibodohi dan dipecah belah.

    • onthelpotorono

      Pakde Bei, Pakde sangat peka dengan kondisi zaman. Kita merasakan keresahan yang sama. Menurut saya, keresahan ini jangan membuat kita meratap dan terpuruk, tapi harus proaktif mencari celah untuk merangsek maju menuju pencerahan: menyiapkan generasi yang memiliki integritas dan kecintaan tinggi terhadap bangsa dan negara tanpa harus menjadi chauvinistik.

      Luka lama semoga tidak membuat kita traumatis, karena trauma membuat orang tak berani ke mana-mana. Lebih baik mengevaluasi diri, mengapa hal itu bisa terjadi.

      Ngonthel dalam keseharian kami sangat akrab dengan tegur-sapa, kebersahajaan, kepedulian. Bukankah ini merupakan nilai-nilai yang bisa memperkokoh ikatan bersama? Dan ini kita lakukan lintas batas kesukuan lho.

      Kami sudah pernah ke monumen Ngoto. Tentu nanti ke mana lagi sesuai informasi yang menarik minat kami. Momentum Agustus memang bisa menambahkan greget, tetapi mengenang kepahlawanan semestinya kita lakukan setiap saat.

      Diskusi semacam ini semoga menjadi pupuk yang semakin menyuburkan kebersamaan kita ya Pakde, bukan justru memecah-belah sebagaimana Pakde khawatirkan tadi.

      • Setelah Monumen ngoto dan situs2 bersejarah lainya gimana kalo suatu saat kita ke Monumen Lubang Buaya……..sekedar mengenang dan meluruskan sejarah. ternyata kita didalam rumah sendiri masih sikut sana sikut sini rebutan kue..sementara bangsa lain udah memikirkan gimana caranya ngonthel di bulan.

  79. @ pakde Ngabehi

    Nyuwun sewu pakde ngabehi, saya hanya ingin urun rembug saja nggih.. ini menyangkut pengalaman saya sebagai salah “seorang cucu” veteran perang kemerdekaan…

    Begini pakde.. saya lahir dan dibesarkan di klaten, sebuah kabupaten di jateng, sekitar tahun 1979 eyang putri saya meninggal, sehingga sejak itu atas kesepakatan keluarga, keluarga kami diminta menemani simbah kakung.

    Waktu itu tahun 1989, setiap Acara HUT LVRI yang diperingati setiap tahun, oleh pengurus LVRI cabang klaten pada waktu itu digunakan sebagai ajang silaturahmi keluarga besar LVRI. Saya diminta oleh mbah kakung mengantar untuk kegiatan tersebut… suatu saat saya bertanya kenapa harus mengadakan acara semacam itu? Apa kalau hanya mengadakan upacara peringatan saja tidak cukup? ( khan beliau-beliau yang berkecimpung dalam kegiatan ini sudah pada sepuh-sepuh)
    Kemudian simbah sebagai salah seorang pengurus mencceritan bahwa selama ini banyak nasib veteran yang terabaikan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya “tidak ada wadah” yang mengurusi nasib veteran.

    ”Apalagi mereka yang tidak memiliki dokumen. Ini jadi kendala mereka mendapatkan tunjangan kesejahteraan yang harusnya mereka dapatkan.

    Bagi veteran yang dulunya memang berperan, jika berbagai dokumen yang dibutuhan hilang, tapi masih ada saksi dari perjuangan yang dilakukannya, veteran bisa mendapatkan haknya ” ungkap simbah.

    ”Karena berbagai faktor, banyak dokumen veteran yang hilang. Tapi kalau ada saksi yang menguatkan, kami bisa uruskan supaya veteran tersebut mendapatkan haknya,” timpal mbah Sugiharti menguatkan (beliau yang saat itu mengurusi administrasi veteran).

    Dengan latar belakang pengalamann saya tersebut, saya memandang bahwa sebenarnya pemerintah kita cukup tanggap dengan beliau-beliau yang dengan berani dan gagah perkasa berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya, menurut saya: sudahkah hal tersebut tersosialisasikan ke semua lapisan masyarakat???

    Mohon koreksi, bila salah. Matur nuwun

  80. Pak Bei, memang belum pernah dilakukan research yg mendalam utk membuktikan apakah ada korelasi antara ” gaya Berpakaian ” ala onthelis dengan penyebaran virus onthel ( baca kampanye) diseluruh Nusantara, tetapi kalau kita perhatikan seluruh event yg diadakan club2 onthel yg bertebaran di seluruh wilyh Indonesia kok ada kesamaan gaya busananya ya, apakah hal itu bs dijadikan dasar ” dugaan sementara” bhw ada korelasi cukup kuat diantara keduanya..
    rentang wkt yg cukup jauh mungkin yg tlh merubah cara pandang generasi sekarang thdp seragam londo dan jepun menjadi tanopa beban trauma, bahkan merubahnya jd lelucon yg segar, sy yakin sahabat2 onthelis yg mengenakan seragam tsb tdk ada maksud utk mengorek luka lama pr sesepuh kita, malah justru sebaliknya… mencoba menghibur siapapun yg melihatnya ( sy sdh konfirmasikan kpd Eyang cilik sy yg juga eks Veteran , beliau malah tertawa, katanya ” anak sekarang memang pintar merubah hal yg dulu menyeramkan menjadi sebuah hiburan”…)
    Terlepas dr semuanya sy menghormati kehati hatian pak bei dlm soal busana NICA dan Jepun td, Insyaallah sampai hr ini blm ada protes dr pihak manapun… hidup onthel dengan segala kekhasannya….. salam

  81. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Wongeres

    Ngene Pak e Tole

    Bukankah menyiapkan generasi penerus yang tangguh dan memiliki integritas tinggi, serta menguasai IPTEK perlu pendidikan. Tapi kenyataannya biaya pendidikan kian terasa mahal, makin tak terjangkau masyarakat kecil. Belum lagi dunia pendidikan kita yang masih amburadul. tiap ganti menteri, pasti ganti kurikulumnya.

    Nah, mungkin faktor pendidikan ini yang menyebabkan kita masih tertinggal dari bangsa lain. Kita makin terpuruk. Bahkan Malaysia yang dulu belajar dengan kita, kini lebih maju, sehingga mereka acap kali melecehkan bangsa besar ini.

    Melihat kenyataan ini, tentunya para pendiri bangsa (founding father) merasa sedih kan Pak e Tole.

  82. @ pakde Ngabehi

    Untuk masalah “juugun ianfu” ini saya ada fakta yang menarik dari saudara kita dari jepang memaknai hal tersebut :

    Saya tidak punya informasi baru yang untuk menambah pada diskusi ini.
    Untuk kali ini saya menyentuh tindakan pemerintah Jepang dan suasana masyarakat Jepang terhadap masalah juugun ianfu ini.

    Jika lihat website Departemen Luar Negri Jepang, bisa ketemu beberapa artikel tentang masalah Juugun ianfu.
    Anehnya artikel-artikel ini semuanya ditulis dalam bahasa Jepang dan Inggris saja. Mengapa Deplu Jepang tidak menulisnya dalam bahasa-bahasa si korban kejahatan tentara Jepang ?
    Garis besarnya tidakan pemerintah Jepang terhadap masalah ini ditulis halaman ini.
    RECENT POLICY OF THE GOVERNMENT OF JAPAN ON THE ISSUE KNOWN AS “COMFORT WOMEN”
    http://www.mofa.go.jp/policy/women/fund/policy.html
    (versi bhs Jepang: http://www.mofa.go.jp/mofaj/area/taisen/ianfu.html)

    Dalam halaman ini, pemerintah Jepang meminta maaf dan mengakui tentara Jepang (pemerintah Jepang) harus bertangunjawab pada masalah ini.
    Tetapi pemerintah Jepang tidak memberikan kompensasi secara lansung, tetapi melalui Asian Women’s Fund, sebuah badan dana yang didirikan pemerintah Jepang untuk mencari fakta dan kompensasi.
    (websitenya http://www.awf.or.jp/)

    Tentang Indonesia, menurut halaman tersebut, pemerintah Jepang melalui badan dana ini memberikan kira-kira 3 miliar rupiah pada pemeritah Indonesia untuk memdirikan panti jompo dari tahun 1997 sampai 2007. Seselasai memberi kompensasi kepada Indonesia, pada bulan Maret 2007, Asian Women’s Fund dibubarkan.

    Pada hemat saya, seharusnya pemerintah Jepang secara langsung memberikan kompensasi kepada mantan ianfu sendiri-sendiri, bukan melalui Asian Women’s Fund.
    Nyatanya, banyak mantan ianfu menolak kompensasi karena mereka menuntut kompensasi dan permohonan maaf dari pemerintah Jepang secara langsung.
    Selain itu, sangat tidak cukup tindakan untuk keterangan kepada masyarakat Jepang tentang masalah ini.

    Pokoknya, pejabat tinggi pemerintah Jepang, dalam hati mereka, tidak mau mengakui terjadinya kejahatan oleh kolonialisme Jepang. Buktinya tokoh-tokoh pemerintah Jepang sering kali mengatakan bahwa rekrut ianfu tidak dilakukan oleh tentara Jepang dan tidak secara paksa.

    Baru-baru ini, akhir bulan Oktober 2008 Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Jenderal TAMOGAMI Toshio dipecat dari posisinya. Karena dia menulis tulisan yang berjudul “Nihon ha shinryaku kokka de atta noka” (Apakah Jepang adalah negara agresor ?) .

    Dalam tulisan ini dia menulis bahwa “Kita perlu menyadar bahwa banyak negara Asia menilai positif terhadap Perang Asia Raya. Di Thai, Burma, India, Singapura dan Indonesia, dinilai tinggi Jepang yang berjuang Perang Asia Raya…..Tudingan terhadap negara kita sebagai negara agresor itu benar-benar “nureginu” (tuduhan/tudingan yang tidak ada alasan) saja.”
    Pandangan TAMOGAMI ini berbeda dengan pendapat resmi pemerintah Jepang. Pada tahun 1995, Perdana Menteri Jepang ketika itu MURAYAMA Tomiichi mengakui secara resmi bahwa Jepang telah menjajahi negara-negara Asia dan meminta maaf. Perdana Menteri Jepang ASOU Tarou yang baru menjadi PM, menakut hal ini menyebabkan kontroversi baru dan diprotes oleh Korea dan Tiongkok,
    segera memecat TAMOGAMI. Akan tetapi, sebenarnya tidak sedikit yang sependapat dengan TAMOGAMI dalam pemeritah dan LDP (partai penguada Jepang).

    Suasana masyarakat Jepang bagaimana ? Sekarang dalam masyarakat Jepang ada kecenderungan ultra nasionalisme. Kecenderungan ini makin kuat seiring berlanjut resesi ekonomi. Mereka tidak bisa merasakan rasa percaya diri dan harapan pada masa depan Jepang. Oleh karena itu mereka bereaksi yang berlebihan terhadap kritik dari Tiongkok dan Korea dan mereka mau menutupi dan mendistorsi fakta kejahatan perang oleh tentara Jepang. Beberapa media kanan yang mau revisi pasal ke-9 UUD Jepang yang menyebutkan Jepang tidak akan pernah terlibat perang, misalnya Sankei Shimbun atau Yomiuri Shimbun menghasut kecendrungan ini. Mereka mendirikan organisasi untuk menerbit buku pelajaran sejarah yang menuangkan pandangan mereka. Terhadap kegiatan pihak ultra-nasionalis seperti ini, protes keras terjadi di Korea dan Tiongkok.

    Hal yang saya merasa aneh adalah mengapa masyarakat Indoensia tidak protes begitu keras seperti Korea dan Tiongkok.
    Saya kira alasannya sikap masyarakat Indonesia….

    1. Masih kurang informasi tentang masalah pendistorsian fakta sejarah oleh pihak ultra-nasionalis Jepang.
    2. Tidak ada waktu untuk menghadapi masalah ini karena terlalu banyak masalh yang lain.
    3. Sudah lupa penderitaan yang mengalami 60 tahun lebih yang lalu.
    3. Bukannya lupa tetapi menganggap tidak ada gunanya mengungkit-mengungkit masalah lama.

    Alasannya nomor berapa ya ? Bagaimanapun, karena protes dari Indonesia tidak begitu keras, pihak ultra-nasionalis Jepang menganggap Indonesia bersyukur pada Jepang sebagai pembebas dari kolonialisme Belanda. Dalam otak mereka, Indonesia tergolong negara pro-Jepang (shin-nichi) dan Tiongkok dan Korea tergolong negara anti-Jepang (han-nichi).
    Kalau masyarakat Indonesia tidak mau dianggap bahwa menilai Jepang sebagai pembebasan, sebaiknya protes keras pada kaum ultara-nasionalis. Kalau masyarakat Indonesia diam saja, mereka terus memuji diri bahwa “Jepang berjuang untuk pembebasan Asia”.

    Saya sangat benci pada mereka yang menutupi fakta sejarah dan mengbohongi diri senderi serta orang lain. Kebanggaan akan tanah airnya harus berdasar atas fakta dan kebenaran. Atas bohong tidak bisa didirikan rasa bangga yang benar akan negaranya.

    ——————————————
    Pada teman-teman milis J-I link,
    Saya akan memuat tulisan ini di website saya.
    Tolong memperbaiki kasalahan bahasa Indonesia saya.

    ISHIZAWA Takeshi
    http://www.02.246.ne.jp/~semar/

    Semoga bermanfaat. Matur nuwun.

  83. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Kagem Mas Max’s maternuwun atas informasi dan urun rembugnya yang sangat gamblang dan informatif sekali.

    @ Pak Alugoro.

    Nuwun atas informasinya.

    Maksud saya apakah yang menggunakan kostum zaman perang kemerdekaan ini, paham akan perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang. Peka dan mengerti akan penderitaan bangsa ini. Pak, bangsa ini masih dijajah oleh kemiskinan, kebodohan, dan kesewenang-wenangan.

  84. Ngabehi Sak Loring Pasar

    @ Pak e Tole Wongeres

    Saya senang mengunjungi blog ini. Pasalnya, bila diajak diskusi, pesertanya bisa nyambung.

    Jadi Pak e Tole komentar dan diskusinya selain masalah peronthelan, juga masalah-masalah lainnya. Kalau bisa yaa ipoleksosbud pripun Pak e Tole. Nek pit terus kan njelehi.

    Pokoke tukar kaweruh

  85. onthelpotorono

    Inggih, Pakde. Kami terbuka terhadap semua masukan yang membangun, bukan sebaliknya. Biar kami tak hanya jadi ‘tuwo’, tapi juga ‘tuwuh’.

    Pengetahuan tentang apa pun tentu kami tertarik, meskipun barangkali kami tidak bisa menanggapi dengan baik hal-hal di luar kapasitas kami. Di samping itu, blog ini memang berangkat dari kecintaan kami atas sepeda onthel. Dengan demikian, topik yang kita diskusikan ya sebaiknya tetap ada korelasinya dengan kehidupan serta renik-renik sekitar sepeda onthel, seberapa pun relatifnya.

    Soto itu ada korelasinya dengan onthel, kan? 😀

  86. betul pak Ngabehi, mudah2an melalui hobi sederhana ini kita bs berbuat sesuatu yg bermanfaat bagi sesama…….. dan mestinya PR dari pak Ngabehi hrs jd bahan perenungan dan diskusi bagi kita semua… apalagi para capres…hehehe. nuwun pak Ngabehi

  87. onthelpotorono

    Pakde Bei, dulu waktu masih suka main layang-layang, saya suka kesal kalau nggak ada angin, atau ada angin tapi berubah-ubah arah. Pasalnya, setelah kita sempat ngulur benang sampai panjang, kadang tiba-tiba layang-layang kita kehilangan angin sehingga harus ngambat (narik) benang sedemikian panjang secara cepat, kalau nggak mau layang-layang kita nyungsep di pepohonan.

    Kalau narik benangnya nggak sambil pindah-pindah tempat, benang jadi ruwet. Apa yang bisa kita lakukan terhadap seonggok benang ruwet?

    Kadang saya menganalogikan situasi bangsa kita ini seperti seonggok benang bagus tapi ruwet. Kita mesti sabar mengurai simpul-simpul dari sedikit. Mungkin memang harus ada yang kita korbankan, kita potong di sana-sini, tetapi motongnya harus taktis dan seefisien mungkin sehingga benang kita tak jadi habis.

    Sambil ngonthel, pikiran jadi terang, siapa tahu ruwet-renteng ini bisa kita urai dari sedikit, sehingga doa saya agar kelak saat anak saya dewasa, sekolah sudah menjadi mudah dan murah, bisa diijabah.

    Biar bapaknya pilot onthel, anaknya bisa jadi manajer hotel. 😀

  88. @ Max
    Salut untuk Kang Max atas posting untuk “juugun ianfu”.
    Negara manapun saja, sepanjang dia memiliki kebijakan kolonisasi pasti isinya buruk dan buruk dan buruk, tidak akan ada sedikitpun manfaat untuk negara yang dijajah.
    Politik Balas Budi Belanda dan juga pembentukan tentara PETA oleh Jepang, pada dasarnya bermotif transaksional yakni untuk mengamankan kedudukan mereka di Indonesia, bukan dalam rangka memberi kesejahteraan kepada rakyat Indonesia.
    Doktrin dalam strategi politik internasional adalah selalu Win-Loose, tidak akan pernah Win-Win. Jadi kita memang harus “galak” bila menyangkut masalah kedaulatan atau kepentingan nasional.
    Doktrin Win-Loose di atas juga terlihat jelas dalam sengketa Sipadan-Ligitan yang kemudian berdampak ke sengketa Ambalat.
    Demikian juga dalam negosiasi Hutang Luar Negari, negara-negara donor selalu berusaha mendikte Indonesia dalam posisi Win-Loose.
    Merdeka! Indonesia Never Die!

  89. @ om Sahid

    Saya sependapat om sahid… NKRI adalah harga mati. Kedaulatan Bumi pertiwi harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan…

    @ Om Wongeres
    setujuuuuuu om wong… “sambil ngonthel, pikiran jadi terang…. ” dan perutpun kenyaaaaaaaang… haaa..haaa… hidup “soto”.. eh OPOTO… 😀

    bapaknya pilot onthel, anaknyajadi manajer hotel, cucunya jadi jenderal, cicitnya jadi pewaris tunggal…. akur khan dab ????
    peace ach….. 😆

  90. Lha nek kabeh dadi manajer hotel, jadi jendral…trus sopo sing dadi tukang servis pit onthelku dabb???????

  91. Wih, Mr.Max mendem opo ki ?? metu asline sak’iki, ternyata bakat jd penulis juga. 🙂
    ati2 ojo sampe blog iki di “bom” karo mantan2 penjajah td lo (mungkinkah ??)
    anyway kita mendapatkan peninggalan yg asyik2 loh dari mereka (terlepas dr kebiadaban mereka tentunya).
    kalau misalnya kita dijajah oleh negri ‘Padang Pasir’ kita dapat warisan ONTA mungkin ya, trus kalo sama Ostrali mungkin di negri kita akan banyak kangguru dan koala, nek Rusia mungkin huruf ‘O,E,V,dll’ akan sangat laris di kosa kata bahasa kita, nek negara2 benua Hitam sampe menjajah kiro2 tinggalanne opoyo ? ato OPOTO ??

  92. Mas Erwin
    nek dulu dijajah benua hitam, pasti kita sekarang keriting semua…..hehehe..
    Mas Max”s..saya suka dengan tulisane…
    Mas Wong…penjenengan tdk usah repot2 ngelas ” nampan” di setang dan kontak ” Head Hunter” utk mencari assistent adm pengelola Blog, lha wong neng sandinge wis ono mas Max”s yg wasis nulis… msas Max”s selamat ya…mudah2an mas Wong segera keluarkan besluit pengangkatannya…

  93. walaaaaahhh.. om rendra itu kok “buat-buat” (bc:gawe-2) lhoooooo…. 😆 orang saya tu masih buuuaaaaaanyak sekali belajar dari panjenengan dan beliau-2 “onthelis” lainnya, yang sudah “kecut-kecut” dan”asin-asin” kebanyakan makan asam garam kok…. heeeeee…heeeeee…. 🙂
    mohon dengan sangat sudi membimbing yach om rendra. 😡

    • onthelpotorono

      Alaaah, ‘dibimbing’ juga nggak mau gitu kok. Kemarin itu, biar cycloidenya jatuhnya murah, gir mercynya biar saya aja yang beli. Lha, nggak mau to… 😀

  94. Erwin Erlangga

    SEtuju.
    Mari kita daulat Mr.Max utk jadi asiten admin. Piye? ok wongeres?

  95. wuuuuaaduh….dikroyok kiiiiiiiii….
    kabur dulu ach …. 😆

    • onthelpotorono

      Lho, kok langsung kabur. Ini cycloidenya ketinggalan, dibawa dulu. Eh, tapi kok belnya dilas ke stang? Oh, berarti bukan ya? 😀

  96. hahaha…mas Wong ndang dibuat SK pengukuhannya buat mas Max”s to,nek kabur tahan aja cyclonya….

Tinggalkan Balasan ke sahidnugroho Batalkan balasan