Gazelle X-Frame ‘Seri-10’: Keindahan yang Tak Biasa

Manusia tak hanya punya akal, tetapi juga perasaan. Maka, alasan seseorang untuk menyukai, mencintai, menolak, bahkan antipati tak selalu sepenuhnya rasional, kadang bahkan emosional. Itupun, tak ada yang bisa menjamin akan berlaku selamanya. Sebuah pengalaman kecil yang membawa pemahaman baru kadang mampu mempengaruhi selera dan kesan yang telah ada sebelumnya, kalau perlu secara ekstrem. Begitu pula selera kita dalam hal sepeda onthel.

Gazelle cross frame di dusun Potorono: dari sawah turun ke hati…

Secara umum, banyak onthelis begitu suka pada merek Gazelle karena alasan yang berbeda-beda. Ada yang karena kenyamanannya saat dikendarai, ada yang memandangnya lebih menguntungkan dari segi investasi, ada yang semata-mata suka pada gambar kijang yang menjadi logonya. Di sisi lain, banyak juga yang tergila-gila pada sepeda model cross frame –apa pun mereknya– lebih karena alasan kelangkaan, antik, gagah, atau karena relatif mudah dikendarai daripada sepeda pria. Meskipun begitu, apakah lantas ada jaminan bagi kedua kelompok onthelis tadi untuk otomatis menyukai sepeda Gazelle cross frame? Belum tentu, karena masih banyak penyimpangan yang mungkin ditemukan pada penampilan sepeda-sepeda tua tersebut. Sebaliknya, tidak tertutup kemungkinan beberapa orang yang semula kurang suka sepeda cross frame karena terkesan ribet, justru bisa saja langsung jatuh cinta!

Lihat saja penampilan sepeda Gazelle cross frame ‘seri-10’ berikut ini. Sepeda ini terkesan sangat ramping, rapi, dan minimalis. Kesan itu terbangun oleh pipa-pipa cross-nya yang berukuran kecil, sementara ukuran frame-nya tergolong tinggi (60), dan sistem remnya torpedo.

Gazelle No. 8 dengan nomor rangka ‘berseri-10’

Tube depan serta tutup bahu poroknya sudah sangat familiar seperti kita kenal pada Gazelle ‘seri-10’ umumnya. Hanya saja, ujung fork depannya sangat langsing meruncing, dan di sebelah kiri terdapat dudukan khusus bagi dinamo TMI yang mensuplai tenaga listrik bagi lampu depan kecil dengan merek yang sama. Pada frame bawah juga terdapat dudukan khusus untuk mengikat pipa kabel yang menghubungkan dinamo dengan stoplamp belakang sehingga tidak diperlukan lagi cincin klem pada frame bawahnya.

Perbedaan mendasar yang mengejutkan adalah, bracket/rumahan as tengahnya tidak besar sebagaimana bracket sepeda Gazelle streamline yang biasa kita dapati pada Gazelle ‘seri-10’, melainkan kecil saja. Di samping itu, rotel/tangkai kayuhannya pun langsing dan tidak datar, tetapi memiliki cekungan. Perbedaan itu boleh jadi di luar ekspektasi para penggemar Gazelle ‘seri-10’ dan ‘seri-11’ di Indonesia sehingga menimbulkan semacam keraguan di antara mereka. Demikian juga bagi penggemar sepeda cross frame yang mengharap penampilan gagah dan antik. Ada yang mengatakan dengan nada setengah kecewa bahwa sepeda ini adalah slim version cross frame!

lampu TMI, stang torpedo dan bel Gazelle.

Beberapa orang lagi mungkin bahkan berpikir lebih jauh bahwa jangan-jangan Gazelle ini ‘tidak original’ karena berbeda dari pengenalan mereka atas ciri-ciri Gazelle ‘seri-10’. Tetapi, beberapa tokoh yang memiliki cukup pengalaman justru memandangnya dengan lebih terbuka. Mbah Ngatijo dan Mbah Tris, bengkel sepeda onthel senior di Jogja, misalnya, masing-masing justru bercerita bahwa pada  pasar yang berbeda, pabrik Gazelle memasarkan model yang berbeda pula. Pada tahun yang sama, produk yang dipasarkan di Indonesia bisa berbeda dengan yang dipasarkan di Belanda atau Singapura, misalnya. Maka, bagi mereka tidaklah aneh jika ditemukan Gazelle ‘seri-10’ yang rumahan as tengahnya kecil. Mungkin itu bukan produk yang dipasarkan di Indonesia, kata mereka. “Keninya rapi dan besinya mentes”, kata Mbah Tris pula.

as tengah kecil, tangkai kayuhan berlekuk, pedal Union.

Lebih jauh, Pak Sahid Nugroho, seorang sahabat onthelis yang memperhatikan jenis-jenis sepeda cross frame, suatu hari pernah bercerita di teras rumahnya yang asri di kawasan Golo, Jogja, bahwa ada kesalahkaprahan yang perlu diluruskan mengenai sepeda model cross frame. Di Indonesia, orang cenderung menggeneralisasikan semua sepeda yang rangkanya menyilang, sebagai sepeda cross frame (Bld. kruisframe). Padahal, sebenarnya ada penyebutan khusus bagi sepeda dengan frame menyatu (bukan mengapit) berbentuk silang seperti yang sedang ditampilkan ini sebagai abbey fiets (sepeda biara). Sepeda ini dahulu biasa dipakai para pendeta. Secara simbolis, bentuk rangkanya yang menyilang melambangkan salib, sedangkan secara fungsional bentuk rangka yang berbeda dari sepeda pria (heeren/opa fiets) tersebut memungkinkan para pendeta yang biasanya berjubah untuk mengendarainya dengan lebih leluasa.

ban Schwalbe, velg torpedo, dan jasbeschermers Heslink

Gazelle Abbey fiets dengan penampilan yang langsing ini bobotnya memang tidak seberat Gazelle ‘seri-10’ pada umumnya. Hanya saja, kayuhan yang ringan dan laju serta stir yang stabil masih menjadi ciri khas Gazelle yang tidak dapat disembunyikan. Sparepart yang melekat padanya, meskipun tidak sepenuhnya memenuhi eforia para Gazelle-mania, tetapi memiliki kesesuaian yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Stang torpedonya tinggi dan simpel dengan bel khas Gazelle yang menempel dengan santun. Pada stang ini terdapat karet sintetis berwarna krem, berfungsi sebagai bumper bagi tangkai stang agar tidak tergores dinding saat disandarkan. Sadelnya menggunakan sadel Lepper versi baru, meskipun kulitnya terlihat sudah aus. Velg depan belakang asli bercat hitam khas sepeda torpedo, dibalut ban karet Schwalbe delta cruiser hitam strip putih (fosfor) yang awet dan nyaman.

sadel Lepper, kunci roda Gelria, dan lengkungan boncengan yang manis

Pada roda belakang terpasang jasbes chermers (perlak pelindung) merek “Heslink” yang sedikit robek di sana-sini. Kunci rodanya mirip kunci tekan Hopmi, tetapi bermerek Gelria, sedangkan pedalnya menggunakan pedal Union model lengkung. Di bagian tengah-bawah terdapat standar Esge yang menyangga sepeda dengan baik.

Sepeda ini sesekali diparkir di pos Opoto (Onthel Potorono) dan menjadi bahan diskusi yang mengasah apresiasi. Misalnya, meskipun di bawah sadel tertulis rapi nomor frame 10xxxxx, tetapi pada pipa bawah sadel itu juga tertera stiker besar berbunyi: Gazelle No. 8. Mana yang benar? Terjadinya kerancuan tersebut berkaitan dengan tradisi onthelis  di Indonesia yang terbiasa mengenali model sepeda berdasarkan nomor frame-nya, sementara di Belanda orang hanya melihat berdasarkan model dan variannya. Meskipun jelas  sepeda ini Gazelle No 8, tetapi di Indonesia akan diklasifikasikan sebagai Gazelle ‘seri-10’.

cinta tak harus memiliki… 🙂

Apa pun faktanya, di lingkungan Potorono sepeda ini sudah familiar. Pada banyak kesempatan, kami semua biasa memegang, mencoba mengendarai, dan kami semua menikmatinya sebagai sebuah sepeda dengan desain yang indah, meskipun tak biasa. Beberapa dari kami bahkan telah jatuh hati.

Bukankah cinta tak harus memiliki…?

412 responses to “Gazelle X-Frame ‘Seri-10’: Keindahan yang Tak Biasa

  1. saya cuma punya 2 kata untuk sepeda ini.
    ayu dan temumpak..
    temumpak ki opo yo…

  2. No comment, telah terjadi hal luar biasaa ternyata ada di opoto (dlongop mergo gumun )

    • Mas Faj, rekor MURInya singgah di pos Opoto selama 3 menit mau diperbarui nggak? Haha… Apa kabar Mas? Sudah nambah berapa? 😀

  3. he he he satu lagi keluar koleksi keluarga besar Potorono. Mas Aat maksudnya temumpak itu bisa ditumpaki neng pasar, bisa ditumpakke truk terus dibawa ke pasar sepeda

  4. Kagungane Kaka Prabu saestu sae sanget…kapan njih saged nderek gadhah sepeda Gazelle ingkang mekaten menika…

    • Pak Sahid, kan masih ada beberapa Gazelle no 8 di Jogja. Yang gapit (‘v’) juga ada. Apa lagi di ‘ujung telepon’nya Pak Sahid sana. Tinggal order. Cuma, kalau dibawa ke pasar sepeda bisa-bisa dibilang ‘kurang turut’ karena berbeda penampilan. Hehe…

  5. humbermania defoc 0905

    kata mas noor “cinta tak harus memiliki”,kalau hanya sekedar ngimpi mustinya sah sah saja tho mas.Ya siapa tahu dari sekedar ngimpi jadi kasunyatan.

    • Lha repotnya kalau seperti di iklan tv itu: mimpinya sampai nglindur nyebut-nyebut nama “…Jupe… Jupe…” Bisa-bisa terbangun oleh ganjel pintu yang melayang. Haha…

      Kangmas Hari, jangan gitu ah. Apa perlu setoran kost di Jogja diserahkan Opoters untuk mewujudkan mimpi tadi? Mimpi sepeda lho. Bukan Jupe… 😀

  6. Sesuatu yang berbeda pasti menggoda…..

  7. @ mas Noer apakah sepeda “religi” ini kalau malam tdk jalan jalan sendiri..hiiiiii!!. salam

    • Pak Rendra, sebenarnya kalau sepedanya sendiri nggak pernah nganeh-anehi. Justru belnya itu! Ini kalau menurut penuturan seorang warga Potorono yang sangat meyakini apa yang dikatakannya, selewat pkl 02 pagi, setiap mendengar orang berdehem/batuk-batuk kecil, belnya akan berbunyi sendiri. Sebulan lalu sudah kami buktikan ramai-ramai dan akhirnya semua mengakui: sepeda ini setiap mendengar orang batuk di atas pkl dua pagi belnya akan berbunyi. Sayangnya, bel maupun sepedanya, sebagai benda mati belum pernah sekali pun bisa mendengar. Jadi? Ya, persis: belum pernah bunyi sendiri. Hahaha…

  8. Dari penampakanya sepeda ini pasti sangat enak dan anggun bila dikendarai. bujubuneng……

    • Pak Bakri, kalau soal kenyamanan dikendarai, saya sudah bisa menjamin, karena sudah mencoba ke mana-mana. Tapi soal anggun, saya belum tahu (jadi pengin malu. hehe…).

      Salam dari Potorono, Pak Bakri.

  9. Wah seru juga kalau ada Gazelle 9X yang angker. Pasti ada cerita menarik di balik fenomena tersebut. Tetapi saya yakin, jika sepeda tersebut berada di tangan Opoters pasti akan netral. Wallahualam…

    BTW, Ki Ageng Wongeres, apakah sudah pernah coba Soto Sapi Pak Muh di dalam Pasar Beringharjo, ternyata sueger dan lezat…

    • Pak Sahid, memang ada benarnya kalau sepeda masuk Potorono pasti akan (disemir) netral. Hehe…

      Wah, kalau soto sapi sepertinya cocok. Lha tapi masuk ke dalamnya itu… atau gantian jaga sepeda di parkiran ya.

      • Itu soto posisi di dekat lorong perbatasan blok barat dan blok tengah, jadi Opoters parkir sepeda di lorong, terlihat jelas dari tempat duduk warung. Selamat mencoba salahsatu tempat kuliner asyik di Pasr Beringharjo.

        Kalau masih belum puas, bisa terus naik ke lantai dua di blok tengah yang sama agak ke timur untuk jajan gado-gado terlezat di Jogja yakni di warung Bu Hadi yang sudah melewati 3 generasi pengelola dan rasanya tetap sama-sama uenak…luarbiasa!

      • depannya bu hadi ada yang jual empal yang tampaknya nylekamin… dulu mau beli, tapi sing adol malah ra jogo. padahal empale sajak ngawe-awe…

  10. @m.Noor-ki..mingin-mingini,sengit aku..!!

  11. @pak Umar bakri ..apa kabar? masih di Garut apa Lampung pak.. lamo indak basuo.. hehehe
    @ pak Sahid.. mhn info nama warsot mbringharjonya apa ya..

    • @ Boss Rendra…

      Warung sotonya namanya juga Pak Muh…masuk saja dari Pintu Barat Pasar Beringharjo (Jalan Malioboro), setelah habis satu blok (batik & konveksi) ketemu lorong terus saja masuk blok tengah setelah lewat satu los kios belok kiri (utara) lurus mojok, pasti ketemu. Dia juga jual macam-macam, tetapi yang terkenal hanya sotonya. Selamat menikmati…

  12. @boss Sahid.. matur nuwun infonya, Insyaallah sy akan coba.. merapi aman kan pak.. salam

  13. Assalamualaikum…kulonuwun…perkenalkan nama saya Rangga Tohjaya ( he he he he….semoga saja nama ini nggak membawa apes), perkenankanlah saya untuk kembali ngintip, bertamu untuk mampir ngombe di angkringan Pakde Wongeres, krn angkringan ini bagi saya “enak dibaca dan…perlu”(hualah spt iklan majalah Tempo saja), dan semoga saja saya bisa ikut gegojegan lagi, dan bisa lebih “arif” dlm berkomunikasi….karena kemarin saya udah baca kembali buku lama saya sewaktu sekolah dulu, itu lho Pakde …buku yg judulnya “Communication ethical” yg ditulis oleh Ashadi Siregar, terbitan Pustaka, 2006, Jogyakarta,….halaman 31-32 tentang Bab : Provokator bernama hidup susah ….disitu beliau menulis : “Tidak perlu mempertanyakan motif implisit individual, sebab pastilah seribu kepala bisa punya seribu atau bahkan lebih motif “…….Dan juga saya menemukam buku lama saya , penulisnya : Prof. Effendi, judulnya : Communication , theory, practice, penerbitnya Rosakarya, Bandung, 1984…pada hlm.58 beliau membahas tentang “Scientific retorics” (Retorika ilmiah) yaitu perpaduan antara ilmu komunikasi dan ilmu jiwa……nah Pakde Wongeres setelah baca kembali itu semua semoga saja saya benar benar bisa ikut “menikmati” sajian angkringan yg penuh pengetahuan tentang “onthel” tetapi ya gitu Pakde…paling paling baru sekedar “nyuwun pirso” atau “ngangsu kawruh”…….gratis lagi…..he he he he…Kembali ke benang merah……kalau say menyimak Gazelle seri 10 X frame, mulut saya hanya bisa berbunyi : ck ck ck ck ck ck…….keindahan yg pantas ditumpaki…ayu menggiurkan……ingatase barang “opo tumon ” kok y0 bisa bisane ada di Potorono…(nyuwun ngapunten lho,bukannya saya melecehkan Potorono0, justru sebaliknya , pingin tahu mulobukane bisa mendapatkan barang sing “endah lan ayu”…apa yg punya sudah bosen yo? hi hi hi hi hi

    • Wa alaikum salam.
      PakDhe Rangga, lha, Minggu kemarin kami ngonthel kebetulan sepanjang perjalanan juga sambil ngobrolin kearifan lokal tempo dulu (bahkan ‘lokal banget’ karena menggunakan simbolisasi anggota tubuh yang paling tersembunyi). Misalnya tentang pepatah: “seje sil*t seje anggit”. Maksudnya, setiap orang tentu punya keinginan masing-masing. Ini mencerminkan perbedaan yang disebabkan lebih karena perbedaan karakter. Padahal, sekarang ini sebuah perbedaan sudah lebih complicated lagi karena adanya kepentingan, misalnya kepentingan politik. Maka, biasanya selalu ada dua alasan yang mendasari sebuah sikap, yaitu alasan pembenar dan alasan sebenarnya. Hidup kok jadi makin rumit. 🙂

      Nah, kalau soal penampakan sepeda-sepeda aeng itu, saya juga kurang mengerti. Ini sepertinya masalah pulung bagi Opoto. Pulung itu datang dan perginya kan punya mekanisme tersendiri. Dengan mengalir saja tanpa pretensi, rupanya kami malah punya banyak kesempatan ngelus-elus dan mengapresiasi barang-barang langka tur edi peni. Satu-satu nanti akan kami bagi di sini.

  14. @halo mas Heri “tohjaya” apa kabar, minggu lalu sy 4 hr di kampung penjenengan Purwokerto…muter2 cari klithikan…eh malah dapatnya batik Mbanyumas yg sangat khas.. dan alhamdulillah juga dapat lungsuran kunci sling baja merk Gevov kagungan pensiunan dosen Unsoed.. dan di pasar manis sekarang “langka” banget barang bagus mas…
    oya ternyata saat ini juga di ketemukan “alat” komunikasi yg sangat effektif dan mampu mengharmoniskan berbagai perbedaan yg ada, bahkan perbedaan itulah yg jadi bumbu perekat yg sangat kuat… alat itu bernama ” sepeda onthel'”….. heheheh..piss mas.. salam

    • Sepeda onthel sebagai perekat itu memang kami rasakan. Saya ngobrol dengan Pak Tjiptono, tokoh paling senior di Opoto, juga dengan Mas Aat yang mewakili generasi muda. Wah, tiap Minggu makin kaya saja rasanya. Belum lagi cerita di angkringan ini…

      Pak Rendra, saya juga ngobrol dengan Pak Yudi, ngrasani Gazelle No 8. Ternyata semua pendapat Pak Yudi sama persis dengan kenyataan yang ada pada sepeda di atas. Tak ada keraguan lagi, ini Gazelle untuk pasar Walanda. Sudilah memberi komentar tentang ini… 🙂

  15. Mbah Nolo Klabang

    Salam hangat dan sejahtera, ki wongeres perkenalkan, saya mbah nolo si klambi abang (klabang). Ingin beri komentar yaa. Onthele ki wongeres waah jan mantap dan mesti mak nyussss nek dionthel…..
    Lah ngendi yo salah satu onthel master piece opoto yang lain si lasbella….kok jarang ditampilke….hehehehee…
    Ki wongeres, ada yang nyebut Umar Bakri, saya jadi ingat puluhan tahun lalu saat masih sekolah di smp sampai sma, saya pernah disetrap oleh guru karena tak mengerjakan pr, bahkan pernah dipukul dengan penggaris kayu yang panjang, juga pernah rambut saya yang gondrong dicukur didepan kelas oleh guru BP. Kalau ingat itu semuanya saya jadi ketawa sendiri bisa diceritakan ke anak cucu. Dan berkat jasa-jasa beliau, sang pahlawan tanpa tanda jasa ini sekarang saya mencoba ingin menjadi orang yang berguna bagi sesama
    Saya sedih loh ki Wongeres, saat ini karena ada murid yang dijewer kupingnya oleh guru, orang sudah pada teriak melanggar ham. Saya juga gundah bila ada guru yang nyambi jadi pemulung, pengojek, dagang asongan, orang-orang pada diam….kenapa nasib guru umar bakri dari zaman jepang hingga sekarang kesejahteraannya minim sekali….yaa ki. Barangkali dibutuhkan kearifan lokal yaa ki……

    • Mbah Nolo Klabang, uhuk…uhuk… salam kenal juga.
      Simplex Cycloide lasbella Potorono belum pede untuk nampang, karena remnya masih dibenahi. Hehe…

      Dahulu para guru meyakini bahwa guru yang baik adalah yang mampu membuat si murid keluar dari bayang-bayang gurunya. Itulah sikap guru yang ‘kaya’, bijak, arif, dan rendah hati. Ia tidak mengajar dengan dogma. Kalau sekarang ada guru menjewer kuping muridnya, perlu dilihat sebabnya. Apakah karena si murid tidak mau melakukan persis seperti apa yang dilakukan gurunya? Hehe… Saya kira kok sebaiknya dilihat konteksnya. Kita sebagai murid tentu bisa merasa, hukuman itu untuk kebaikan kita atau lebih karena dendam si guru semata. Ngomong-ngomong, bukannya profesi guru sekarang sedang mulai dimuliakan, Mbah Nolo?

  16. @ wah sy tdk berani komentar X frame tsb, memang sy lihat ada beberapa “kejanggalan yg tidak biasa” pada sepeda Gazelle yg ini, sy pernah punya G no.8 dengan No Frame 10… memang nampak ada bebrapa perbedaan, antara lain yg mencolok dari garpu depan yg mengecil dan dudukan dinamo yg dilas lsg pd batang fork tdk ditemui pd sepeda yg pernah sy miliki, stang pedal yg ada lekukan, batang frame dgn diameter yg sepertinya lebih kecil, kattingkast yg hanya besi plengker juga mengingkari model yg biasanya terpasang pada G no.10 yg dikenal lazim disini ..mungkin pak Yudi benar tdk adakeraguan tp sy menduga ada beberapa part yg seharusnya secara “pakem” tdk boleh ada di sepeda tsb alias ada campuran part.. terlihat sekali pd pedal yg pake merk Union ,sadel lepper dan sepertinya torpedonya juga tdk umum…hehehe. salam

  17. Saya sebetulnya juga penasaran mengapa model-model sepeda Gazelle yang beredar di Indonesia dan di Belanda bisa berbeda meskipun nomer frame-nya sama. Saya hanya menduga, bisa jadi Pabrik Gazelle memanfaatkan sisa-sisa stok komponen seri lama (spatbord, sistem rem, setang, boncengan, kettingkast, dll) untuk kemudian dicampur dengan sosok frame baru. Andree Koopmans juga pernah menemukan tipe rem karet yang diadopsi Gazelle seri 9, ternyata kalau di Belanda lebih banyak diadopsi di Gazelle seri 5.

  18. @ pak Sahid, berarti G mengeluarkan standard ganda utk produk2nya ya, kalau jepang memang melakukan kebijakan dagang semacam itu utk produk otomotifnya.. tp kalau benar sinyalemen pak Sahid maka berarti kualitas G yg beredar di negara aslinya kualitasnya malah dibawah G yg di eksport keluar termasuk Indonesia kala itu ya..

  19. @Pak Rendra dan Pak Sahid, kalau menyitir penemuan Mas Andre Koopmans, berarti ‘seri-9’ di Indonesia kebanyakan masih pakai rem karet seperti ‘seri-5’, sedangkan di Belanda ‘seri-9’ kebanyakan sudah pakai rem tromol? Dan jika sinyalemen bahwa G pernah memanfaatkan sisa-sisa komponen seri lama itu benar, maka rem karet itu adalah sisa stok untuk ‘seri-5’ yang berlebih akibat pecah perang? Seorang teman bahkan berkeyakinan bahwa G bukan hanya pernah memanfaatkan sisa komponen sendiri, lebih dari itu juga membeli sisa komponen dari merek lain.

    Kalau menurut Pak Yudi saat ngobrol kemarin, di Belanda G No 8 ini lebih mahal (model streamline lebih murah). Lalu, kalau tidak salah, Pak Daryanta pernah mengasosiasikan hal itu dengan listrik 110 dan 220. Kita diyakinkan bahwa 220 itu lebih baik, padahal di Eropa justru lebih stabil pakai 110.

  20. Mbah Nolo Klabang

    Wawasan dunia onthel para dedengkot onthel mantap-mantap. Namun saya tak sependapat dengan om Rendra yang mengatakan kualitas G yang beredar di negara yang memproduksinya justru kualitasnya di bawah G yang diekspor ke Indonesia. Menurut saya kualitas G yang ada di Belanda tetap kualitas nomor satu, apalagi untuk pasaran Eropa. Gini om Rendra, mobil Toyota buatan jepang yang dipakai di jepang dan yang ada di Indonesia kualitas da harganyanya juga lain. Sama bentuknya tapi beda kualitasnya. Saya lebih condong ke pendapatnya ki Wongeres, adanya campuran part yang beda merek karena akibat pecah perang. Produsen G bukan hanya pernah memanfaatkan sisa komponen sendiri, juga membeli sisa komponen dari merek lain karena keterbatasan suku cadang akibat perang dunia yang berkecamuk di benua Eropa. Selain itu,sepeda rangka X ini sangat terbatas keberadaan di Indonesia, karena tujuannya religi maka didatangkan langsung dari negara asalnya walaupun ada campuran part dengan beragam merek. Namun mereknya tetap kelas wahid….. standar Eropa…Ini prediksi saya lho, hehehe… salam

  21. Sepeda yang sangat Bagus, paparan yang indah, komen yang luar biasa,betul-betul suatu kombinasi yang hanya bisa sejajar dengan manthiq at thayr-nya Syech Fariduddin Attar…..Keraguan hanya milik orang berilmu, tapi saya kok gak ragu dengan sepeda diatas….ya karena saya tidak berilmu itu hehehehe….mantap Gus Wong!

  22. @ms Wongeres dan mbah Nolo, saya juga msh ragu dengan yg sy katakan diatas krn statement diatas msh mempersyaratkan “kalau” dugaan dan sinyalemen yg pak Sahid katakan benar, lah kalau benar pabrik G pernah memanfaatkan suku cadang lama ( akibat perang shg tdk bs produksi), berarti G telah dengan “terpaksa” menurunkan standard kualitasnya demi memenuhi permintaan pasar kala itu.. kalau sebuah produk dijual secara “terpaksa” dengan memasang part yg bukan semestinya apakah tdk bisa disebut menurunkan kualitasnya mbah? sementara barankali produk yg dieksport ke Hindia Belanda sat itu msh banyak yg utuh sesuai “pakem” thn dan jenis produksinya..
    barangkali kasusnya memang beda dengan gaya dagang Jepang yg secara sangat sengaja melakukan dobel standard ,bukan krn kelangkaan suku cadang tp mungkin lebih melihat daya beli negara tujuan eksportnya atau memang punya strategi lain… kalau bicara hal2 seperti ini tentu DR Sahid sbg empu “marketing” pasti jauh lebih wasis … monggo diwedhar pak sahid..hehehe

  23. @haloo gmana kabar Merapi seduluur.. semoga Jogja tetep aman ..

  24. atau sepeda diatas kelas light weight…pak Koopman punya G bertahun 1937 juga dengan pipa kecil, batang pedal coak, fork paha ayam…saya ketitipan tahun 60an pipa kecil, fork paha ayam dan batang pedal coak dan berinisial toko di londo merang sana….pasti di gazelle ada standarisasi yang mengacu pada model,edisi dan batch number( Annemary Schimmel- the mystery of numbers hehehe-red)

    • Sugeng rawuh, Kyai Watu Lapak. Ngunjuk punapa?

      Saya sangat setuju. Perbedaan itu mengacu pada model, penomoran, dan edisi. Masalahnya, mungkinkah mereka merancang sebuah model edisi khusus yang mengakomodasikan banyaknya stok sparepart tertentu?

  25. Aman Gus Rendra, nembe mriko…

  26. Halo Mas Wong dan teman-teman.
    Selamat bejumpa lagi setelah lama tak mampir.
    Berkait sepeda Gazelle, musim panas lalu saya tanpa sengaja bertemu dengannya. Waktu itu ban sepeda saya agak kempes, lalu mampir di toko sepeda ngiras bengkel yang jadi langganan saya mompa (pompanya enak dipakai dan gratis lagi. Terpikir mau beli untuk dibawa pulang kelak tapi khawatir sulit suku cadangnya. Juga Rp 750ribu untuk sebuah pompa sepeda kok berat nian untuk diihlaskan..).

    Saya tidak tahu persis ini seri berapa, tapi yang jelas bukan seperti Gazelle kumuh yang saya temui di atas jembatan sungai Rijn di Belanda. Ini Gazelle baru, dan pemilik toko menuliskannya sebagai evolution, mungkin maksudnya ada perubahan serba sedikit dari model aslinya. Meski begitu –membaca tulisan Mas Wong di atas– beberapa ciri masih tetap sama, seperti kerampingan body, simbol kijang dan tulisan ‘DIEREN’nya itu.

    Beberapa hal yang saya amati beda adalah desain simbolnya lebih modern (gambar kijangnya minimalis dan simbolik). Lalu kalau di foto Mas Wong simbolnya bertuliskan RUWIELFABRIK, yang ini KONINKLJKE (mungkin pabrik yang berbeda).

    Dua Gazelle berbentuk ramping bertulisakan ‘basic’ di rangka depan yang lengkung. Catu daya bukan dari dinamo konvensional tapi servo-magnetic dari tromol depannya sehingga tidak ada gesekan pada roda. Satu sepeda bercat hitam legam, satunya lagi –ini agak tidak umum– berwarna krem sama seperti roda ‘karet mentah’nya. Dan ada satu lagi jenis Gazelle di situ yang mirip becak (ruang antara sadel dan roda depan diperpanjang diberi box pemuat penumpang, sedangkan roda depan tetap dikemudikan dari setang di depan sadel dengan dihubungkan kabel.

    Gazelle sejauh pengamatan saya tidak begitu banyak dipakai di sini. Entah karena bentuknya yang santai (agaknya semua yang berbau santai kurang diminati orang Jerman), entah karena sintimen kebangsaan karena bukan ‘made in Germany’.

    Oya Mas Wong kalau mau saya punya foto-foto sepeda-sepeda Gazelle ini.

    Salam sepeda.

    • Wah, senang Mas Farid mampir ke sini. Entah beritanya sudah sampai di Jerman atau belum, Jogja sedang berduka. Puluhan korban jatuh, termasuk Mbah Maridjan. Ia gugur di pangkuan Merapi dalam rangka menepati janji setianya untuk menjaga Merapi hingga akhir hayat. Tim SAR menemukan jasadnya dalam posisi bersujud sempurna.

      Saya selalu suka menyimak cerita Mas Farid yang humanis, misalnya soal ‘bau santai’ yang agaknya dijauhi di Jerman. Penilaian subjektif tapi otentik, khas ‘Faridian’. 🙂 Saya tunggu kiriman fotonya ya.

  27. Kalau menurutku yang awam pemasaran sepeda, untuk Belanda mengexsport sepeda tergantung kondisi jalan/medan saat itu, misal di indonesia, kalau sepeda yang model ada terpalnya atau ketengkasnya yang bukan dari besi, apakah ketengkas yang pakai terpal/ atau bukan dari besi tersebut masih bertahan bagus sampai sekarang, dan apakah juga sepeda-sepeda tersebut masih mampu bertahan bagus sampai sekarang, mengingat jalan-jalan waktu itu (sebelum tahun 70) di Indonesia jalan-jalan belum banyak yang diaspal, bahkan banyak jalan yang masih jalan lempung, becek dan licin. Bahkan di daerahku daerah pinggiran wilayah Sleman jalan mulai beraspal/diperkeras sesudah tahun 82

  28. Hanya doa kami kepada Alloh swt buat kerabat OPOTO baserta semua kerabat onthelis lainnya yg ada di tlatah Jogyakarta untuk kesehatan dan keselamatannya berkenaan dg fenomena alam meletusnya gn Merapi.
    @Denmas Rendra …..rupanya beberapa waktu yg lalu keberadaan sepeda onthel di Pwt sudah ada yg “menyapu” njih ? Saya mengira malah panjenengan yg “berbuat” ….he he he he…tetapi kebetulan cuti kemarin saya sempat jalan jalan ke Korea ( ..maksudnya Kroya)….disana saya menemukan pasar sepeda onthel, tepatnya di bekas terminal lama Kroya, dari stsn sepur Kroya ngidul dikit kurang lebih 200 mtr……..disana masih banyak sepeda onthel yg aneh aneh, lawas, termasuk Mr./Mrs G ….tetapi bukanya hanya hari rabu dan hari kamis……..Denmas Rendra sudah pernah kesana? …..nuwun……salam buat Bu Dokter yg pernah kasih makan saya waktu di Jogya dulu…waktu itu saya sudah ndak bisa nahan “kencot”….

  29. thok-thok yo sejenak kita stop dulu u mendoakan saudara-saudara kita yang sedang mendapat musibah, semoga mereka selalu dimudahkan dalam segala hal. amin

  30. Mari kita mengheningkan cipta sejenak, memohon kepada Gusti Kang Akarya Jagad agar ritual alam ini segera berakhir dengan prosesi yang bersahabat.

    Selamat jalan bagi mereka yang gugur dalam menunaikan kewajiban serta menunjukkan kecintaan yang tulus atas bumi, air, dan udara yang telah memberi mereka kehidupan. Semoga khusnul khotimah. Amin.

  31. Mbah Nolo Klabang

    Sebelumnya, saya turut berduka cita atas korban bencana gunung merapi dan gempa di padang. Yaa Allah Yang Maha Pengampun cabutlah segala bala dan bencana di negeri kami….amin.

    Sedulur-sedulur teknologi itu merupakan daya cipta manusia. Teknologi itu memiliki pangkal namun tak berujung karena teknologi itu terus berkembang mengikuti tuntutan zaman (mempunyai awal tapi tidak ada akhir selalu berkembang).
    Begini ki sanak Rendra, saya kira bila pun seandainya sinyalemen itu benar, bukan berarti produsen G telah terpaksa menurunkan standard kualitas produknya, walaupun itu demi memenuhi tuntutan pasar. Terlebih lagi pasar di Hindia Belanda kala itu untuk sepeda khusus kalangan pastur ini terbilang jarang dan hanya kalangan tertentu yang mampu memiliki sepeda ini. Untuk kasus sepeda ini mungkin karena keterbatasan suku cadang yang asli bawaan sepeda ini kemudian diganti oleh pabrikan atau distributor (agen penjual) dengan suku cadang merek lain yang sesuai dengan standar Eropa. Lalu apakah pergantian suku cadang yang tak sesuai dengan bawaan sepeda, apakah bisa dibilang menurunkan kualitasnya, belum tentukan. Saya lebih condong pada kegunaan dan efektivitas sepeda khusus pastur ini agar sang pastur lebih nyaman mengendarai sepedanya.
    Contoh lain yang saya temukan gini ki sanak Rendra, teman onthelis punya onthel fongers yang gir depannya bukan asli bawaannya. Karena gir obat nyamuk itu langka dan harga yang mahal , ia menggunakan gir YY bukan bawaan asli fongers, tapi tetap saja mantap bila dikendarai. Nah apakah kualitas sepeda ia bisa dibilang turun?…..Mungkin dari sisi atau nilai keorisionalannya akan turun. Kalau saya sih tak masalah yang penting ini sepeda G X 8 mantap dan unik….heheheheh. Mungkin juga bagi sang pastur, sisi keorisinalan sepedanya bukan masalah…..yang penting dapat mempermudah misinya…..Ini penerawangan saya lhooo…Saya yang awam dunia onthel ingin Ki Wongeres lan ki sanak Rendra mohon pencerahannya….
    “Jaminan mutu bukan terletak pada keorisinilan maupun yang terbaru, melainkan terletak pada manusia yang mengendalikannya”

  32. Para kadang sedaya, memang benar apa dikatakan beliau diatas…..tetapi seandainya (MISALNYA)saya adalah seorang kolektor , saya tetap berpatokan bahwa sepeda yg bermutu adalah sepeda yg ORISINIL atau 95 % orisinil ( paling nggak ban sudah diganti) , soale yen udah bosen, harga jual kembali tentunya akan “masih mahal”. Lha kalau misalnya saya hanya sekedar penghobi/penggemar naik sepeda , saya kurang peduli dengan keorisinilannya ….pokoke “ditumpaki nyaman lan enak”….lha kalau menurut Denmas Rendra lan Pakde Wongeres gimana, apa ya “terletak pada manusia yang mengendalikannya” , mengendalikan apa ya? Mengendalikan sepeda opo mengendalikan harga?…………..repot njih?

  33. @Mbah Nolo dan PakDhe Rangga, ini memang sebuah dikotomi yang melelahkan. Dua-duanya benar jika sesuai konteksnya. Oleh karena itu, sebelum memulai diskusi tentang sepeda, kita mesti membedakan terlebih dahulu dengan tegas: apakah kita sedang belajar mengapresiasi sebuah karya desain sepeda (dalam hal ini orisinalitas menjadi prioritas), atau sedang memandang azas manfaatnya saja (di sini sepeda bersifat customize, sehingga semakin nyaman sesuai kebutuhan pemakai dipandang semakin afdol).

    Sebagai misal, sebuah sepeda Humber FA 24 yang orisinil dan mulus tengah dikerubuti para kolektor. Semua berdecak melihatnya. Tiba-tiba mereka mendapati bahwa tempat pompa yang seharusnya menempel di framenya tidak ada. Mereka menyayangkan dan kecewa. Tetapi, tiba-tiba pemiliknya datang, memakai sarung, hendak ke masjid. Ditanya tentang kenapa tempat pompanya tidak ada? Dengan enteng ia menjawab bahwa tempat pompanya sudah digergaji karena berkali-kali sarungnya kecanthol olehnya hingga robek! Dengan ketiadaan tempat pompa itu, para kolektor memandang nilai sepedanya jadi turun. Bagi pemilik, nilai kenyamanannya meningkat. Sekali lagi, semua benar.

  34. @mas Farid.. apa kabar mas ,Jerman tdk ada banjir dan gunung njeblug to..hehehe.. lama tdk denger cerita2 onthel diluar sana mas.. kalau berkenan sy mau lho dikirim ft2 Gazellenya utk menambah referensi.. nuwun. salam
    @mas Ranga.. sy blm pernah je main ke Korya, tp ada temen kolektor yg tinggal disana.. dan pasti sdh tinggal sisanya…
    @ mbah Nolo, iya semua memang masuk akal dan benar.. tergantung dari sudut pandang kita masing2… ada yg ber”argu” berdsarkan fungsi, ada yg berdasarkan pakem ( aliran “ori”) dan bahkan mungkin harga dll… malah jadi inget crita jaman duluuu banget yg pasti kita semua pernah dengar.. ada 3 orang buta diminta menjelaskan bagaimana bentuk seekor gajah, padahal masing2 pegang bagian tubuh gajah yg berbeda.. bisa dibayangkan apa yg mereka katakan… hehehehe…

  35. @halo gus Watu lapak “ron Genduru” piye kabare cak… ngilang kok ga ngajak ajak…salam

  36. @Kangmas Qly

    Wah, sekarang makin sibuk, tugas makin banyak ya. Jadi jarang mampir 🙂
    Mencermati bahan-bahan sparepart sepeda juga sebuah keasyikan tersendiri. Menurut pengalaman, keteng dan jasbeschermers dari linen, perlak/lakdoek (kanvas yang dilapisi lak) itu pada pemakaian normal awetnya juga luar biasa lho. Dibandingkan keteng dari bahan besi, selain tidak berkarat, lakdoek ini jarang nggepok rantai dan antipenyok. Saya punya sadel ‘Fongers Senopati’ dengan bahan yang sepintas memang mirip plastik ini, bagaimana tidak luar biasa karena diduduki berpuluh tahun bisa bertahan tanpa sobek/getas?

    Ban Schwalbe yang konon dilapisi serat kevlar (bahan yang sama biasa dirangkap berlapis pada rompi anti peluru) itu juga istimewa. Jika biasanya seminggu sekali kita harus memompa ban, menggunakan ban ini cukup sebulan sekali saja memompanya (walah, kok jadi beriklan ya).

    Dahulu, ketika sumberdaya alam masih berlimpah, orang mendesain produk dengan mengutamakan keawetan. Sekarang, kompetisi harga pasar melahirkan banyak produk yang istilah Mbah Tris: “ngoyak/mentingke gambar wae” tanpa mempertimbangkan kelayakan dan keawetan masa pakainya.

  37. Mas Wong, Mas Rendra dan teman-teman onthelis,
    berita merapi, tsunami mentawai, banjir jakarta, tawuran2 agak lambat sampai ke saya tapi berlipat ganda hebatnya lebih-lebih jika diwartakan koran sini. Jadi teringat parlemn Swedia (?) Memuji kerukunan multikultur kita dan hendak datang utk belajar langsung. Menjelang keberangkatan mereka, terjadi tawuran bberdarah antar etnis.
    Mbah Marijan saya ikuti liwat metro tv, detik com. Mbah Mar diberitakan jenazahnya ditemukan dlm kondisi sujud. Wartwan vivanews yg meninggal itu trnyata adik kelas saya. Semoga semua korban khusnul khatimah dan yang ditinggal diberi kelapangan dan kesabaran, serta kita bisa memetik hikmah dari kejadian ini.

    Foto Gazelle Jerman segera saya kirim.

  38. @ Kang Wongeres
    Dibandingkan Gazelle 9X, saya kok tetap masih suka dengan alternate model-nya yakni Gazelle 8V. Meskipun mirip jengki, tetapi desain gapit tetap serasa lebih sensasional sebagaimana pada Simplex Kruisframe yang berhasil menenggelamkan keberadaan Simplex Abbey Fiets. Minggu lalu lihat Gazelle 8V dari seri 6 dan seri 10 di tempat Pak Yudi Kasim, benar-benar cantik dan manis…

  39. @ Boss Rendra
    Suatu ketika kalau bisa diadakan Pameran Aneka Sepeda Onthel Kruisframe pasti luarbiasa menarik. Gazelle 9X dan 8V, Simplex Zweefiets dan KF, Locomotieve KF, Eysink KF, Humber Duplex, Raleigh CF, Magneet KF, Triumph CF, Fosters CF, Juncker KF, Burgers KF, Dll. Ayo Pak Rendra jadi promotornya he..he..he..

    • Pak Sahid, Burgers Deventer boleh ikut nggak? Kan masuk ‘sepeda religi’ juga.

      Di Potorono masih sering ditemui sepeda gapit berbagai merek, mulai Teha, Batavus, Burgers, Simplex, bahkan Gazelle. Tapi biasanya gapitnya dari bambu, dipakai para petani ke sawah. Hahaha…

      • Boleh saja Pak he..he..he..konsepnya berarti Pameran Sepeda Pastur: Kruisframe & Abbey Fiets. Wis yuk digagas nanti ditawarkan ke Bentara Budaya atau pameran sendiri di Jogja Gallery ex-Soboharsono. Promotornya Pak Rendra dan Kuratornya Pak Wongeres…saya penonton saja he..he..he..

      • Oh ya tokoh sepeda kruisframe Indonesia ya Pak Ashar Yulianto dari Kendal…beliau memiliki sekitar lusinan sepeda palang berbagai merek dan jenis…

  40. Sahabat onthelis seluruh Nusantara,
    masih dalam keprihatinan mendalam, mari kita hayati kembali tekad dan semangat para pemuda Indonesia 80 tahun lalu yang tertuang dalam Sumpah Pemuda. Satu Nusa, satu Bangsa, satu Bahasa: Indonesia. Semoga kebanggaan yang sama mampu membangkitkan semangat persatuan dan tanggung jawab kita dalam mencintai tanah air ini sebagai bagian dari semesta.

  41. Mbah Nolo Klabang

    @ Ki Wongeres Opoto
    Lahhh gimana too, diajak serius kok bercanda. Ikuatan goyonan ahhhh, masih ada satu lagi ki wongers yang sering ditemui ditempat saya yaitu sepeda porogapit yang sering dipakai murid SD…hehehe
    @ Ki Wongeres Menurut penalaran atau logika mbah nolo, pemecahan dikotomi penghobi dan kolektor yang melelahkan itu sebagai berikut :
    Semua onthelis adalah penghobi dan suka onthel. Sementara onthelis bukan kolektor.
    Atau
    Semua onthelis adalah penghobi dan suka onthel. Sementara onthelis adalah kolektor
    Ki wongeres ini hanya gegojegan juga lhooo…….jangan serius….

    Gini ki wongeres bila melihat kondisi bangsa kita saat ini, yaa apa masih punya kebanggaan. Diluar sana kita terkenal sebagai terkorup, pertikaian antar suku, tawuran anak sekolah, pengangguran, kemiskinan, keadilan dan seabrek lainnya. Sementara kita tak punya pimpinan yang menjadi contoh atau keteladanan. banyak anak sekolah dan generasi muda yang tak hapal teks sumpah pemuda, termasuk saya…..hihihi…

  42. syukur lah kalau mas sahid selalu menjadi generasi muda, minimal kami pecinta onthel akan merasa nyaman selalu.

  43. ralat : mohon maaf atas keteledoran saya kepada mas sahid, bukan maksud saya berkomentar kepada mas sahid ada kesalahan membaca komentar saya, sekali l;agi mohon maaf u mas sahid. nuwun

    • Mas Faj, Pak Sahid kan memang masih muda. Saya panggil Pak juga biar kalau ketemu murid-murid dan staf beliau tidak kikuk. Begitu juga Pak Rendra. Jiwa dan usia masih muda, baik hati pula. Hehehe… Sumangga dilanjut Mas, kok terus nggak jadi komentar.

  44. @ Dimas Faj…he..he..he..

  45. sepedahe apik tenanan….krik..krik..

    • Wadhuh, Kyai Lapak, lha kok terus pakai krik…krik… ini sanepo apa ya? Jadi ingat komputer jangkrik. Hehe…

  46. humbermania defoc 0905

    sugeng enjing mas noor,ngaturaken belo sungkowo kagem mbah marijan (nyuwun sewu titip pesen).Ngomong2 temen2 opoto apa ada yang mainannya sepeda england mas.Pengin sih punya yg holland,varangkhali ngoempoelke mutik dulu,he3.Saya jadi ingat petuah orang tua dulu ” Yen holland ojo adoh-adoh”.Salam

    • Sugeng enjang, Kangmas Hari. Maksudnya buat keluarga yang ditinggalkan ya. Mereka semua ikhlas melepasnya, sebagaimana alm juga sudah siap menyempurnakan kehadirannya di dunia.

      Dalam beberapa hari ini saya memang masih terngiang kalimat-kalimat alm semasa hidup seperti kesaksian beberapa orang di koran/tv. Meskipun sepertinya asal, tapi sesungguhnya pemilihan kontras-kontras katanya itu bermakna dalam. Misalnya ia berkata: “Karo Merapi iku ora usah wedi, ning ojo wani-wani” (terhadap Merapi itu nggak usah takut, tapi jangan berani-beraninya/sembrono). Atau komentarnya yang lain berhubungan dengan popularitas, kamukten, atau nama baik: “Enake milih jenang opo jeneng, yo?” (sebaiknya memilih jenang atau nama ya?). Lalu pendapatnya tentang media: “Sing cilik dadi gedhe, sing apik dadi elek”. Maksudnya, yang dibesar-besarkan di media seringkali faktanya hanya kecil, sementara seorang yang baik bisa dikesankan jelek.

      Dalam skala lebih luas, mestinya apa yang ditunjukkan alm di akhir hayatnya bisa menginspirasi kecintaan kita terhadap tanah air. Tentang keengganannya untuk turun mengungsi, alm mengatakan bahwa kalau ia turun nanti bakal jadi omongan, seolah hanya mau enaknya, tidak mau susahnya. Baik atau buruk inilah rumah saya. Begitulah ia menghayati pilihan hidupnya sebagai satu paket yang harus dihadapi secara tulus dan teguh, hingga akhir hayatnya. Dan tentang jalan kematian, ia sempat bilang: “Nek arep mati iku ora usah kakehan polah, ning kudu kreno-Allah” (kalau mau mati itu jangan banyak tingkah, melainkan harus demi/karena Allah).

      Mas Hari, Mbah Maridjan itu holland yo ora adoh-adoh, ning ‘pendakian personalnya’ (istilahnya Kompas) kok ya mumpuni ya…

  47. horeeeeeee mau ada pameran sepeda onthel yg aneh aneh (X frame, gapit ????????) …senengnya saya bisa ikut nonton itu semua…..hayo Den mas Sahid, Denmas Rendra, Pakdhe Wongeres ……..laksanaken …he he he he ……kayak inspektur upacara saja nih……D Jogya ? Iya lah….dan mohon disediakan truk untuk ngangkut sepedanya itu tuh….sepedanya Pak Ashar Yulianto dari Kendal atau Pak Kasim…….boleh ya pak kawula nderek mirsani………

  48. humbermania defoc 0905

    informasi saja mas noor,sy sudah bikin blog,hanya mungkin belum sempurna banget,maklum saya termasuk penganut faham ‘gap-tek isme’,content bebas,mau bicarain onthel,arsitektur/interior,kuliner,human interest,monggo samio pinarak wonten : http://www.halumointerior.wordpress.com
    salam buat temen2 opoto dan pojok.

    • Mas Hari, saya sudah mampir ngombe lho. Tapi clingak-clinguk kok belum ada tuan rumah yang menyambut? Yah, nanti saya mampir lagi 🙂

  49. @Mbah Nolo
    Ada komentar alm Mbah Maridjan tentang perbedaan antara orang bodoh dan orang pintar. Hayo, siapa tahu?

  50. Tangan saya ngacung duluan nih Pakdhe Wongeres.
    Orang bodoh akan takut dikatakan bodoh, mulane terus keminter.
    Kalau orang pinter : yen wedi ojo wani wani, yen wani ojo wedi wedi….mengkono pituture………….he he he he…mugo mugo salah…..lha sing bener kados pundi? Kepriben ?

  51. Begini. Ini asli kata alm Mbah Maridjan: Kalau orang pinter, sudah punya dua pun masih merasa kurang. Kalau orang bodoh seperti saya (begitu katanya), diberi satu saja sudah bersyukur.

    Nah, kira-kira ini berlaku di dunia peronthelan nggak ya PakDhe? Hayooo… siapa yang merasa belum pinter? 😀

  52. Mbah Nolo Klabang

    @ Ki Wongeres Opoto
    Karena ini hari sumpah pemuda, mbah nolo jadi ingat pelajaran sejarah, ketika itu sebelum sumpah pemuda didengungkan banyak pemuda-pemudi berorganisasi berdasar kesukuan, ada Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Sunda, dll. Setelah adanya politik etis mereka sadar bagaimana caranya untuk mempersatukan bangsanya dan berjuang demi nasib bangsanya.
    Tapi keadaan kita sekarang pripun njih ki wongeres. Mungkin kita bisa mencontoh kesetian Mbah Marijan, demi mengemban amanah dari rajanya mbah marijan setia dan memikul tugasnya hingga darah penghabisan. Mbah Marijan menolak mengungsi, ia memilih mati ketimbang lari. Menurut mbah marijan,lebih baik mati demi menjalankan tanggung jawab dan lebih terhormat, dari pada hidup ia berkhianat. “mergo wis saguh, yo kudu lungguh sing kukuh ora mingkuh” Ini menurut mbah nolo merupakan keteladanan sejati seorang pemegang amanat yang sulit dicari tandingannya. Inilah nilai-nilai kejuangan yang dulu ada dan dimiliki oleh para pemuda dan pejuang saat itu.
    Contoh tokoh panutan lain adalah Bung Hatta, beliau memegang teguh prinsip. Ketika prinsip beliau tidak sejalan dengan Bung Karno, beliau memilih mundur sebagai wakil presiden. Tetapi selalu tidak bermusuhan dengan Bung Karno. Kedua tokoh ini saling menghormati. Nah hal-hal itu yang tidak ada pada pemimpin kita saat ini. Keteladanan dari pemimpin bangsa saat ini seperti barang yang langka njih ki wongeres…..

  53. Mbah Nolo Klabang

    Ki Wongeres Opoto

    Mbah nolo yang belum pinter ini kok jawabnya yaaa ada di pemecahan dikotomi tadi ki wongeres….selain itu yaaa hawa nafsu juga mempengaruhi…Musuh yang paling berat yaa hawa nafsu itu kan….Waahhh bingung aku, memang dunia onthel itu dinamis dan penuh misteri…

    Ketimbang bingung-bingung, sedulur onthelis mungkin dengan keonthelannya mampu memberi teladan bagi siapa pun, baik bagi pejabat, pemuda, anak sekolah, dan masyarakat lainnya. Menunjukan rasa persatuan, kebanggaan, harga diri, nasionalisme, dan lain-lain. Kan banyak komunitas onthel dengan beragam nama tetapi tetap bersatu padu…..banyak acara onthel di seluruh nusantara digelar, pesertanya ribuan. Tanpa melihat latar belakang dan perbedaan mereka menunjukan rasa persatuan yang tulus.

    Kata ki sanak Rendra : onthel adalah alat komunikasi yg sangat effektif dan mampu mengharmoniskan berbagai perbedaan yg ada, bahkan perbedaan itulah yg jadi bumbu perekat yg sangat kuat…
    Atau kata ki wongeres : dengan onthel kita melebarkan dunia tegur sapa…..
    Hehehee ….ini penerawangan mbah nolo si klambi ambang (klabang)….

    • Mbah Nolo, tapi jangan lupa lho bahwa nafsu juga merupakan salah satu yang membedakan manusia dari makhluk lainnya dan yang menjadikannya sempurna. Kalau tidak ada nafsu, kita ibarat mati sebelum ajal. Manusia juga akan cures alias punah, seandainya tidak ada nafsu apa hayooo…? 🙂

      Ujian bagi manusia sebagai makhluk multidimensional ini kan menciptakan keselarasan dari semua unsur (termasuk yang saling berlaga dan bertentangan) di dalam dirinya menjadi sebuah kebajikan yang dinamis di muka bumi.

  54. Saya tadi kebetulan ada acara rapat di Cangkringan…ternyata suasananya ramai banget. Bersukurlah di negeri ini masih ada rasa solidaritas sosial yang cukup tinggi. Apapun organisasinya dan apapun motifnya, yang pasti kehadiran mereka disana sangat membantu masyarakat.

    Teman-teman Podjok pada hari Minggu besok berencana menyambangi Cangkringan dengan pola “minus one” yakni naik truk kemudian turun ngonthel menjelang satu kilo dari lokasi he..he..he..mohon dimaklumi topografi Cangkringan memang bukan untuk onthel…

    • Pak Sahid, setelah erupsi eksplosif yang sempat memperluas zona rawan semalam, apakah perlu beberapa penyesuaian? Pagi tadi trotoar kota sudah putih semua oleh abu vulkanik…

  55. keren banget sepeda gazzele nya mas, kalo sepeda TEHA hartog ada ga pembahasannya? soalnya aku baru beli sepeda teha merknya

    • Mas Andre, selamat atas sepeda barunya. Teha, Hartog adalah sepeda yang diyakini memiliki rangka kuat. Itu salah satu alasan mengapa dahulu banyak disukai para petani, di samping harganya tidak semahal merek-merek premium. Kalau saat ini, mahal atau murahnya bergantung pada keutuhan, orisinalitas, dan penampilannya. Tidak percaya? Silahkan Tehanya dirawat, dikomplitin, niscaya beberapa orang yang menyalipnya akan tergiur untuk menawar. Hehe…

      Sebenarnya di Potorono ada sepeda Teha dames, tapi pemiliknya sedang memangku tugas di luar kota, jadi sepedanya digantung saja.

      • makasi mas infonya, bedanya teha hartog sama teha dames apa ya? oya di daerah jogja dan sekitarnya , pasar sepeda ato onderdil (klitian)bekas di mana aja ya mas?
        aku baru baca artikel yang pasar pandak. jadi kepengen mampir, selain pasar itu denger2 di prambanan ya? selain 2 tempat tadi ada lagi ga mas?

      • wongeres OPOTO

        Mas Andre, dames itu (bhs Belanda) maksudnya perempuan. Onthelnya Mas Andre itu Teha untuk pria (heren). Pasar Prambanan? Ok deh, nanti minggu-minggu depan kita upload sebagai pelengkap informasi klithikan. Sering mampir saja di angkringan ini.

  56. @Denmas Sahid…..berbagai bentuk tanda keprihatinan, turut berbelasungkawa ataupun kepedulian thd fenomena alam Gn Merapi memang bisa direalisasikan dg bantuan materi dan juga bisa dg bantuan moral buat yg lagi terkena musibah….alhamdulillah dari kerabat onthel Jogya bisa memberikan kedua duanya….tetapi walaupun cuma 1 km ke arah Cangkringan mestinya juga harus tetap eling lan waspodo…….kami doakan agar selamat dalam menjalankan misi sosial ni. Kami juga sedang melakukan penggalangan dana buat korban letusan Merapi dan insya Alloh akan kami salurkan melalui badan sosial yg ada di sekitar kami……..
    @Pakdhe Wongeres…..yahhhhhhh…berarti saya termasuk “orang pinter” dong ? (versi mbah Marijan), tetapi jangan katakan saya “serakah lho” ya Pakdhe….ini hanya menuruti “panggilan jiwa”. Sejatinya sepeda saya cuman SATU lho Pakdhe…….SATU dirumah, SATU dipajang diruang tamu, SATU di garasi, SATU di gandok wetan, SATU di gandok kulon, SATU di dapur, SATU dititipkan tetangga, dan SATU dikasihkan teman….hi hi hi hi hi …ini cuman becanda lho…..kata orang (?) becanda adalah pertanda masih ada kehidupan……….nuwun

  57. Mbah Nolo Klabang

    hehehehee, ki Wongeres memang top markotop, ga percuma punya onthel yang unik dan huapik tenan, apalagi yang mengendarai ki Wongeres jan klop tenan, katon wibawane…..

    Lah nek jangankan dua, satu pun tak punya seperti kulo niki, berarti mbah nolo orang yang sangat-sangat bodoh alias goblok sanget…hihihihi neng sok keminter….hahahaa. Nek ada acara ngonthel kan orang tua seperti saya ini bisanya hanya dipinjamkan dan meminjam teman….untung ada yang baik hati

    Ngomong-ngomong ki sanak Rendra itu orangnya baik hati ya ki wongeres. Wah mbah nolo jadi menyesal, sering membantah komentarnya. Mbah nolo jadi pingin kenalan dan ketemu ki sanak Rendra, uhuk,uhuk,uhuk….mau pinjam onthelnya , uhuk, uhuk, uhuk, rumahnya di depan kantor polisi itu kan ki Wongeres, uhuk,uhuk,uhuk jadi batuk lagi, maklum udah tua….hihihihihi..

    • Kalau Mbah Nolo tidak punya onthel barang satu pun, itu namanya bukan bodoh, tapi bohong. Lha Mbah Putri yang bilang ke saya, katanya punya Batavus kok 🙂

      Pak Rendra memang baik hati. Tapi setahu saya rumah beliau bukan di depan kantor polisi. Justru kantor polisi itulah yang letaknya di depan rumah beliau… ??^#%*! Wis, mbuh ah! 😀

  58. Sugeng enjang sedoyo, wah mantap x-framenya om Wong, saya masih jauh dari angan2 untuk bisa nyawang yang seperti ini.
    Btw, pagi ini sepertinya acara ngonthel keliling JEC dibatalkan, saya coba ngonthel pakai masker kok ya tetep pedes di mata, kemebul diubal2 bis kota abunya. Semoga kondisi Merapi yang sedang “mbangun” segera kembali seperti sedia kala. Salam dan Monggo.

  59. Horeeeeeeeeee Mas Bantoro udah mulai ngonthel…….bertambah lagi kerabat “jenis manusia yg suka onthel” (pinjam istilah Pakdhe Wongeres)…..cuman hati hati Mas , tangan kanan yg di stang sepeda jangan diputer( onthel dudu motor lho mas)………dan pengalaman saya kalau ngonthel juga wajib ijin sama permaisuri di rumah….sukur sukur permaisuri bisa atau mau ikut ngonthel sarimbitan……koyo mimi lan migoreng……hehehe……..

  60. @Mbah Nolo Klabang……wah kayaknya (menurut saya) Mbah Nolo Klabang itu nggak pernah membantah komentarnya Kisanak Rendra, hanya Simbah memberikan “opsi yang berbeda” yg berarti ada perbedaan persepsi yg sangat wajar diantara panjenengan berdua para kadang winasis, justru semua itu akan bisa menyemarakkan angkringan ini lho mbah. Sekali lagi ini “menurut saya ya Mbah. apabila saya salah, saya mohon MAAF…….gitu ya Mbah…….semoga mbah sehat sehat selalu, senantiasa mandapat rahmat dan karuniaNYA………nuwun

  61. Pakde Rangga bisa aja hehe, di papua sudah modern kok, nggak pakai koteka…tapi sudah pakai pralon (hehe soyo ra karu-karuan)…saya ngepasi libur macul 2 minggu “nutukke” acara nggenjot onthel tiap pagi setelah nganter anak sekolah (sayange anak wedok malah ngancam bakal ngambek kalau njemputnya pakai onthel…katanya “isin karo konco-konco”…welah). nDilalahnya kok konco wingking malah mesam-mesem, sajakke kraos tambah harmonis menawi bibar ngonthel hehe……salam saking Ambarukmo Pakde..

    Om Wong, selalu ditunggu ulasan tentang Humber, pengen ngansu kawruh, suwun…syukur2 kepareng bisa sowan potorono barang sebentar.

  62. Mbah Nolo Klabang

    hahahaha, isin aku, konangan ngibule karo ki wongeres. Ah itu sepeda jauh dari kata orisinil….apa adanya kok ki Wongeres.

    Amin, maternuwun doa lan wejangannya ki sanak ronggo…..hehehee…kulo sing ora duwe unggah-ungguh, kulo njih nyuwun ngapunten..moga-moga juga sehat selalu, bisa ngonthel selalu tiap hari minggu di depok yang syahdu…

  63. @Pak Bantoro
    Oh, lagi di Jogja ya? Iya, semalem kramas abu. Semoga segera lerem. Sumangga, kapan ketemuan. Saya kenalkan teman-teman. Humber yang elek-elekan (ora elek temenanan) pasti jadi klimis lagi karena sering dipakai. 🙂

  64. Matur nuwun om, iya kebetulan di jog seminggu ini. Siap gabung ikut ngrusuhi kalau2 pas ada acara ngonthel (bukan kramas abu…apalagi nyoto campur abu..hehe). Saya kontak via hp saja. salam

  65. bukan main, sajian sepedah apik.guyonane poro winasis..blajar sepedah ditambah..blajar budaya adiluhung….nyampar kesandung!

  66. @halo mbah nolo durti apa kbr… sy sdh siap strat ke bund HI nih..ayo btavusnya di jajal ..sy tunggu njih mbah…uhuk..uhuk…hehehe

  67. Mbah Nolo Klabang

    Uhuk,uhuk Kisanak Rendra jangan salah terka entar jadi perkara, kalau udah jadi perkara entar simbah perkarakan lhoooo, uhuk,uhuk….waahhh pit batavus simbah dikampung , di rumah hanya bisa nyawang mbah putri….

    begini Kisanak Rendra :
    Abang abang gendero londo, ngetan sitik warung soto catnya biru
    Klambi abang dudu go tondo mata, simbah nolo mangan sroto sambil belajar baca koran baru.

    Hahaha….pite ki wongeres pit silang nek disawang bikin pikiran melayang hingga ke awang-awang sampai ke negeri jepang lalu pulang diberi sayur jipang oleh mbah putri tersayang. Karena hanya bisa nyawang pit silang akhirnya yang disawang mbah putri sayang lalu simbah timang masuk kedalam kandang pikiran pun melayang bagaikan mengendarai pit silang……hihiihi, uhuk,uhuk, uhuk, duh tobat tobat mangan soto babat, bengeknya simbah kumat…

    Pit-pitan ayo do pit-pitan. Mubeng kutho, padesan lan alam pegunungan.
    Pit-pitan ayo do pit-pitan. Sambil ngontel yo do gegojegan nek wis gegojekan ojo gampang nesu mengko simbah parangi sengsu karo duku.

    Ipat ipit ipatinah nek ngonthel banjur lalu ngomah ketemu mbak khotimah teman kampung sebelah…hihihii…njur nek tekan ngomah digawake godho karo wong ngomah…..hahahaa

  68. @hwalaah mbah Nolo Durti jebul pinter gawe parikan yo… tp sy kok ga mudeng maksude, maklum durung nggaduk..iki parikan, puisi opo kidungan njih mbah… tp udhlah sing penting marai “seger”…hehehe
    lha nek Batavus ditinggal di kampung trus nek pengen pit pitan di keramaian ibukota pripun mbah.. nek kerso pit pitan teng padukuhan kulo njih mangke kulo cawisi pitipun…otreee..

  69. the special one…top markotop…siiiip spatu hansip…

  70. Nah,varian sepeda2 yg spt ini yg ditunggu2 para penikmat onthel,tp ada 1 hal lg yg sebenarnya lbh ditunggu2,yaitu koreksi harga. Maklum hrg2 baik spd utuh ataupun onderdilnya saat ini jg sdh msk kategori awas,tinggal nunggu erupsinya. Slm buat senior2 pak bakrie,pak rendra,pak sahid dan tentu saja tuan rumahnya pak wong fei hung.

    • Halah, Mas Gupliex. Nggak kebalik nih? Ayo Mas, silahkan jadi pionir dalam koreksi harga dengan cara mensuplai barang-barang murah berkualitas! 😀
      Salam onthel dari Potorono Mas.

  71. @Kasinggihan Gus Wong..kok sepedahe apik temen ( sampek ngences..tos..tos..) lha trus background-e niku wonten pundi…Londo ( masiyo inggris,jerman,belgia yo tetep londo hehehe..) nopo wonten Indonesa..mening banget!
    @ Gus Rendra….tambah nopo malih Gus…

    • Kyai Lapak, ini sepeda Walanda yang kesasar ke Potorono, kawasan persawahan yang digerogoti pemukiman. Hehe… Bukan cuma parine ayu-ayu, prawane ugi lemu-lemu… 🙂

  72. suwun mas noor senggolannya,untuk mas sahid dan FEB UGM bravo untuk program pemberdayaan masyarakat korban merapi (bareng Republika),semoga migunani.Jadi pengin pulang yogya,cuma kalo disambi gowes ke umbulharjo cangkringan ya jimpe juga (salam buat temen2 podjok)

  73. sugeng enjing mas bantoro,semoga abu merapi membangunkan rutinitas pagi,penikmat humber juga nih.Humber saya ya mung waton iso ditumpaki,penak dan nggak ngerongrong,terakhir malah dapet philips di bukittinggi agustus kmr.Mustinya bukan humbermanis lagi,tapi englandmania.Di solo dapet jengki humber-deluxe (batangan,slebor dan ketengkas) th 2009,di bkl si oom pojok beteng kulon dapet jengki humber-taiwan (krn tampilan catnya kurang sreg,mlh sy modif dicat pearl-white ditambah presneling shimano,nanjak biar ndak pegel) ok salam

    • Pak Hari, kalau dikategorikan saya ini belum termasuk humber mania lho Nggih, msh sebatas fungsi dereng masuk wilayah nguri-uri, la wong kebetulan nemu humber seri AN (?) di jl imogiri timur, setelah dicoba kok cocok sama anatomi betis saya, ya akhirnya diboyong pulang walau masih banyak PR ke klithikan, nyari2 tambalan yg ori. Pearl-white? welah pasti cakep dan suegeer tampilannya. salam dari jogja.

  74. @Pahdhe Wongeres….bener khan Pakdhe. semua orang bilang bhw X frame G 10 punya Pakdhe bener bener apuikkkk tenen lan aeng…kemarin hari Minggu dulurku (pak Hari Budi)ngonthel bareng….beliau mbisiki saya : Mas, onthele Mas Wongeres sing X frame didol ora yo? Saya njawab : Yen Mas Budi kerso yo mesthi didol , nanging yo mesthi kudu sabar …nunggu Mas Wongeres bosen . Terus kapan lehe bosan yo mas? Saya bilang : wis to kapan kapan yo maturo dewe tindak menyang Potorono. Mas Budi manggut manggut……mlongo…kemleceren.
    @Pakdhe Wongeres lan para winasis onthel ingkang minulyo…..saya mau “nyuwun pirso” nih…kemarin saya “nemu” Gazelle dg nomer rangka (angka dibawah sadel) 766117…….kira kira onthel tsb keluaran tahun berapa njih?
    Saya pernah baca di internet panduan atau acuan tentang onthel Gazelle…tetapi saya cari belum ketemu lagi Pakdhe, maklum saya tipe orang yg gatek IT, kalau nggak salah yg nulis Denmas Said….kados pundi?
    Salam buat sedaya kerabat onthelis Yogya dan sktrnya, semoga selalu sehat sehat saja dan selamat dari fenomena lam yg sedang terjadi.

  75. @ ki Watu lapak..kok ora wani nganggo Branjang kawat sejak Merapi ereksi…eh erupsi yo…( konon menurut legenda kyai Branjang kawat bersama kyai Sapujagat dan Nyai gadung Mlati…beliau para penjaga merapi yg tdk kasat mata), sy tdk nambah apa apa Gus ,msh fokus nyandhangi burgers dulu..hehehe
    @ nyuwun sewu Pak Sahid dan mas Bagus kalau sedikit sekedar mau bantu masker debu kira2 sy hrs menemui siapa di Jogja ya.. nuwun..

  76. @ Boss Rendra
    Bisa dialamatkan ke rumah saya, nanti saya serahkan ke Unit Kegiatan Mahasiswa di FEB-UGM untuk disalurkan ke pihak yang layak menerima bantuan.

  77. Mbah Nolo Klabang

    Sekali lagi yaa Kisanak Rendra, simbah bukan mbah nolo durti tapi mbah nolo si klambi abang alias mbah nolo klabang……

    Simak pantunnya mbah nolo kisanak dari Karawang :
    Ikan teri, ikan bawal.
    Ih penjalin dibuat kranjang.
    Ikan paus kok amis baunya
    Siapa durti, simbah ga kenal.
    Nih kenalin si klambi abang dari tanah abang
    Batavus itu sepeda onthelnya….

    Hehehee nek simbah pinjam simplex gapitnya yang tenang di padukuhan ki sanak itu bisa ga yaaa hihihihi…..soalnya simbah jadi mlongo lihat itu simplex gapit yang sip markusip pakai spatu hansip sambil pegang semprit….ngejar manuk emprit…

  78. @pak Sahid, Insyaallah Rabu sore sy tilp penjenengan. nuwun

  79. PakDhe Rangga, kami sudah ketemu Mas Bantoro lho. Priyayine pideksa dan awet muda. Kami ajak muter-muter kawasan Potorono-Plered blas ora sambat, malah masih lanjut sendiri pulang ke JEC. Kami juga ditraktir soto… jangan ngiri ya 🙂

    • Om Wong, bisa saja panjenengan itu..hehe.. lha wong mung waton melu ngonthel. Matur suwun sanget sudah diparengke ngrusuhi acara ngonthelnya minggu lalu, juga kagem sedoyo rekan2 OPOTO. Bagi saya tantangan terbesar sebenarnya adalah ” pasca nyoto trus lanjut ngonthel lagi” dengan perut “mbesesek” karena posisi soto masih di antara hulu dan hilir hehe..tapi itu jadi seni tersendiri ternyata, pokoke nyenengke tenan, apalagi selama ngonthel saya dapat ngelmu ngonthel dan ngelmu ttg kearifan yg mengalir “mbanyu mili” dari Om Wong. Suwun dan sampai ketemu lagi.

  80. bagus kurniawan

    Pak Rendra : Bila mau bantu masker atau yg lainnya bisa kontak teman2 Gelanggang Emergency Response (GER) UGM ini no kontaknya. Untuk informasi bisa hubungi GER bisa menghubungi:
    Laras 0852 381 690 16
    Hasnan 0852 286 080 08
    Fadhli 0899 996 5141
    Selaian masker yg dibutuhkan diantaranya perlengkapan obat-obatan untuk balita, alat sanitasi (sabun, pasta gigi dll).
    Mas Noer : saya sudah nengok rumah Mbah Pudjo dan keluarga tidak apa-apa, meski dlm radius 14 km dari puncak Merapi dan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) 4. Mas Noer diarep-arep kapan main dan ngobrol bareng.

    • Mas Bagus, selamat bertugas tanpa kehilangan kewaspadaan. Maturnuwun sudah memastikan Mbah Pujo sekeluarga sehat adanya. Iya, saya janji mau ngobrol-ngobrol lagi. Semoga situasi segera kondusif untuk jalan-jalan lagi ke atas.

  81. @mas Bagus..nuwun infonya… semoga Merapi segera selesai erupsinya. salam

  82. permisi mas2, om2 dan bapak2 semua
    saya mau tanya kalau sepeda onthel merk Golden Hero buatan negara mana?
    Terimakasih

  83. Yah….semoga Merapi segera selesai erupsinya, Denmas Rendrakkkami hanya bisa bantu doa…dan mengenai bantuan materielnya kami sudah sampaikan melalui badan sosial disekitar kami yg akan terjun langsung ke lokasi……….Denmas Rendra nggak terkena “ereksinya” Merapi khan? Ahamdullilah obat obatan dan masker yg ada di gudangnya Bu Dokter bisa dikuras buat yg sedang benar benar membutuhkan (anggapsaja cuci gudang)…semoga amal ibadahnya dibalas Gusti Alloh dg rejeki yg berlimpah ….@Pakdhe Wongeres salam buat Mas Bantoro, jangan bosan untuk ngonthel….biar awet muda (wah saya jadi ngiri dengan awet mudanya nih) …. tetapi biarlah…saya ngonthel juga agar “awet tua”…he he he he……..salam dari “kawula tua” buat “kawula muda”…mas Aat, Mas Tono dll……..menjalin persaudaraan yg hakiki(?)…kata orang DeFOC.

    • Pakde Rangga, Salam kembali dari sor Merapi nggih…monggo ngonthel terus, awet tua dan awet muda pokoke saling memberi semangat biar “ada bonus sehat” dibalik “per-ngonthelan”, suwun.

  84. @w_mo…..Salam kenal Kisanak ……Golden Hero ……kata mbah saya (waktu beli sepeda dulu) buatan India. Sepeda kesayangan saya buat harian ya sepeda Golden Hero tsb. (mohon maaf cerita sedikit njih). Pada waktu sekolah SMP kelas 2 dulu, th 1965 (jaman Gestapu) saya pakai sepeda Golden Hero warisan ayah saya (Guru). Th 1971 saya ke Jakarta , spd dipakai keponakan keponakan saya s/d th 1985 dan sudah itu nganggur digantung di dalam gudang Di Purwokerto sana. Th 2005 sepeda dlm keadaan berkarat bagaikan “besi tua” saya turun kan dan saya bersihkan, yg diganti cuman bannya doang,…sudah gitu saya bawa ke Jakarta…bisa ditumpaki dg nyaman dan sekarang sebagai sepeda kesayangan daripada sepeda sepeda yg saya punya. Kata mbah saya lewat Ayah saya (keduanya sudah almarhum) sepeda Golden Hero dames yg saya punya beliau beli pada tahun 1950. Gitu Mas w_mo sekedar pencerahan dari saya semoga bermanfaat…atau barangkali ada “cerita” lain dari kerabat onthelis lain …..kita tunggu.

    • @Mas w_mo dan PakDhe Rangga.
      Ternyata agak berbeda dengan pemahaman saya sebelum ini lho. Saya kira, kalau Hero itu pabrikan India yang bahkan juga merambah ke sepeda motor. Sementara Golden Hero saya kira dari Jepang? Coba nanti saya tanyakan para sesepuh…

  85. Mbah Nolo Klabang

    Soal kemulusan dan kemolekan sepeda Jepang, coba bisa tanyakan ke kisanak Rendra. Bukankah begitu ki Wongeres Opoto….Soalnya mbah nolo pernah dikirimi sepeda Jepang oleh Kisanak Rendra,,,,wahh jan marake ngiler…

  86. @Pakdhe Wongeres……apa yg saya katakan mengenai Golden Hero memang hanya sekedar informasi lisan dari para sesepuh kami, yg artinya saya belum tahu referensinya yg akurat , baik dari “orang lain” maupun melalui media yg lain…terus gimana nih Pakdhe mengenai sepeda yg saya “nemu” kemarin? Gazelle nmr rangka : 766117 , kira kira (pastinya) keluaran th. berapa njih? Saya belum dapat informasinya………

    • Inilah hikmahnya banyak bergaul dengan sahabat-sahabat onthelis. Selalu ada yang bisa didiskusikan untuk menambah wawasan. Soal seberapa penting dan bermanfaatnya wawasan itu, tentu bergantung pribadi kita sendiri. Saya janji akan saya tanyakan kepada para senior. Soal calon titihan barunya PakDhe Rangga itu (766117) mestinya produksi pascaperang, sekitar tahun 1948. Gazelle dengan nomor rangka kepala 6 di Indonesia sulit ditemukan, konon karena situasi perang, agennya cabut pulang kampung.

  87. Matur sembah nuwun…terima kasih…teng kiu….kamsia buat Pakdhe Wongeres Bubeng Tayhiap (pendekat tanpa nama), salam buat Denmas Rendra Tayhiap Kung Cu (pendekar budiman), salam juga buat Denmas Sahid Suma Han ( pendekar super sakti)….lho kok jadi gini? Wah slenco nih……ha ha ha ha …maaf baru ingat lagi cersilnya Kho Ping Ho, beliau juga mengatakan : diatas langit, masih ada langit…yang artinya kalau nggak tahu tentang onthel, tanyalah kepada yg lebih tahu…..begitu Kisanak Glagah Putih……..

    • @ Kanjeng Rangga Tohjaya
      Wah ternyata Bapak suka cersil juga…selain Suma Han dan anaknya Suma Ceng Liong, saya juga mengagumi tokoh Pendekar Suling Mas, Pendekar Naga Gurun Pasir Kao Kok Cu.

      Yang istimewa dari Kho Ping Hoo adalah mampu menyihir para pembaca untuk seakan-akan masuk dalam setting cerita sehingga melekat di ingatan sampai hari ini, padahal saya baca cersil waktu SD-SMP, salah satu heritage kota Solo yang luarbiasa he..he..he..

  88. Kembali ke diskusi Gazelle No 8…kalau saya check harga jual pada pertengahan tahun 1930-an, tipe ini berada di range harga menengah, yang paling murah Gazelle A dan yang paling mahal Gazelle 9X. Yang mengejutkan Gazelle 8V justru harganya terlatak di kelas menengah. Jadi beruntung kalau kita bisa memiliki Gazelle 9X karena merupakan produk flagship dari Pabrikan Gazelle pada jamannya…

  89. Wah, informasi peronthelan dari Pak Sahid selalu menarik. Berkaitan dengan harga premium sepeda tempo dulu, ada fenomena menarik juga. Sepertinya, varian termahal ternyata belum tentu berbanding lurus dengan kekuatan dan kesempurnaannya. Misalnya Swieffiets pada Simplex atau BB/CCG rem karet pada Fongers. Menurut Pak Sahid, apakah hal tsb terjadi karena launchingnya terburu-buru sehingga relatif belum melalui uji kelayakan, atau bagaimana?

  90. Fenomena produk gagal sebetulnya selalu terjadi di setiap perusahaan dimanapun di dunia ini. Biasanya selalu ada trade off antar dimensi produk, seperti misalnya Simplex Zweefiets yang mengutamakan “keunikan desain frame” tetapi mengorbankan “ergonomi”. Mungkin tidak bisa dikatakan gagal total, yang menjadi masalah pada Simplex Zweefiets adalah bilamana kita sedang berjalan kemudian berhenti mendadak karena ayunan frame akan ke atas dan dijamin “kedabikan” mencari posisi berdiri yang nyaman. Sedangkan saat melaju stabil rasanya unik kayak naik kuda besi he..he..he..kentul-kentul. ..

    Demikian juga dengan rancangan rem kawat Fongers, yang secara fisik indah, namun kurang efektif berfungsi pada kondisi rem mendadak, karena harus jungkat-jungkit dulu baru berhenti. Mungkin untuk jalanan datar tidak bermasalah, namun pada jalan menurun menjadi problematik karena daya dorong ke depan semakin kuat. Anyway, saya lebih suka rem kawat daripada rem botol, karena lebih sederhana dan bernuansa klasik berat.

  91. @ mas Bantoro:anatomi tubuh kita harus menyesuaikan Onthel atau sebaliknya ya.Ya kalau diruntut ‘awune’ lebih tua humber-e.Saya kemarin dapet sadel Gazelle di solo,saya gathukke dengan philips ex bukittinggi,he2 ternyata ‘nama’ membawa kenikmatan,ditumpaki mentul-mentul.Anatomi per sadelnya mungkin (apa begitu pak sahid?).
    @mas bagus kurniawan,salam tepang dulu,GER apa apa ada no rekeningnya ya mas,ini kan gelanggang mhsw ugm (kelingan jaman noroyono dulu).

  92. @ Pak Hari

    Sadel Gazelle yang model kulit…sepertinya berbasis produk Lepper. Menurut saya, produk Lepper itu adalah sadel ternyaman di dunia. Brooks sebetulnya juga nyaman, namun untuk membuat sistem pegasnya bekerja efektif, si pengendara sepeda harus berbobot di atas 90 Kg, baru kemudian terasa kenthul-kenthul…

    Sadel model zweef (zweefzadel) juga tidak kalah kenthul-kenthul, saya pernah menemuinya dengan merk Lemet, KLM dan Vieno…Namun sadel tipe ini lebih lazim digunakan pada sepeda bermesin…

  93. Karakter Merapi semakin sulit diprediksi. Pagi ini debu bercampur gas membubung sangat tinggi di atas puncak Merapi, bergulung-gulung menyerupai awan putih pekat, lalu bergerak memanjang ke arah barat.

    Sahabat semua, sudah saatnya kita melakukan doa dan sembahyang bersama sesuai keyakinan kita untuk memohonkan ampunan dan perlindungan bagi kita semua, khususnya warga Jogja, Magelang, Klaten, Boyolali, dan sekitarnya.

    Mohon sampaikan himbauan ini kepada semua relasi, utamanya para pemimpin ummat di lingkungan sekitar Merapi, agar jiwa-jiwa yang cemas mendapatkan pengarahan dan perlindungan di jalan yang benar.

  94. Bung Humbermania Defoc :
    Betul Mas ini kegiatan Teman-teman Gelanggan Mahasiswa UGM, termasuk para alumni yang masih berkegiatan disana seperti saya. Ini nomor rekeningnya : Bantuan berupa uang bisa disalurkan ke:

    Rek Mandiri Acc No 137 000 542 6727 an Laura Resti Kalsum,

    Rek BCA Acc No 169 182 1531 an Wulan Puspasari.

    yan masih perlu bantuan adalah barak-barak pengungsi di Boyolali sekitar Cepogo ada 3 desa yakni Tumang, Paras dan Soko, warga baru mendirikan barak pasca erupsi Senin, hari ini kami sudah drop sembako dan masker. Besok drop lagi.

  95. Mas Noer : Mohon izin pakai Blog ini utk sharing.
    Bung Humbermanifia DeFoc. Betul, ini kerja bareng teman-teman mahasiswa UGM dan alumni yg masih berkegiatan di Gelanggang Mahasiswa UGM seperti saya. Adik-adik mahasiswa kita support utk kegiatan sosial ini.

    Bantuan berupa uang bisa disalurkan ke:

    Rek Mandiri Acc No 137 000 542 6727 an Laura Resti Kalsum,

    Rek BCA Acc No 169 182 1531 an Wulan Puspasari.

  96. kawulo atas nama temen2 DEFOC turut prihati dengan kahanan merapi,yogya,magelang,boyolali,klaten dst.(ijin share ya mas noor).
    @ mas bagus : malam ini akan sy trf via mandiri,tks
    @ pak sahid : mungkin besok pagi ,juga akan ditrf unt sekedar meringankan beban pengungsi merapi,suwun pak.
    @ mas noor : semoga diberi kekuatan dan kesabaran bagi temen2 di ngayogyokarto,Salam

  97. @ semoga saudara kita yg tertimpa bencana diberi kekuatan dan ketabahan.. semoga bencana segera berakhir.. sangat turut prihatin.. salam

  98. Mas Humber Mania Defoc : Terimakasih Mas, sekarang Gelanggang dan Purnabudaya jadi barak pengungsi. Bantuan teman-teman Kagama DKI juga sudah berdatangan.
    Pak Rendra dan Mas Noer : Mbah Pudjo sementara juga harus ikut mengungsi ke Sleman barat menjauh hingga radius 20 km demi keamanan. Utk sementara base camp saya di daerah Manisrenggo utara Prambanan di tempat Pak Mardi Bakul Pits Pasar Prambanan

  99. Salam Teman -teman pencinta sepeda antik semua ,

    Diskusi yg menarik , semoga saya gak ketinggalan mengikuti yg sudah rekan-rekan sampaikan , semuanya menarik dan merupakan masukan yg berharga , memang Mas wong ngeres memang paling pintar membawa kita untuk berpikir dan menggali lebih dalam lagi apa yg telah kita pelajari dengan pertanyaan dan postulat pendapat beliau yg santai namun menggigit .
    Saya secara jujur baru kali ini menemukan diskusi sepeda campur awan panas dan letusan gunung ………wah seru dan panassssss……ha…ha….ha .
    Sungguh- sungguh terjadi !!! Inilah hebatnya angkringan Potorono .

    Wassalam
    YUDI

    • Pak Yudi Marcopolo, terima kasih sudah singgah ke angkringan ini. Mohon tidak keberatan memberikan pencerahan tentang diskusi angkringan seputar ‘penyimpangan’ model Gazelle ini Pak Yudi, biar wawasan kita semakin luas. Sumangga, Pak Yudi…

    • @ Pak Yudi
      Wah sang maestro sudah ikutan mampir, tambah gayeng ini…

      @ Ki Ageng Wongeres
      Saya coba studi pustaka, ternyata pada tahun 1939, Gazelle 9X dijual dalam 3 versi mengikuti frame yang digunakan yakni tipe P, tipe No. 1 atau tipe No. 8. Selengkapnya bisa dibaca di artikel cerita terbaru di web sepedaonthel…

  100. @Pakdhe Wongeres…sekedar informasi, minggu pagi seharian kami (sahabat sahabat anggota DeFOC) mencoba menggalang dana…dan alhamdulillah mendapat uang yg cukup lumayan buat sekedar meringankan beban sahabat sahabat onthelis ditelatah lereng Merapi, dan Insya Allok akan kami kirimkam via Kosti hari ini….dan banyak pula secara pribadi teman teman DeFOC mengirimkan bantuannya lewat badan amal yg ada di wilayah Depok dan sal;ah satunya via UGM yg dikelola Mas Bagusmajenun……semoga bermanfaat…..nuwun…dan tak lupa Doa dari kami selalu kami panjatkan buat keselamatan dan kesehatan saudara saudara kami yg kini masih ditimpa bencana Merapi….

    • Maturnuwun kawigatosanipun panjenengan sedaya. Terimakasih. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan ini, dan semoga semua yang diberikan mampu membangkitkan semangat untuk menghadapi segala cobaan.

  101. @wah pak Sahid ,matur nuwun infonya. salam

    • Pak Rendra, berarti kagungan ndalem Gazelle 9X, termasuk varian terbaik karena berbasis frame No. 8 yang memang memiliki mutu metalurgi lebih baik dibanding Gazelle P dan Gazelle No. 1. Nuwun.

    • Begitulah kalau Pak Doktor Onthel kita sudah membagi ilmunya. Singkat, padat, gamblang. Matur nuwun, Pak Sahid.

  102. wah wis pokok’e aaapik tenan,……………..slimming tea, trincing,lencir poll Gus Wong!

  103. @gus Genduru wis badar topo brotone tah..entuk wahyu opo gus? ..kamana wae atuh kang.. meuni ilang teras euy…

  104. mumpung merapinya lagi leren, ngonthel malem yo pak… udah kangen nih

    • Padahal Pak Deddy kemarin ngajakin tilik sedulur di Cangkringan ya. Bukannya siang debunya lebih mudah diantisipasi Mas? Soalnya kalau malam nggak kelihatan. Barusan tadi ada awan panas lagi. Masih cukup tinggi, disertai lava pijar. Mas Bagus Kurniawan apa masih bertahan di Prambanan ya?

  105. Gus Haji Rendra, saya agak loyo heehehehe….insyaalloh segera mulai lagi Gus Haji!

  106. @gud Genduru…ayo semangat dong….pancal Junckernya…

  107. Iya. Sumangga digenjot lagi. Rosa! Rosa!

  108. smoga merapi cepat sembuh dari batuknya…

    saya mau komen dikit…
    gazelle 9x ini mantep bgt… naksir berat saya, walaupun naksir juga sama 8v, tapi atmosfernya lain klo liat ni gazelle… pasti dibawa langsung dari belanda nih…

    untuk fitur2 gazelle belanda dan indonesia jelas berbeda, sy setuju pemikiran mbah2 dedengkot ontel diatas… bahwa gazelle muda Indonesia sepertinya menggunakan sparepart gazelle belanda seri lama… bandingkan saja seri 10 dengan varian sama di Indonesia tampak sangat old fashion jika di bandingkan dengan seri 10 di belanda…

    dan saya mau tanya sedikit… apakah benar no. 8 memiliki metalurgi yang lebih baik dari gazelle P…? setahu saya gazelle P merupakan varian terbaik gazelle, jadi seharusnya bukankah dibuat dengan bahan yang terbaik juga…?

    lalu mengapa pada 1930an gazelle A dijual dengan harga termurah… bagaimana dengan no.1 dan no.8 bukankah masih di bawah A,L,P?
    menurut saya sepeda sipil (dammes, heren) n0.1 dan 8 tetap dijual lebih murah dibanding A… namun klo varian tertentu ( kruis abbey cross transport sport) mungkin berbeda…
    tunggangan saya gazelle A heren 60 1936 soalnya (mencoba bela tunggangan), Hahahaha…

    ummm… jadi pengen blajar bahasa belanda, biar pisa paham gazelle dan kawan2… ada yg mau ngajarken…? Hahaha…

  109. Pak Noer, sugeng siang…menawi kepareng mau mohon shear foto pas ngonthel 2 minggu lalu, lumayan buat kenang2an per”ngonthel”an saya. Email saya : bantoro04@yahoo.co.id (bantoro kosong empat).
    Matur suwun dan salam dari Papua.
    @Om Aat, ngonthel mbengi saya siap om….setelah tgl 1 Dec nggih.

    • wa iki…
      gatele saiki, lhe nggaruk kon tgl 1 desember…
      suk desember ngontel, november juga. pripun pak nur, besok pagi ada ngonthel?

    • mas bantoro,sugeng enjing,bolak-balik papua terus puniko.Dos pundi humberipun,sae2 kemawon tho.Ini sengaja ‘ngedohi awu vulkanic’ atau tugas negara.Ok salam dari defoc

      • Pak Heri, sugeng siang saking papua, pengennya malah cedak awu pak, kumpul bareng anak bojo, tapi gandeng kebutuhan nggih kedah balik papua memenuhi tugas “kepala rumah tangga” nyari sesuap nasi. Sambil nunggu Blog-nya pak Heri komplit biar tambah gayem. Referensi ttg Humber sepertinya tdk sebanyak merk lain nggih? apa sy yang salah. Salam dan Matur suwun.

  110. Siap Gus Rendra n Gus Wong, tadi beres-beres..siap ngonthel besok pagi…unang uning unong…thing nong…..Cirebon serbuuuuuuuuuuuuuuuu!

  111. @Mas Bantoro

    Siap! Sendika. Referensi Humber? Di blog angkringan ini saja sudah ada dua lho. Tourist dan dames 🙂

  112. @Om Wong, matur nuwun sebelumnya. Hehe..kalau yg di blog ini sih sudah pasti prioritas bacanya. Saya googling kok humber seri AN nggak pernah ada referenci nggih, jangan2 palsu? wah ciloko, pdhl tumpakane wis mak plek je..salam.

    • sugeng dalu mas bantoro,perihal humber sy juga musti tanya ke ahlinya.Nyuwun nyaosi pirso,no seri humber apa yang dibawah sadel njih.Ya kalo secara kasat mata ‘ciri’ khususnya yaitu ‘double fork’ depan plus kunci stang,warna catnya biasanya hijau/hitam dongker.Mas ban apa stay di freeport? ok mas ngatos-atos kemawon

  113. @pak Heri, seri yg tertulis sih AN94114 dengan double fork tentunya, mohon terawangannya. Kasinggihan pak, saya nderek kumpeni freeport, pengestunya saja wilujeng di perantauan. salam.

  114. tampaknya kita-kita penggemar humber harus berhimpoen menghadapi hegemoni sepeda kumpeni. hehehe. salam humber!

  115. @Jenderal Kancil Kembali ke… tanktop!
    Beberapa Gazellemania mendasarkan penilaian kualitas Si Kijang pada seri A,P, atau L. Tapi ternyata ada juga landasan penilaian berdasarkan no (No 1, No 8, dsb). Sebenarnya bagaimana menjelaskan hal ini? Apakah keberadaan seri dan nomor varian itu sewaktu dan diterapkan secara simultan? Misalnya, adakah Gazelle P No 1 atau Gazelle L No 8?

    Para pemegang babon katalog Gazelle, sudilah berbagi informasi 🙂

  116. @ Taqobalalohu mina wa minkum..selamat Iedhul adha kagem sederek sedoyo..

  117. @Taqobalallohu mina wa minkum.. selamat Iedhul Adha kagem sederek sedoyo..

  118. mas, kemaren aku ke klitian pasar prambanan. trus nemu boncengan Hopmi item harganya 150 ribu(lum di tawar) , itu termasuk murah ato enggak ya? soalnya belum tak bandingin sama harga di kuncen.

    • Kalau Hopmi asli, baik besi, jeruji, maupun jepitannya ya tidak mahal Mas Andre. Lihat juga kondisi kromnya, bahkan keaslian klem dan kelingnya….

  119. Apa kabar para sedherek? Mas Noer siap gabung lagi ini.

  120. @m.Noor….Opoto ada rencana ngonthel lagi kapan mas,temen2 Gambiran pengin nggabung ngonthel mas..nyadhong dhawuh

  121. @Mas Bagus & Mas Yonthit
    Duh, senengnya saya. Minggu ini rencana ngonthel Mas. Diusahakan memasang boncengan pada sepeda masing-masing, karena ada banyak beban yang harus kita bawa. Untuk jelasnya, kita sms-an saja ya… 🙂

  122. huaduh…jadi pingin ngonthel bareng nih Pak De Wongeres…kapan yah?
    Pak De, sebenarnya saya kemarin selama dua hari (menjelang iedul adha) berada di Yogya utk menengok famili yg kena musabah di dusun Kadisoka Sleman(lanud Adisucipto ke Utara, Tajem belok kanan…pinggir kali Kuning) alhamdulillah famili pada selamat (keluarga Bpk Ngatijo AD …bukan Ngatijo onthel)…terus menginap di Hotel Kumbokarno(dekat Malioboro, Benteng)…..maksud hati pingin silaturahmi juga sama kerabat onthel Potorono, tetapi waktu jualah yg belum mengijinkan…maklum kami pergi dg keluarga besar istri anak dan cucu…jadi menyesuaikan dg jadwal keluarga……mohon maaf nggak sempat mampir…………..tetapi saya selalu mengikuti obrolan obrolan yg up to date dan gayeng OPOTO…..wah tambah seru nih……brafo OPOTO dan sukses menjalin kebersamaan….nyuwun pangapunten njih bila saya mengganggu ….nuwun

    • Kangmas Heri, semoga waktu mempertemukan kita dalam suasana yang lebih kondusif untuk bertukar cerita. Kebersamaan selalu terjaga. Hari Minggu lalu Opoto ngonthel ditemani Mas Bagus Kurniawan, Mas Margi, dan Mas Aat. Ceritanya menyusul… 🙂

  123. ikut nggabung mas !!sepeda yang cukup bagus !! sudah jarang juga aku menemukan jenis model ini sekarang !!terahir 6 bulan yang lalu !!tapi masih kurang mantep kalau bukan kemantepan pemiliknya jee

    • Dengan senang hati, Mas Marko. Silahkan langsung menikmati hidangan angkringan. Jangan lupa membagi cerita dan wawasan tentang apa saja, yang penting halal dan menyehatkan 🙂

  124. Monsieur Marko Nugroho itu tergolong pakar nasional mengenai motor klasik baik Amrik maupun Eropa. Tidak cuma tahu teori tetapi juga praktisi restorasi juga lho… Tahun depan kalau pas beliau mudik ke Jogja, kita arak bareng-bareng keliling Jogja he..he..he..

  125. @Denmas Sahid………..memang”marga” NUGROHO banyak yang menjadi PAKAR lho. Kali ini mungkin saya bisa ketemu nih sama pakarnya motor klasik…eh siapa tahu saya bisa “nyuwun pirso” tentang motor yg saat ini masih ada di gudang rumah saya (merek motornya DJAWA)….nggletak jadi besi tua, tetapi kayaknya masih layak utk di restorasi………..nyuwun pangapunten Pakde Wongeres , keluar sedikit dari pakem onthel…….tetapi masih sama sama punya roda dan pelek….he he he he

  126. @ Ki Ageng Rangga Tohjaya…nuwun injih Pak, kalau kontak dengan Pak Marko Nugroho bisa via FB. Kalau motor klasik, sebetulnya urusannya lebih sederhana. Karena onderdil relatif bisa dicari dan harganya lebih terjangkau dibanding onderdil sepeda onthel. Yang menjadi masalah biasanya mencari Bengkel yang bisa dipercaya. Kalau untuk Jogja, biasanya anak-anak MAC ke bengkel-bengkel tertentu yakni salahsatunya Bengkel Pak Endo Krapyak…

  127. betul dab sahid, kalau di yogya banyak lah bengkel udug he…he… di kronggahan, sleman ada Frangky, di kalasan ada Bayus, di kuncen ada Bagun, di tahunan/makam gajah ada Pak Jemblek, di bantul ada Gendruk…..tetapi utk yg mau modif : ring road selatan ada rekak, di jl. kaliurang ada aan, di jl. mlati wetan, banciro ada david/lulut….dipilih-dipilih……he…he…

    @Ki rangga
    hati-hati dengan stang seker-nya….he…he…engele poolll koyo ngoleki dom bundel..
    nyuwun ngapunten sedoyo….kulo tiyang enggal teng angringan meniko…namung ajenge nyruput susu dele jahe kalih tahu bacem kados teng jl. gamelan, kadose kok guuuuayyenng sanget…..dayi dab.

  128. @Denmas Said………matur nuwun sanget informasinipun….insya Alloh saya bisa “sambung roso” sama beliau , doa saya buat Denmas dan sedoyo kerabat Onthel telatah Yogya untuk kesehatan dan keselamatan sedoyo
    @Dimas Suga….hwaduh informasinya lengkap tenan……matur nuwun….tetapi motor lawas saya masih teronggok di gudang nun jauh disana di Kota Keripik…insya Alloh pula saat ini saya sudah dapat referenci awal utk keperluan “melestarikan barang lawas”….yah itung itung untuk kesibukan masa pensiun yg tinggal 1 tahun lagi selain ngurusi onthel………sekali lagi saya menghaturkan terima kasih…..tetap semangat…onthel migunani kagem sedoyo, ngendikanipun piyayi PODJOK………..nuwun.

  129. @mas heri..wah selamat atas harta karunya .. konon di Purwokerto di gudang2 para saudagar masih banyak tersimpan mtor2 tua jenis BSA,BMW dan Norton.. bahkan ada bocoran seorang kolektor motor tua sepuh baru meninggal.. dan yg luar biasa digudangnya tersusun rapi tak kurang dr seratus motor tua utuh dr berbagai merk.. sayangnya blm ada yg bisa ” menembus” pintu gudangnya yg tertutup rapat..

  130. kalau CB twin, gak ada yg suka ya?

  131. @mas Aat.. CB 200 twin yg full ori juga cukup gagah lho..di Jabar banyak yg memburunya, jaman2 SMA dulu pernah juga memelihara CB 200 twin warna merah..jan wkt itu rasanya guayaa bangeet ..hehehe..salam

  132. Wah, tunggangannya Pak Rendra dari muda memang gak pernah sembarangan ya..
    saya lg mbangun cb 175, gak kuat kalo dikembalikan ke full ori. itu pun ra dadi dadi… tak tinggal ngonthel wae. hehe

  133. @ P’ rendra…….emh…emh…..butuh yg mana? **A atau **W, perasaan dah ada khan di pojok ruangan….he..he…

  134. @ Bro Suga
    Panjenengan menapa piyantun Jogja? Kok kadosipun apal sanget…he..he..he.

  135. @ Dab Sahid
    leres sanget.. milai bibar lair prucut..he..he..namung sampun sak utawis wedal wonten “sebrang lepen”, nggih sok “nyok nyok” wangsul teng “gupon lami”. nderek tepang nggih……”jape methe dab”

  136. @halo mas Suga.. wah nyamar lagi njih mas..sy jadi bunun je..apa kita sdh pernah tepang?.. menawi dereng kulo ngaturaken sugeng patepangan..kata Ariel peterpan.. bukan Red Hunter lho… “..bukalaah topengmu…topengmu..”.. hehehehe
    @mas Aat..cb 175.. niku langka tenan lho yg ori… hwalaah nyuwun sewu mas Wong.. kok njur merambah ke motik nih.. salam

  137. @ P’ Dhe Wong
    walah sing ajeng nguyo-nguyo nggih sinten to? lha sampun ngadheg jejek ora iso obah babar blas ngoten lho….
    – panggenan sisih wetan wonten piyantun “lembah manah” : noto ing
    Potorono
    – panggenan sisih tengah wonten piyantun “landhep pikire” : noto ing golo
    – panggenan sisih kilen wonten piyantun “alap-alap” : noto ing sosrowijayan
    – panggenan sisih kidul wonten piyantun “brojo musti” : noto ing
    prawirotaman
    – panggenan sisih lor wonten piyantun “banas pati” : noto ing jl.X-urang
    kulo namung saget “hanyawang” kados raosipun bakmi ingkang eco teng sak kilen lepen payak (..nek ndalu).
    @P’ Rendra
    oh nggih Pak….kulo nggih nderek tepang….he..he…dereng titi wancinipun..wah ajenge “ngebut” to Pak? atos-atos lho…mangkih “penyonipun” gampil rantas sebab mboten wonten stelan rantenipun…he..eh.

    • Haha… Lha noto ing pakumbaran dan noto ing panglimunan yang mobilitas fisiknya tinggi, pengembaraan pikirnya dinamis, kan perlu dikerahkan juga untuk menularkan ilmunya, biar nggak pada mbegegeg njrebambah ora obah. Kalau Potorono itu jauh dari noto. Adanya nyoto! 🙂

    • @ Bro Suga
      Sampeyan pasti “pemain lama”, lha sudah bisa bikin pemetaan segala he..he..he..
      Kalau dari hasil terawangan ngawur, Bro Suga tinggal di daerah kidul wetan he..he..he..

  138. he..eh…P’ Wong….istilah tempoe doeloe nya itu “tunggu brok” hayooto? Ning ra popo kok, lha wong “tunggu brok” ki lagi “ndekemi” soto je…Wah jan kadhang-kadhangku ki jebule seneng “nyoto” to….opo ditambahi aran wae : Potorono dadi “nyotorono” (….ora nanggo “nesu” lho Pak), iki ono artine :
    * “nyoto” = nyata, asli, aktual
    * “rono” = kesana tapi jaraknya dekat (…perintah), kalau jarak jauh “kono”
    Dadi ukoro “nyotorono” iku artine : nek arep nggolek sing asli/aktual/nyata yo neng “rono/kono”, nang endi kuwi? Yo neng “POTORONO” .
    Nggone penak angkringane, isoh nggo ngleremke penggalih, po meneh angine semribit ngganti “liyer-liyer” lan ora marake “gerah penggalih”.

    • Den Suga, brok apa brug ya? Ah, asal bukan berok. Hehe…
      Lha julukannya kok jadi banyak. Ada Onthel Potonyoto karena hobbynya pada poto (dudu pata lho) dan nyoto, ada Onthel Protholono karena juga sering mbengkel sendiri. Sekarang mau ditambah lagi… 🙂

  139. He..he…P’Wong, nyuwun koreksi : mboten usah jenenge kulo ditambahi “den” amargi kulo mboten kuat nyonggo alias “kabotan”.
    kalau mengenai sebutan/alias/jejuluk/aran —-> meminjam kesukaan P’Rangga Tohjaya yg hobby membaca “Kho Ping Ho” mulai dari “Pulau Es” sampai “Pendekar Lembah Naga/ Bun Hou” dan trus ke “Hay Hay”, katanya semakin banyak “jejuluk/aran” itu semakin “ngedhap-edhapi”..he…he…jangankan menghunus pedang, baru bergeser “caping/topi jadul” dengan “lirikan yg tajam” membuat lawan “ngoprok/terkencing-kencing” nganti “lambah-lambah”….he..he…

    • Hehe… asik. Ndarani nguri-uri budaya monarki! 😀 Tapi den kan bukan mesti raden. Bisa nomaden. Hehe… bukan karena kurang papan. Malah pating tlecek, ngendi-ngendi diencloki 🙂

  140. @welah pendekar seribu nama ..den mas Madame de Syuga…. le sesingidan kok primpen tenan to, opo wedi nek dilurug wadyobolo onthel.. nanging aling alingono wukir sewu ancuk anciko gunung Mohomeru mengko suwi suwi rak konangan den…hehehehe.. “… ayo ngakuwoo satriyooo sopo jenengmu ngendi ……

  141. Sepertinya waktu di Cirebon sudah bisa ketemu dengan Bro Suga. Terima kasih banyak atas sharing ilmunya tentang motor tua. Nuwun.

  142. @wah bro Suga from Malang to..pantesan ilmune jero tenan.. bakal tambah gayeng angkringan iki.. nuwun bro Suga..
    @pak sahid,tks fotonya.salam

  143. @ P’ Wong
    lha pripun to P’Wong, ingkang wonten “pakan” sakmeniko wonten
    sebrang lepen dados nggih “menclak-menclok” ning mboten nggangge
    “moncla-mencle” nopo “bosah-baseh” ugo “aeng-aeng” lho….he..he…
    @ P’ Rendra
    wah nopo Pak……… sak jero-jerone mung “sumur pompan” niku mawon
    ingkang ngganggo tangan, mboten nggangge listrik (…..sumur bor).
    @ P’ Sahid
    waduh Pak…….kulo namung sagete “nggeret-eret wesi neyeng”.
    Kulo pribadi nderek bingah saget tetepangan kalih panjenengan kekalih (……wah pantesan, ndelok “pasuryane wae” jan ketok nek wong “titis”, mungkin “kelingan” nang sadel siji wae sing ora “orisinil” musti wes ketok kok…..hayo…). Matur suwun.

    • Pak Dhe Suga, lha rejekine nyatane malah pada nginthil ke mana pun Panjenengan mingser, je. Hayo, ngaku… 😀

      Nuwun sewu, coba tolong tanyakan kepada “Para Titis” tadi: sepeda beliau-beliau itu ada berapa? Mungkin malah pada lupa lho. Buktinya masih milang-miliiing terus…:-)

  144. Wah…Kisanak Suga (yen arema ngendikan mestine yo AGUS to), tapi saya juga tahu yen Kisanak itu Pasingsingan Sepuh ( Raden Buntoro) alias Panembahan Ismoyo , piyayi winasis lan wicaksono…tetapi bukan Pasingsingan Umbaran atau Pasingsingan Radite atau Pasingsingan Anggoro…..lha keliatan kok dari carane “ngudar kawruh” tentang onthel lan “barang barang tuwo” gitu lho…yang pasti Kisanak Suga akan bisa “meramaikan” jagadnya Onthel dan…….blog angkringan OPOTO tambah gayeng……..tenane lho Kisanak…..terus Rangga Tohjaya …akan tambah “ndepipis nang pojokan”……..menyimak para Senopati Onthel yg sedang sesorah………………

    • Pak Dhe Rangga, saya akan mutung kalau ada yang cuma mau ndhepipis. Pokoknya nggak boleh egois, semua harus bersedia bertukar cerita. Mutung tenan nanti saya. Hehe…

  145. P’ Wong
    – Matur nuwun sanget ingkang mboten umpami dumateng panjenengan lan sederek sedoyo “sak angkringan”. Amin 3x YRA. Mugi panjenengan sami ugi tansah pinaringan “waras-wiris” lan gangsar rejekinipun (……biar tambah koleksi onthelnya….ben tambah “pepak” menu angkringane temtu ugi tambah gayeng lan rame.
    – Wah lha nek ajeng nakoke bab niku kulo tasih “ajrih je”, kulo wedi nek “disingkuri” le lungguh nang angkringan.

    P’ Rangga
    wah lha menawi “ndepipis teng pojokan” niku biasane “ngatur strategi je” sebab saget ningali “sedoyo kahanan” wonten tengah “logo peperangan”. Ngerti-ngerti mak klebat koyo “aruming gondho mlathi” sing kang nggabar-abar nganti poro “lenggah” ha sumiblak, semburat, morat-marit ora iso ngomong mergo “Senjoto Cokro” sampun ketingal wonten pojoke “gandhok” griyo DEPOK….(…..nyuwun gunging samodro pangaksami menawi “leres” anggenipun crios….he..he….

  146. @ Bro Suga
    Wah mboten kok Pak…saya kalau untuk sepeda tidak terlalu kikrik he..he..he..karena memang semakin sulit untuk mengembalikan kondisi sepeda tua 100% seperti saat barunya dulu. Jadi biasanya saya hanya mempercantik dengan onderdil dan aksesori yang sesuai.

    @ Kang Wongeres
    Sayang lho Pak…kok tidak tindak Cirebon…banyak materi menarik untuk diliput sebagai Kajian Budaya di Blog Opoto…

    • Iya, Pak Sahid. Kami dijawil Mas Towil untuk hadir di Kenduri Jogja. Sampai di Tugu, kami ketemu sahabat-sahabat Podjok, minus Pak Sahid dan Mas Towil. Selanjutnya ya ikut ngrahabi tumpeng di titik nol. Cirebon seru ya ceritanya. Saya tunggu oleh-oleh klithikannya saja. Hehe…

      • @ Kang Wongeres
        Sementara ini memang Kang Wongeres dikenal sebagai Onthelis Jago Kandhang…he..he..he..

      • kalau jago kandang, bukanlah..
        beliau itu penguasa segitiga jamrud P3 lho.. Potorono, Piyungan dan Pleret

      • wongeres OPOTO

        Haha… penguasa jagad dalam tempurung! Lha enak mana to antara jadi teri di lautan lepas atau jadi kakap di kolam kecil? 😀 Tapi kan sudah ada Pak Sahid dan Mas Towil. Beliau inilah ikonnya Jogja. Potorono cukup menunggu cerita dan jangan lupa nyiprati oleh-olehnya. Hehe…

  147. @ welah soyo gayeng angkringane mas Wong..nopo malih menawi pendekar saking Malang sampun medhak Gunung, saestu bade kathah ngelmu ingkang saged kawedhar.. lha kulo puthut jejanggan cantrik sampun sumadyo nyadhong lumunturing ngelmunipun saking poro winasis..
    @ mas Wong.. seandainya penjenengan tindak Cirebon pasti akan banyak yg bisa diungkapkan di angkringan ini yg org lain tdk bisa ” membahasakan” dlm tulisan.. disana ada kejutan lho.. Sultan Nggolo ditodong orasi didepan Sultan Kasepuhan Cirebon.. lha untungnya kok yg ditodong Dosen jadinya ya tetep mantep dan meyakinkan… selamat Pak sahid ( terus terang sy yg kedip kedipan mata dengan pak Haji Amir wktu itu..hehehehe).. salam

  148. @ Toean Rendra

    Lha iki aktor intelektuale ngaku dewe he..he..he..saya benar-benar kaget waktu itu, karena yang lebih pas pidato mestinya Ketua Kosti Pusat atau minimal Ketua Kosti Jabar. Alhamdulillah selamat dari ujian mendadak he..he..he..dan sekalian promosi acara Kosti di Jogja Februari mendatang…

    • Nyuwun pirsa, punapa Pak Sahid ugi ngepasi ngagem busana Nazi? 🙂

      • Mboten wantun Pak…saya tahu diri karena ada acara sowan ke Sultan Kraton Kasepuhan, jadi waktu itu pakai busana gaya Pangeran Kasunanan Surakarta yakni baju Sikep Landhung dengan iket model Prabawan dikombinasi celana model strip perwira. Wah ini kok malah kayak laporan…he..he..he..

      • wongeres OPOTO

        Lha. Jadi aktor intelektualnya kan nggak salah-salah amat. Wah, jan. Komunitas onthel memang komplit plit!

  149. Di Kenduri Jogja, di titil Nol ketemu Mas Wong yang sibuk motret sampai berdesak-desakan sama Pam Swakarsa Paksikaton dan kejebak ibu-ibu yg duduk nglesot. Untungnya masih bisa motret dari belakang meski harus berbackground kaos T-shirt Orange bertuliskan Opoto dan blangkon. He he he salam onthel Brigade Surakarso

    • Hahaha… Mas Bagus, saya itu nggak sengaja didorong-dorong ibu-ibu yang berdesakan sampai di depan. Kata mereka: Mas wartawan, mboten nopo-nopo, mang ngadeg mawon teng ngajeng mriko!” Tahu-tahu mak jegagik sudah sampai di depan tumpeng!

  150. @ mungkin para ibu itu geli kena sikut kiri kanannya mas Wong yg ngecenceng mengamankan kamera.. sehingga apa boleh buat..ibu2 itu mempersilahkan sang wartawan maju kedepan… daripada geli..hihihihih..piis mas..

  151. Pak Rendra, saya sebagai saksi mata ketika Mas Noer ndlusup-ndlusup maju ke depan melewati ratusan ibu-ibu. Akhirnya sampai di depan langsung duduk ndepipis. Saya cukup dibelakang mengabadikan Potoronografer beraksi.

  152. ha ha ada yang rebutan tumpeng ?

  153. @mas bagus…tolong gaya fotografernya di kirim..hehehehe..

  154. Haha… Pagi itu habis dari Tugu ketemu teman-teman Podjok, kami mbuntutin yang pada bawa tumpeng. Ternyata sepanjang Mangkubumi-Malioboro penuh dengan barisan tumpeng. Begitu sampai titik nol, mau motret kok cuma lautan manusia yang tampak (di antara lautan manusia itu juga ada wajah yang familiar lho. hehe…). Lalu saya maju. E, malah dikira wartawan, jadi dikasih lewat sama ibu-ibu. Selain kamera, blangkon dan sandal jepit juga bertuah lho. Buktinya saya didorong ke depan, sampai persis di depan tumpeng raksasa. Sementara ada sepatu lars ikutan ke depan malah pada diprotes 😀

  155. wah dadi pengen “sangi”….melu nyurung P’Wong “gek gage ndang maju” (bukan “gek ndang gage maju” lho…..), P’Wong mesti wes paham..he..he…
    Blangkon tondo kawibawaan…..sandal jepit tondo kesederhanaan (makane ora ono sing “umuk” nek nduwe sandal jepit larang), bedo karo “sing ngganggo sepatu lars”….dumeh ngganggo sepatu “cap larang” trus arep “tranyak-tranyak” nggolek ngon le penak….hayo diprotes ibu-ibu (lumrah…..) atau mungkin ibu-ibu protes karena kakinya ke injak “sepatu lars’??? Nah pertanyaannya adalah siapa yg memakai sepatu lars?? Jangan…..jangan…..yang mengikuti P’Wong dari belakang…..he…he….pis…pisss…..pis tenan. (mung nguyon….)

    • @ Bro Suga

      Paling suka kalau lihat Kang Wongeres dan sobat Potorono pakai kostum hitam-hitam (kastub) yang mirip kostum gerilyawan Vietkong…tinggal bawa air soft gun AK-47, uwis wangun tenan…persis plek!

  156. Dab Sahid….
    Ho oo pooo???? wah jan….dadi pingin ndelok e’……tapi amerika jg kalah tuh sama vietkong….karena gerilyawan vietkong “sudah studi banding” ke jawa (…… super ahlinya, jejuluk “ontorejo/ontoseno”), lha iso ambles bumi alias “nggerong”….Tahu-tahu mak jegagik sudah sampai di depan tumpeng..he..he..

  157. ha ha ha ha ….asyik tenan yen para “locianpwe” pada “ngangkring”…..jan bener bener “guyonan tingkat tinggi”..paling ndak 2 meter diatas permukaan tumpeng,…..saya hanya bisa cengar cengir sendiri…..hayo Pakde Wongeres maju terus pantang mundur…lha yen mundur malah bisa
    bisa “digebukin” sama ibu ibu ……….atau nanti dianggap Pakde Wongeres lagi pertandingan tarik tambang….mundur terus pantang maju….hi hi hi hi

  158. Holopis kuntul baris. Gegere gek mbok ndang wis.
    Blangkon itu dari kata ‘blank’. Kosong. Tanpa pretensi. Sandhal japit itu representasi kawula alit, yang senantiasa siap mental untuk diinjak, dijepit-jepit. Halah, kok malah gothak-gathuk, nggih Pak Dhe Suga? 🙂

    Berbekal kesamaan atribut, maunya ajur-ajer biar mendapat keberterimaan tinggi, trus tahu-tahu mecungul paling depan! Hahaha… Kalau Opoters sih, sehari-hari ya sudah biasa ajur, kalau perlu malah pakai mumur. Kostumnya kaos seperti biasa kami pakai sehari-hari. Paling jauh pakai kastup hitam-hitam plus iket atau caping. Mau pakai sikep landhung iket prabawan ya nggak berani, wong belum bisa sembodo. Lha kalau terus difetakompli suruh nyambut, gimana? Hahaha…

    Pak Sahid, itu lho salah satu yang bikin takut keluar kandhang. Sudah diabani Mas Towil suruh motong tumpeng saja langsung ngacir, kok… 😀

    Pak Dhe Rangga, saya ndlosor 2 meter di bawah tumpeng. Kapan-kapan fotonya saya bagi…

  159. P’ Wong
    – bebedah bab “paromosastro” mbok kulo dipun ampili “ember” kersane kulo
    saget “ngangsu”……

    Pak Dhe Rangga
    nah….rak tenan to…..P’Wong mau ndlosor/ambles lagi………..
    “tumbare di remuk, sing sabar ampun ngamuk”

  160. @ Kang Wongeres

    Memang sesekali Panjenengan perlu tampil high profile, misalnya dengan kostum KNIL. Jejulukan Wongeres berasal dari kecintaannya terhadap sepeda Fongers. Dan sepeda Fongers adalah satu-satunya sepeda belanda yang dekat dengan fungsi kemiliteran. Jadi kalau Kang Wongeres pakai kostum serdadu KNIL kemudian naik sepeda Fongers CCG kesayangannya itu secara historik dan kultural adalah baik dan benar.

    @ Bro Suga

    Ide segar yang mengkaitkan kesamaan kontekstual antara tentara Vietkong dan tokoh Antasena/Antareja adalah bukti bahwa priyayi yang satu ini memang bukan onthelis sembarangan he..he..he..it is a real good insight!

    • P’ Sahid
      – Setuju dengan pendapatnya bahwa ” sepeda Fongers adalah satu-satunya sepeda belanda yang dekat dengan fungsi kemiliteran”. Mungkin alasannya adalah sbb :
      1. Bahan frame/batangan besi yg berbeda dengan speda merek lain (……maaf hanya berdasar pengalaman 17 th lalu, saya pernah menggergaji frame/dalangan : S, G & F —> apa yg terlihat? hasil potongan besi yg ada di frame F lebih banyak seratnya dibanding merek yang lain…hampir sama dengan potongan frame motor “udug” BSA, Norton……”lebih kuat”???????? he..he…tidak salah jika medio th 70-90 banyak ditemukan merek F dipakai org utk berdagang/memuat beban yg berat (ibu2 jual sayuran pagi hari di beringharjo, penjual keliling gerabah dari kasongan, pedagang mebel traditional seperti “dipan/tempat tidur” dari playen/paliyan).
      2. Jarak stang & sadel yg lebih dekat :
      a. akan memudahkan org yg mengendarai utk —> bermanuver
      (makanya enak bisa buat “lepas stang”—> lihat di gambar2 lama–>
      parade musik, disamping karena di merek F ada pengunci
      stang/”boret”/balhoofd) atau melakukan akselerasi….adu
      cepat/sprint kalau mengejar atau dikejar musuh..he..he…(fakta, alm.
      kakek pernah cerita waktu tahun 40an ada lomba cepat utk sepeda
      motor & onthel di Solo, tepatnya di lapangan balap kuda yg sekarang
      jadi lapangan bola Manahan…dan yg jadi juara utk kelas motor
      tentulah Harley Davidson…untuk kelas onthel ya merek F).
      b.Karena posisi badan yg lebih dekat dengan stang otomatis posisi
      tulang belakang/”geger & boyok” lebih tegap/”the’ge’k —>
      mencirikan “lebih waspada” he…he…kayak dalang yg pake keris di
      belakang –> shg dijamin tdk bakalan bisa tidur. Berbeda dengan
      merek lain yg lebih nyantai/”touring” atau “sport”/membungkuk
      posisi tulang belakangnya.
      Suwun………………

  161. Lah onthelnya saja : keindahan yg tidak biasa (berarti luar biasa to ? )……mesthinya yg punya onthel juga : onthelis yg tidak biasa……= onthelis yg luar biasa…onthelis yg ndak sembarangan……..gitu yah Denmas Sahid?

  162. @ Ki Ageng Rangga Tohjaya

    Setuju Pak. Sesungguhnya outlook sebuah sepeda akan menggambarkan karakteristik sang owner. Bahkan dari pilihan merek sepeda juga bisa menunjukkan karakter tertentu. Seperti misalnya mulai dari Gazelle/Raleigh/Humber yang nge-pop, Fongers/Sun Beam yang aristokrat, Simplex yang nge-rock dan Schwinn yang hip-hop…

  163. Haha… ya begini ini lho asyiknya kalau mendengar analisis dari Dr. Onthel kita ini. Selalu khas dan penuh kejutan. Ah, tak sowan ke Golo saja biar bisa dengar lebih banyak komentar beliau. Kapan ada waktu sela, Pak Sahid?

    Pak Dhe Suga, embernya masih dipakai, mau saya bawa ke Golo… 😀

    • @ Ki Ageng Wongeres

      Kalau weekend ini, saya kosong sabtu malam, sumanggah kalau mau pinarak ke gubuk golo, nanti saya ajak mbakmi sekalian…

    • P’Wong
      welhadhalah……..kalah ndikik….nopo kedah pesen antrian to P’Wong?? gek..gek…mengko pas arep tak jilih, embere borot….wah….neng ketoke’ ora mergane “sumur ning golo walaupun dalam tapi banyune’ bening”…..

  164. @ Kang Wongeres
    Sumanggah Kang Wongeres kalau mau pinarak ke Gubuk Golo….paring sms saja, nanti bisa janjian dulu. Nuwun.

  165. @ Pak Sahid, salam kenal Pak, saya newbie, sudah beberapa waktu mengikuti angkringan-nya Pak Wong. Asyik juga mengikuti pencerahan dari panjenengan di blog ini ataupun yang di blog Wira Wiri dll, mudah2an saya juga diparengke bawa genthong (kalaupun bukan ember hehe) ke ndalem Golo. Mau nyoba mbangun Mr. G klangenan saya. Oh iya, saya temen SMA-nya Venty yg kebetulan jg satu angkt-nya Pak Sahid di FE. Salam.

    @Om Wongeres, Trims lho, Rabu kemarin tanpo mendung tanpo udan “mak jegagik” panjenengan kerso rawuh di gubug saya dan bagi2 ngelmu, hebatnya lagi kok ya rawuhnya sama idola saya yg lain Mas Bagus dan Om Aat. Ini yang bikin kangen dari komunitas onthel itu, nggak cuma ngonthel neng ya le paseduluran kuwi lho. Kalau ada info kunci tlp ya om..tlng dicegatke nggih hehe, Suwun dan salam dari Papua.

  166. @wah mas Bantoro apa kabar, mas Suga dos pondi kabaripun, mas Wong…kemarin gayeng banget lho bersama.Lkers… oya kalau mau sowan nggolo mbok sy di ajak juga krn ember dan kendi sdh cumawis utk diisi banyu sumur bening….., disana disamping akan mendapat pencerahan juga bisa ada bakmi nyemek nan lezaat… hehehe.. pak Sahid dos pundi…

  167. @Denmas Rendra……suatu keberuntungan Denmas bisa menikmati Leo Kristi dan LKersnya ……saya juga udah ada niat pingin bisa lagi menikmati Nyanyiannya Mas Leo yg sudah sekian tahun ndak konser juga…kemarin waktu di Jogya…saya ndak bisa datang..lha yang ini di JKT aku ndak tahu babar blas informasinya…hanya saya denger dari Mas Hari Humbermania kapan kapan Pakde Wongeres mau Ke Jkt sehubungan dg launcing lagunya Leo Kristi……. lah “jebulnya” kini semuanya tlh berlalu…..gimana to ini Pak Wongeres?……tapi hari ini saya juga lagi baca Koran Tempo Minggu tgl 19 Des 2010……halaman A23…disini diulas tentang Leo Kristi dan LKersnya….lumayan buat “tombo ati”…tinggal besok beli CDnya…..CD penyanyi balada kesukaan saya …maklum umurnya hampir sama sama inyong ……….he he he he……nuwun

  168. @ Bro Suga
    Banyu sumur Golo itu bening tapi memabukkan lho Bro… mirip vodka he..he..he..

    @ Mas Bantoro
    Nderek tepang, kaleres kula rencang kuliah Mbak Venty. Kalau ilmu per-Gazelle-an sebetulnya pakarnya adalah Ki Ageng Sedayu: Pak Margono. Kalau saya selama ini sebetulnya hanyalah “othak athik mathuk” tapi kok banyak yang percaya he..he..he..

    @ Toean Rendra
    Saja djoega soedah lama menoenggoe Toean datang, pengin djoega itoe dititipin speda-speda bagoes seperti teman-teman lainnja…he..he..he..

    @ Kang Wongeres
    Saja menemoekan itoe 3 artefak Simplex Cycloide kroeisframe dengan spatbord origineel tapi berbeda-beda bentoeknja. Toenggo oelasannja di web sepedaonthel…Simplex tidak hanja nge-ROCK, tetapi djoega misterioes roepanja…

  169. P’Rendra
    pangestunipun, sae-sae kemawon……meniko nembe “nggisik-isik” barang “neyeng” supadhos pantes……he..he…

    P’Sahid
    mboten usah kuatir Pak, kulo sampun lambari kalih “mentego” he..he..dados nggih mboten kinten “dasun” menopo malih “dugap” lha pun biasa “buthe’k” nopo2 dipun gathukaken (….ilmu waton), dadose nggih gir X tumemplek wonten Y….he..he…
    Wah tak tunggu lho penampakan Simplex cycloide cross-nya….ihhhh pasti serem, apalagi kalau yg model tromol……..antep.

    • Kalau Pak Sahid dan Pak Suga berkolaborasi, yang dasun bin mabuk ya kami-kami ini. Simplex tromole laker. Ketoke melek ning jebul ngilerrr… 🙂

  170. @Pak Dhe Rangga
    Benar, Leo Kristi (61 th) baru saja merilis album baru. Judulnya Warm, Fresh & Healthy. Ini mimpi lama kami untuk merekam dan mengedarkan sendiri album maestro satu ini. Untung masih ada beberapa fans “gila” yang bersedia saweran. Industri musik kita saat ini tidak mau lagi memproduksi musik yang biar sebagus apa pun tapi tidak banyak diminati. Musik patriotik? Nasionalisme? Mana laku?

    Ke mana nasionalisme kita selama ini ya? Apakah semua telah luntur karena terlalu lama kita menanti sesuatu yang bisa kita banggakan di depan bangsa lain? Lihat saja, begitu sepakbola kita menuai kemenangan beruntun, euphoria massa dalam balutan nasionalisme sedemikian dahsyatnya. Semoga ini awal yang baik.

    Sayang media selalu memperlakukan fenomena apa saja dengan cara yang sama, mengeksploitasi habis-habisan secara berlebihan sehingga saya khawatir akan menurunkan kemurnian nasionalisme yang ada. Lalu nasionalisme kembali dicibir. 😦

  171. @ Kang Wongeres

    Sekarang ini yang terlihat sangat menguat adalah “organisasionalisme” dibanding “nasionalisme”. Ideologi liberalisme beserta manifestasinya dalam kehidupan politik dan ekonomi ternyata mampu menggerus prinsip nasionalisme ala “bhinneka tunggal ika” yang selama ini kita anut. Kekuatan politik dan ekonomi terpusat pada kelompok-kelompok tertentu sehingga menciptakan kartel ekonomi maupun kartel politik.

    • Pak Sahid, padahal wong ndeso seperti saya ini sering mengukur segala sesuatu dengan ukuran personal. Organisasi, pabrik, perusahaan, atau apa saja yang kehadirannya menjangkau kehidupan kami akan kami personifikasikan. Mereka boleh saja menjadi raksasa, asal raksasa yang baik hati. Raksasa yang tahu diri, tepa selira, punya nasionalisme pula. Lha, jadi ngoyoworo ya?

  172. saya kurang setuju dengan paragraf terakhir mas wongers, menurut saya mas wongers mampu membuat arus balik dapat terjadi dengan melihat sesuatu menjadi lebih indah bukan lebih mahal atau ngetred ( baca reportase kali code ). monggo media yang 0,05 % ditangan mas wongers saya yakin bisa sebagai pemicu munculnya jamur itu menurut saya lebih baik dari pada memicu menunggu godot. monggo mas wongers tetap terus berkarya u membuka mata orang tidur tentang alam,kesegaran dan kesehatan yang di dapat dari alam. selamat membuat arus balik mas wongers.

    • Wah…wah… Mas Faj ini mengingatkan saya pada Iwan Simatupang. Perjuangan kadang bukan lagi soal hasil, tapi juga soal sikap. Pahlawan sejati akan terus berjuang bukan hanya karena sudah tahu akan menang. Hehe… Matur nuwun, Mas. Senang melihat keksatriaan ada di antara teman-teman.

      Melihat jamur nasionalisme itu senang sekali Mas, tapi ketika perlakuan media –televisi khususnya– menjadi berlebihan, rasanya kok kita jadi seperti kehilangan pijakan yang jelas, tidak lagi bisa empan papan. Bahkan jalinan hubungan horisontal/vertikal pun jadi kabur. Kata guru PMP saya waktu kecil: nasionalisme ya, bukan chauvinisme!

  173. Mbah Nolo Klabang

    Kring,kring, kring, bel si lasbella kok ga pernah kedengaran lagi ya Ki Lurah Wongeres, hehehe…..

    Gini Ki Lurah, simbah memaklumi kegalauan hati sampeyan tentang kondisi nasionalisme bangsa kita saat ini. Bagaimana tidak luntur nasionalismenya, lah wong masyarakat kita sekarang ini tidak punya contoh keteladanan dari pemimpinnya. Coba lihat, ketika ada orang teraniaya ketika ditolong sering ada politisasi. Akibatnya orang akan berkurang kepekaannya untuk menolong. Contoh lainnya, pendidikan di sekolah-sekolah saat ini kurang sekali pelajaran tentang sentuhan kemanusiaan. Budi pekerti, nasionalisme, patriotisme, dan lain-lain. Boro-boro suruh nyanyi lagu-lagu perjuangan, lah wong sila-sila Pancasila saja udah banyak yang lupa, apalagi nama-nama pahlawan bangsa ini. Mungkin mereka berkata : hari gini dengerin musik patriotik apa kata dunia. Inilah yang disebut katerak lakuning zaman

    Selain itu, banyak pemimpin negeri ini lebih mengejar kekuasaan dan kenimatan sesaat, syahwat politik dan uang berjalin dan berkelit mengalahkan kewarasan, menggulung akal sehat. Tidak banyak lagi pengabdian nyaris nihil tanggung jawab, mereka hanya mau nangkanya tapi ogah kena getahnya. Ramai-ramai mau mengakui jika ada keberhasilan namun buang badan ketika muncul persoalan.

    Nasionalisme kita saat ini mulai bangkit dengan sepak bola baik timnas maupun pendukunya. Mereka menunjukan nasionalisme sesungguhnya, tanpa embel-embel politik apalagi pamrih. Mbah Nolo sangat sependapat dengan Kisanak Faj, lebih baik kita memberi contoh melakukan sesuatu yang kita bisa dan ada di depan kita untuk membuka mata hati orang tentang pelestarian alam bagi keharmonisan alam dan kesehatan. Ketimbang berbicara menunggu penantian yang sia-sia tanpa juntrungannya (godot).

    • Benar, Mbah Nolo. Orang sekarang maunya serba instant. Ogah menanam, maunya langsung menuai. Program rintisan yang idealis tidak lagi menarik. Mending kalau ada momentum yang bagus langsung saja jadi pembonceng gelap. Makanya kalau sudah masang boncengan di onthel kita harus selektif dan waspada, jangan sampai diboncengi kenya ayu tapi punggungnya bolong! 🙂

      Menunggu Fongers komplit itu lebih realistis daripada menunggu Godot! 😀

  174. leres saestu..
    minggu lalu saya berkunjung ke Combine, LSM yang mengelola Jalin Merapi, yang selalu update data tentang kondisi Merapi dan para pengungsi. Dari cerita mereka, saya menangkap bagaimana absennya sebuah institusi bernama negara, ketika rakyatnya membutuhkan. Namun mereka memilih untuk tidak mengeluh dan marah2, melainkan berbuat sesuatu. Ketika tidak ada data yang bisa untuk mendasari langkah strategis apa yg harus ditempuh pasca letusan, mereka dan relawan memilih untuk mengumpulkan data secara mandiri, agar bisa dipergunakan pihak lain sebagai landasan program.
    Begini lah harusnya masyarakat kita. Ketika pemerintah tak bisa diharapkan, ya bertindak sendiri. (tapi yang positif ya). Dari pada ngenteni endoge blorok…

    • Mas Aat, idealnya ya kedua kutub memang harus lebih mengedepankan kewajibannya. Pemerintah mengantisipasi dan memastikan kesejahteraan rakyatnya secara bertanggung jawab tanpa harus menunggu rintihan penderitaan mereka. Rakyat pun aktif berinisiatif tanpa menunggu uluran tangan Pemerintah. Ini personifikasi lagi yang barangkali terkesan naif… 😦

  175. Jogja memang istimewa…….tanpa apapun Jogja memang sudah ISTIMEWA!

  176. Mbah Nolo Klabang

    Huaaduh, biyuh biyuh simbah mangan opo yoo, ngompliti pit Pongres siji wae ra komplit-komplit, terus nggodot karo mangan endoge blorok, laah kok hasile mboncengi kenya ayu jebule sundel bolong, opo ra kuntilanak sisan Ki Lurah….hiiiiiiiiii. Nasiiib, nasib, apes bener dadi simbah-simbah pisan wae. Wuaaduh simbok piye iki…..Nangdi yo Piyayi Krawang siji kae, ndelik po….ngasah ngelmu maneh po….

  177. @ wah gayeng tenan angkringane mas Wong.. sajake sedang ada menu anyaran ” sego kucing nasionalisme”.. sego kucing yg akan menjadi lezat saat didendangkan dlm dendang musikal Leo Kristi, akan ,menjadi mat matan nylekamin saat nasionalisme ala Kumbokarno dan Narpati karno dipentaskan, atau mungkin saat kita nguping gelegar pidato Sukarno dlm Indonesia Menggugat.. bahkan nasionalisme para TKI kita dikuar negeri yg nyata nyata dengan rendah hati telah berkarya menjadi pahlawan devisa kita…. byuuuh… kenapa kita semua dan terutama para nahkoda negeri ini seperti jadi kebingungan mencari kiblat nasionalisme?… termasuk partai2 ygmengaku beralran nasionalisme..sehingga dengan sedikit mereguk arak nasionalisme lewat bola sepak saja sepertinya sudah pada ” dasun” semua…hehehe.
    jangan2 kita semua sedang pura pura menjadi nasionalis… atau bahkan sesunguhnya kita belum tau benar apa itu nasionalisme… semoga dari angkringan kecil ini secara samar dpt di rumuskan definisi nasionalisme yg sederhana.. nasionalisme sego kucing….we laah.. tambah ra nggenah…

  178. @ Toean Rendra
    Toean…saja merindoekan nasionalisme jang “unconditional” sebagaimana ditoelis sebagai “djangan tanja apa jang negaramoe dapat beriken, tetapi tanya apa jang dapat kamoe beriken pada negaramoe”.

  179. @ sependapat dan sarujukden Mas Sahid… nasional yg “ori” , yg tanpa prtensi aaupun pamrih, yg tdk skedar ” euphoria” ..seperti yg penjenengan tulis memang sangat kita dambakan.. sy usul den mas.. bagaimana kalau di sekolah sekolah dan di kampus2 diajarkan lagi “mata kuliah Nasionalisme” dengan segala turunannya… hehehe..

  180. Maksude Pak Rendra, nasional yang ori,lampu bathok dengan dinamonya to Den? Hehehe…diskusi yang jadi menarik karena panelisnya dari latar belakang hobby dan……. kegelisahan yang sama, tapi pilih Nasionalisme A la KUMBOKARNO nopo amar ma’ruf nahi munkar-e GUNAWAN WIBISONO to Gus Rendra? Dalam pada ini, saya ingin mendapat pencerahan dari Gus rend,Gus Sahid, Mbah Nolo, Gus A’at…..dan tentu saja Wong Agung Potorono. Plang Balai Desa POTORONO Ngulon sithik banguntapan..ada bengkel kanan jalan..ah sudah nglewati POTORONO…

  181. @gus Pidak pedarakan trahing kusumo rembesing madu..hehehe..pliket tenan…apa kbr Gus kok “nyidem premanem ” terus to… ki lho mas Wong nduwe “menu” anyaran sing jenenge Nasional bathok ori kuningan…hehehe

  182. Wah, jan. Bathok itu maksudnya kan sobat sing mathok. Jadi, meskipun berangkat dari hobby, para sobat ini bisa saling menyalakan NASIONALisme ori kuningan yang tak mengenal karatan lho… 🙂

    Sepak bola itu juga berangkat dari hobby. Nasionalisme mestinya bisa lebih mengangkat ‘osdower’nya. Tapi kalau segalanya jadi berlebihan, anda puas kami lemas. Mencintai itu logikanya tidak akan merusak. Tapi terbukti permainannya jadi rusak beneran. Impian Sang Garuda terpaksa harus ‘terganol-ganol’… 😦

  183. @ ..mas Wong..jangan sampai kleru ..bathok jadi .. ngembat isi kathok lho…hehehe.. sy sependapat dengan istilah ” anda puas kami lemas” ..pas banget dengan kahanan..
    saya baca status FB temen onthelis Malaysia berbunyi ” .. itulah akibat terlalu takabur dan cakap besar, ada player importpun tak boleh menang, indon terlalu over confident dag rasa hebat sangat. alasan yg terbodoh adalah kalah karana sinar laser tuk tutupi kelemahan pasukan mereka, astinya di stadium Bung Karno penyokong mereka akan bertindak brutal, buas dan emosimembayangkan negara mereka yg bermasalah… ( jagi geram tp juga membenarkan nih ..hehehe)..barangkali kita telah terlalu mencintai tim Garuda hingga justru telah merusaknya…. betul ya maksud mas Wong begitu….sarujuk..

  184. Geram itu tandanya punya lampu bathok nasional tadi ya, Pak Rendra? Hehe… Dalam penerangan lampu bathok itu pula, tim kita dan pelatihnya tidaklah jumawa dan cakap besar. Mereka juga tidak lemah (0-0) hingga saat sinar laser menyerang mata mereka (ulah sinar laser itu juga terlalu menyolok ah untuk diabaikan oleh seorang yang sportif, ‘beradab’ dan berbangsa besar, setidaknya merasa lebih besar daripada Indonesia). Bahkan skor 5-1 yang lalu juga tidak perlu mendorong mereka menutupi kelemahan. Sejak awal kalau saya hanya menyayangkan pola ungkap kecintaan kita. Itu cinta ori apa nggak sih? Kok bentuknya kurang alami, ketrikannya besar-besar berlebihan. Nyalanya juga aneh. Apa kabelnya konslet? Hehe…

  185. @ sesungguhnya kita sudah punya contoh” mencintai” yg baik kok mas Wong, sikap dan perlakuan kita kepada onthel kesayangan menurut sy sungguh merupakan sebuah ungkapan cinta yg ori dan jujur , cinta yg sarat aroma ketulusan.. di gosok, disemir, dipompa,dijemur dan di gowes .. rasanya semua kita lakukan dgn penuh tumpahan cinta yg sederhana, tdk berlebihan namun sangat pas…krn tdk pernah mengabaikan dan mengalahkan “kecintaan kita yg lain.. ketrikannya ori… lajunya nyamleng.. begitukah barangkali seharusnya kita perlakukan Tim Garuda… hehehe.. tapi memang Garuda bukan onthel sih… ( tapi saya akan balas status mereka seperti yg mas Wonmg katakan.. nyuwun ijin njih mas>>nuwun…

  186. @ Pidak Pedarakan
    Nah ini menarik untuk diobrolkan bilamana nasionalisme dikaitkan dengan role model di dunia pewayangan. Nasionalisme Jaman Ramayana ala Kumbakarna atau Gunawan Wibisana patut direnungi apakah masih relevan. Kita juga bisa melihat model nasionalisme di Jaman Mahabharata ala Bhisma, Begawan Durna, Prabu Salya dan Adipati Karna. Nasionalisme Jaman Mahabharata lebih berat karena yang dilawan adalah sosok murid, sosok cucu ataupun sosok saudara kandung dibandingkan Jaman Ramayana yang benar-benar “orang lain”.

    Analogi dengan dua jaman tersebut, nasionalisme di jaman edan seperti sekarang saya yakin lebih complicated. Perang yang terjadi bukan lagi perang fisik seperti mulai Jaman Roman Empire sampai PD II, namun perang ideologi atau perang peradaban.

    Paling tidak yang saat ini benar-benar kita harapkan adanya nasionalisme dalam bidang konsumsi sehingga perekonomian Indonesia menjadi lebih baik karena semakin tinggi konsumsi produk dalam negeri akan semakin tumbuh sektor riil Indonesia.

  187. @ mas Noer,, iya saya sdh baca reportasenya, seru ,mengharukan dan heboh… kebetulan saat itu saya turut sangat merasakan ” atmosfir” cinta yg lain itu.. sebuah semangat ketulusan kolektif.. asyik, indah dan merinding mas.. dan yg pasti kalau bukan krn mas Noer mungkin saya tdk disana…hehehe.. nuwun
    @ de mas sahid.. setiap pencerahannya pasti sangat mentes dan ilmiah… rupanya kupasan Nasionalisme juga banyak sekali turunannya ya den Mas.. tks..

  188. @ Poro Priyagung ,Hehehehe…saya menduga respons-nya poro priyagung mesti Yahud tanpa huruf i! Kayaknya di Ngayogjakarto februari nanti mesti ada tambahan acara 1 lagi,Akar rumput Menggagas(lampu) Nasional(isme) tanpa Dinamo bathok Primordialisme hehehehe. Jogja harus selalu jadi pioneer perubahan… nama besar Mataram pasti menjadi motivasi sebagai Kerajaan besar terakhir.
    @ Gus Rendra,hehehe trahe Priyagung sepedahe mesti uapik-apik..salam Gus, pliket tenan koyo pulut sanes plikete ketan lho Gus, dilamuti sedhelo wis enthek…hehehe..anda puas kami lemas,nggoes nggae kEnthol..jangan diganti huruf O, Anda BUKAM MAIN calon narasumber…
    @ Gus Wong Agung, nglewati POTORONO rasanya seperti nglewati DIEREN huahahaha, saya mau sowan Panjenengan, tapi kulo dereng kramas, Ajrih kulo Gus Wong hehehe…POTORONO Ijo royo-royo tak sengguh kemanten Anyarrr..ngliwati ae MAREM BANGET, calon HOST( bareng JUPE ya Gus?)
    @ Gus Sahid, iya betul Gus! Nasionalisme gampang diucapkan tapi mencari role modelnya dan dicocokkan dengan situasi sekarang memang membingungkan, akhirnya kan muncul pertanyaan, Maqom spiritualnya Kumbokarno tinggi mana dengan Gunawan Wibisono,lha dua-duanya ngugemi SUMPAHE SATRIO, Code of Conduct-nya Satrio ada di Almarhum berdua itu kan, padahal beliau berdua ada di PIHAK YANG BERBEDA (adagium ,… jika 2 pihak berseteru pasti salah satunya salah ?)
    Setuju Gus Sahid, sektor riil harus dihidupkan dengan mengkonsumsi barang buatan lokal, tapi Gus Rendradan Gus Wong senang MENGKONSUMSI dan MENGGELUTI barang BELANDA tuh…Gus Sahid pasti cocok jadi STEERING COMMITTEE biar gak menggak menggok heheheh…..Lemas beneran saya!

  189. hmmmmmmmmmmmm…..tentang timnas…..tentang cinta…..tentang Nasionalisme…sudah dibahas dg cara ilmiah, non ilmiah, cara pikir onthelis dan cara serius dan guyonan…..semua itu sangat menarik dan membuat saya interest dg obrolan ini….tetapi saya juga sedikit kagum atas pernyataan SBY yg singkat dan lugas : JANGAN SALING MENYALAHKAN…..percayalah “badai pasti akan berlalu” seandainya kita berpedoman dg “tesis”nya saudara kita Pakdhe Wongeres (baca tulisan sebelumnya ) : dengan CINTA semuanya akan berakhir dengan “baik”…….
    bukankah kita hidup juga berawal dari cinta?…..dan disini kita bisa ngangkring juga karena Cinta? cinta kepada yg namanya sepeda onthel……
    hayo siapa yg bisa menyanggah “tesis” ini ??????

  190. @ Rangga Tohjaya

    Setuju Ki Rangga Tohjaya, Ahmad Dhani pun juga ngotot bahwa “CINTA ADALAH HAKEKAT” sebagaimana terpampang pada kaos resmi Dewa 19 di Album Pangeran Cinta.

    Nasionalisme juga berawal dari cinta tanah air, masalah hiruk-pikuk politik domestik sebetulnya hanyalah masalah rezim saja, jadi tidak perlu dimasukkan dalam hati. Karena cinta Motherland juga tidak pernah membeda-bedakan kita. “Padamu negeri, kami berbakti dan berjanji. Bagimu negeri, jiwaraga kami”. MERDEKA!!!

  191. @Kyai ‘Pedarakan’
    Ibarat onthel, menilai baik-buruknya kan bukan main mutlak-mutlakan to? Amar ma’ruf nahi munkar tentu dikedepankan sebagai acuan. Tapi kata WS Rendra: kita tidak mungkin membangun surga tanpa mau tangan kita kotor! Meskipun sekarang banyak yang maunya membangun tangga steril yang langsung mancat ke surga… Nyuwun pangapunten, karena saya belum fasih boso Arab, ya boso Jowo saja: empan papan.

    (Kalo ditemani Jupe, nanti jadinya malah ngehost-nghosan… 😀 )

  192. Pak Dhe Rangga, iya itu Kyai Pedarakan kan menguji kesungguhan cinta kita pada lampu bathok nasional. Mana yang lebih murni: cinta buta atau cinta rasional? Kalau untuk gregetnya pasti lebih megang cinta buta. Cinta rasional terlalu banyak pertimbangan. Pak Sahid pasti juga lebih terkesan oleh para ‘hunter’ yang dibutakan cinta lho, wong jangan-jangan Pak Sahid juga sudah sering begitu. Haha… Nuwun sewu, Pak Sahid.. Ampuuun 🙂

  193. @ gus Genduru.. mungkin nawaetunya Kumbokarno dan Wibisono memang diciptakan berbeda dari awalnya… sang penganggit sengaja menciptakan dua tokoh tauladan ,sang Kumbo “ngugemi” sumpah bela negara ( right or wrong is my country) sedangkan kadang enome sang Wibi ngugemi sumpah bela kebenaran.. merujuk istilah gus Pidak ya amar makruf nahi mungkar adanya… nah .. dari konteks ” nasionalisme”?.. kalau secara harfiah kata ” nation” jelas akan menggiring pikiran kita bhw hal itu lebih terkait kepada konsep sumpah sang Kumbo… namun bagaimana dengan konsep ” ngugemi “pener” ala sang Wibi?, bisakah “membela kebenaran” kita samakan dengan bela negara?… byuuh..byuuh.. pencipta kitab Ramayana gawe conto kok ya marai ruwet tenan, belum lagi kalau mengupas kisah ” banyu perwitasuci” yg juga sebagai wujud “kecintaan” sang Bima pada perintah Drona yg sebenarnya ngacau… bahkan Rudita keponakan ki Gede menoreh lebih memilih jalan “Yudistira ” titisan dewa Dharma sang pemuja keiklasan meskipun dirinya dikaruniai ajian Jenis Lembu Sekilan bawaan orok…. weelah muter soyo ra nggenah yo Gus..kaya lampu lasernya penyokong harimau malaya…hehehe..

  194. @Kisanak Pidak Padarakan, “jika ada 2 pihak yg berseteru, pasti salah satunya salah”…kayaknya nggak gitu lho(?)..ada yg 2 pihak berseteru, tetapi keduanya benar…contohnya : masih ingat ndak cerita tentang Ajisaka (asal mula huruf Jawa), Sang Ajisaka(majikan) meninggalkan pusakanya kepada salah satu pembantunya dg pesan wanti wanti :pusaka ini
    jangan diberikan kepada SIAPAPUN selain kepada saya dan beliau meninggalkan pembantunya tsb utk menunggui pusakanya…….setelah beberapa lama pergi akhirnya Ajisaka akan mengambil pusaka yg dititipkan tsb tetapi dia mengutus pembantunya yg satu lagi untuk mengambil pusaka tsb……tetapi apa yg terjadi kemudian? Masing masing utusan bertengkar saling setia mempertahankan pesan dari majikannya, akhirnya kedua duanya berkelahi….dan mati semua……ha na ca ra ka , da ta sa wa la, pa da ja ya nya, ma ga ba ta nga…..gitu lho Kisanak…ternyata dua duanya benar.

  195. @Kisanak Pidak Padarakan….nyuwun pangapunten nih …..ono tutuge (huaduh kayak cerita Sang Kancil wayang bebernya dalang Ki Subrata).
    Bener banget tuh pangandikane panjenengan : Gus Rendra dan Gus Wong ( dan ditambahi Saya juga) senang MENGKONSUMSI dan MENGGELUTI barang Belanda……kenapa ya? Atau mungkin barang Nasional atau barang Lokal kurang layak dan kurang mengundang selera untuk dikonsumsi dan digeluti sebagai barang yg dikoleksi yah? Atau ada pemikiran lain dipandang dari masing masing individu mereka,……yg terang saya percaya bukan berarti mereka “tidak nasionalis”………he he he he….. gitu apa yah?

  196. @ Ki Rangga Tohjaya

    He..he..he..pertanyaan Bapak menggelitik juga. Kalau masalah sepeda onthel barangkali kita sulit untuk memilih produk dalam negeri atas dasar 2 alasan:

    1) Keberadaan sepeda onthel Indonesia(Turangga, Banteng, Dll.) sangat
    terbatas. Merek-merek sepeda nasional masa kini
    (Polygon, United Dll.) juga tidak mengeluarkan versi sepeda onthel. Jadi
    kita tidak punya pilihan banyak. Sepeda replika buatan lokal (Gazelle
    Mangiran) juga ada, namun karena belum tentu lulus uji kelayakan
    teknis, sehingga kita tidak mau ambil resiko kecelakaan di jalan.

    2) Sepeda-sepeda Eropa yang beredar di Indonesia berstatus barang
    heritage sehingga tidak memiliki potensi merusak keseimbangan pasar
    sepeda Indonesia.

    Dalam hal kostum, para onthelis juga tidak selalu menggunakan kostum pakaian daerah atau pejuang Indonesia, namun demikian itu adalah bagian dari aksi teaterikal ataupun reenactment guna membangun semangat sekaligus bagian dari daya tarik kampanye kembali bersepeda.

  197. huahahahaha……bukan main komennya,sangat terinci dengan analogi yang pas dan berimbang, konteksnya tepat! maaf hal seperti ini agak susah didapat dari Orang yang selalu berpikir untung dan rugi dari suatu KEBIJAKAN PUBLIK, misal POLITISI yang penuh ambisi dan sering ngapusi, akhirnya mulat sariro hanya untuk jadi DURATMUKO. Dari penggemar( HANYA ) sepedah onthel, akhirnya didapat standard kebenaran dari berbagai sudut pandang….sehat jiwa dan raga insyaalloh!

  198. @Denmas Sahid……….he he he he ….lah ya itu yg sebenarnya ada dalam benak saya…..cuman lah kok yo angel banget buat mengeluarkan dalam bentuk pernyataan tertulis ……maklum mawon njih Denmas……lah soal kostum selain bagian dari aksi teaterikal, menurut pendapat saya kadang kadang masing masing personal onthelis sekedar “memantas pantaskan” atau “men tahu dirikan”, menyesuaikan dg postur tubuh ataupun tampang wajah masing masing onthelis…….misalnya saya lebih pantas memakai kostum lurik hitam ditambah blangkon daripada saya memakai baju ala pejuang, krn kayaknya memang tampang saya kok nJawani, terus kalau pakai pakaian tentara atau pejuang jan babar blas nggak ada tampang tentara…..tentara kok cilik…elek……lan pokoke ndak pantes lah……yg pasti kostum saya keliatan lawas, kuno, sesuai tunggangannya……onthel lawas…..dan kalau dilihat kayaknya ….sesuai dan indah….nuwun.

  199. @ gus Pidak… saya juga seneng banget mempunyai sahabat yg ” landhep” pikire ,jembar kawruhe lan waskito ing pandulu… usul mas Wong.. bagaimana kalau diskusi angkringan ini tiap topik di cetak dan dijadikan ” kenag kenagan “…hehehe.. selanjutnya perlu ada reuni kopdar member angkringan OPOTO ini ..pasti gayeng tenan.. salam

  200. @ Pidak Pidarakan

    Setelah merenungi kembali opini sampeyan kembali, perbedaan antara Kumbakarna dan Gunawan Wibisana barangkali bisa menjelaskan perbedaan antara patriotisme dan nasionalisme.

    Patriotisme ala Kumbakarna memang murni sebagai manifestasi sikap cinta tanah air tanpa memperdulikan dunia politik atau rezim pemerintah yang berkuasa. Kumbakarna tidak akan pernah mau berunding dengan musuh. Siapapun yang menganggu negara Alengka akan dihajar tanpa kompromi.

    Sedangkan nasionalisme barangkali lebih diartikan sebagai sebuah sikap politik atau sikap budaya. Gunawan Wibisana bisa bersekutu dengan Rama dalam rangka mengkoreksi sistem pemerintahan negara Alengka untuk kembali kepada bentuk yang ideal.

    Menurut saya, baik nasionalisme maupun patriotisme adalah penting sebagai sendi-sendi utama tegaknya sebuah negara dan kuatnya identitas bangsa. Alangkah idealnya, bilamana selalu ada bayangan garuda pancasila di dada kiri setiap warganegara Indonesia meskipun ada beraneka logo tertempel di dada kanan. Dada kiri adalah simbol jantung kehidupan seseorang dan hanya Garuda Pancasila yang berhak menempel disana.

  201. @Denmas Rendra, reuni kopdar bisa saja kita adakan pas sekalian nanti ada acara di Jogya tgl 28 dan 29 Pebruari 2011 di Benteng Vredeburg , yah paling ndak kita mulai sekarang bisa menghimbau “saudara saudara” kita yg selama ini ngangkring di blognya Pakde Wongeres….untuk bisa meluangkan waktunya menghadiri acara di Jogya tsb……ayo kita adakan temu kangen disana……setuju?????????? Kita selalu nebeng ngobrol di OPOTO,…..kali ini kita nebeng di Markasnya PODJOK……boleh nggak ya sama Denmas Sahid atau Mas Towil…bukankah kita juga anggota Komunitas PODJOK…..tetapi kelas jauh….makaten njih Pakde Wong…….saking jauhnya sampe jarang ketemuan….he he he he

  202. Gus Rend, semakin sering saya mampir di Blog-nya Wong Agung Jayengrono iki, semakin banyak ilmu yang saya dapat, dari Njenengan,Wong Agung,Gus Sahid dan Denmas Ronggo ( putrane Panembahan Senopati hehehe? ), selalu ada sebuah ruang baru untuk SEJENAK TERMANGU dan berdiam diri sejenak( bukankah melawan Prabu Salyo harus diam dan tidak melawan ..atau Kontemplasi khas Puntodewo dan Kresno kalau lagi marah) untuk bisa mencerna Wejangan Begawan Wisrowo dan Resi Bismo hehehehe!…kalau bisa datang ke Jogja, Insyaalloh saya akan menjadi pendengar yang setia, takut UNGKAPAN dari BUMI untuk LANGIT yang wise berlalu begitu saja. Saya melihat banyak kata-kata BIJAK berlalu lalang di BLOG ini, setara dengan Wejangan ‘Attar dalam Musyawarah Burung-burung atau Mistik Islam-nya Annemarry Schimmel…bukan main! It is not happened everyday….., blog ini mengajarkan berbagai ilmu analisa yang tajam dan tentu saja PENGALAMAN PRIBADI untuk sebuah Motivasi! Tentu saja ini blog yang sangat penuh dengan inspirasi……

  203. @ Gus Sahid,
    Iya betul Njenengan Gus ,tapi pertanyaan Gus Rendra juga patut di cermati, apakah membela kebenaran( hakikat)A la sang Wibisono sama dengan patriotisme BUT(A)O Sang KUMBOKARNO, yang langsung membela negara, MESKIPUN negaranya atau REZIMnya mlenceng soko bebener? Bahkan sampai saat ini departemen Penyajian Kebenaran-pun masih mempunyai topik diskusi yang RUMIT meskipun (hanya?) memberi penilaian, misalnya Bagaimana status Syech Siti Jenar? Benar, atau benar dengan syarat…atau ada kebenaran yang lain?

    • Di jaman kebebasan informasi yang sangat demokratis ini, kebenaran mempunyai wajah yang banyak. Silahkan masyarakat memilih informasi yang tersebar dimana-mana yang diyakini benar lalu menentukan sikapnya sendiri. Institusi yang dulunya dianggap bisa memonopoli kebenaran, sudah tergerus legitimasinya. Lihat saja nasib MUI dan fatwa2nya. Atau fatwa haram rokok oleh Muhammadiyah.

  204. Ada satu sisi dunia wayang yang sering luput dari pandangan bahwa semua tokoh wayang bisa menjadi role model bagi manusia untuk character building. Bagaimana karakter kita, sesungguhnya bisa jadi merupakan refleksi dari tokoh wayang jagoan kita. Apalagi karakter wayang yang tidak memisahkan antara hitam dan putih secara tegas, sehingga terasa terjangkau buat kita untuk mencontohnya. Beda dengan nabi yang suci tak bercela.
    Sayangnya, sejak generasi saya yg umurnya 32 tahun, cerita wayang sudah tidak dominan di hidup saya, meskipun ayah saya penggemar berat wayang. Cuma beliau yg kadang2 bercerita tentang wayang, yang saya anggap kuno pada saat itu, karena media lain tak pernah membicarakannya. Andai saja ada upaya sistematis untuk mengajarkan wayang di kalangan anak muda, sehingga wayang terlihat keren, niscaya tidak ada cerita bahwa bangsa kita krisis ketauladanan. Karena meskipun pemimpin bangsa ini tak bisa dijadikan contoh, masih banyak tokoh wayang lain bisa dijadikan alternatif role model.
    Menurut saya, sekarang arah jaman mulai menuju ke postmodern karena modernisme mulai terbukti gagal menyejahterakan manusia. Artinya, inilah saatnya untuk kembali untuk menggali budaya tradisional untuk didialogkan dengan kemajuan jaman. Tidak untuk sekedar mengagung2kan kejayaan masa lalu melainkan untuk membangun masa depan yg lebih sejahtera luar dalam.
    kok dadi serius yo…

    • Tak kiro kok serius iki mesthi arep gojeg, je 😀

      • Rangga Tohjaya

        @pakde Wongeres…ini loh yg namanya Serius tetapi Santai…Sersan……gojegan dadi gagasan….

      • sepertinya angkringannya semangkin ramai saja ini mas,nyuwun sewu lama ndak setor muka,maklum harus rampungin kerjaan di akhir tahun.Terus terang filosofi wayang saya juga ndak begitu mumpuni,ngertine mung goro2.Pertengahan januari mungkin ke yogya lagi mas,nanti kalau sudah fix,nggenahke kabar lagi.

  205. @ nah ini dia..lontaran “passing ball” dari Gus Pidak Genduru dan mas Aat akan mkin “menggayengkan” angkringan ini.. btw kemana ya larinya Mas Bagus Kurniawan kok sepi banget.. apa masih bertapa di Kinahrejo?…. hallo mas Baguuus.. kene ndang ngangkring lagi mumpung mas Wong masih buka warung….. hehehe

  206. @Mas Aat yg kayaknya lagi gelisah(?)……pada wayang memang banyak sekali falsafah yg adiluhung utk kita jadikan “wae of laif” kita selain tuntunan agama yg kita anut dan dari ayahanda Mas Aat kurang mendapat “dongengan” tentang wayang……alhamdulillah ini ada kadang kinasih kita Ki Dalang Pidak sudah mulai turun nggunung,…semoga dari beliau ini kita bisa ngangsu kawruh tentang “mirakel of Wayang”…..sumonggo Ki Dalang…mumpung angkringan Pakde Wongeres masih boleh kita jadikan “Universitas Terbuka”…saya jadi salah satu cantriknya njih…..
    @Mas Bagus Kurniawan…hualah ada kegiatan apalagi nih Den Bagus? Kemarin sudah jadi relawan nyambi wartawan…sekarang tambah “jabatan rangkap” lagi…yo wis pokoke selamat dan sukses buat Mas Bagus…tetapi yo mestinya jangan melupakan ngonthel ……he he he he…sepedane tambah berkarat…….

  207. Konjuk Para Sedherek ingkang minulya…Kula ngaturaken Sugeng Warsa Enggal 2011, mugi-mugi Panjenengan sedaya pinaringan karahayon, karaharjan kaliyan kamukten wonten ing warsa ngajeng. Amien ya robbal alamien. Nuwun.

  208. Wah nunggu wedar sabda ki Dalang.
    Ki Mas Rangga Tohjaya : utk relawan sekaran pindah dari Merapi ke Kali Code krn rumah saya tidak jauh dari bantaran X Code. Kalo ngonthel always selalu. kalau sepeda yg kena awan panas dijamin berkarat, saya nemu satu sepeda mini ukuran 16 yang terkena awan panas di depan rumah warga yg sekeluarga habis, jadi trenyuh. bapak, ibu dan anak tidak terselamatkan.

  209. @ semoga di 2011 kita semua senantiasa dibanjiri keberkahan ..salam

  210. Hari ini di Jogja ada penampakan pelangi mengelilingi matahari. Ada quote menarik dari Pak Nano Asmorodono di FB-nya: ” Srengenge kembar. Jarene simbah biyen jenenge Tejo Bathang. pratandha yen arep ana pemimpin sing seda. Jarene simbah biyen lo ? Contone rikala ana srengenge kembar Bung Karno seda. nek iki mbuh “?

  211. medheni tenan mas sahid, semoga pemikiran-pemikiran yang besar tidak juga mati.

  212. @ halo matahari.. memang indah.sayang di jkt tdk nampak.. fi fb juga rame ft2 cincin matahari dr jogja..semoga pertanda baik belaka..

  213. Dalam dunia supranatural Jawa, yang dinamankan Tejo mBathang bukan seperti matahari dengan cincin atau Halo, tejo mbathang adalah pelanggi tapi bukan berbentuk busur seperti yang biasa kita lihat tapi agak vertikal. Dulu sewaktu (alm) Sri Sultan Hamengku Buwono IX mau wafattahun 1989 tejo bathang muncul di sisi tenggara-selatan. Semoga kemarin bukan Tejo Bathang tapi peringatan 4 Januari Yogya kota Republik.
    Sekarang ini matahari kembar yang satu muncul di balik pohon beringin warna kuning. Yang satu matahari warnanya biru sinarnya bukan banyak segi tapi cuman segi tiga mersi tapi menyinarinya selalu ragu-ragu

  214. leres sanget…..wetan-kidul ateges “Imogiri”. Panggenan poro pepunden sumare.
    he..he…mas bagus, kulo wastani nggih pun “nyok-nyok”, nyok padang…nyok peteng…pun byar pet……ateges “kalah pamor”

  215. Sewaktu gempa 2006 lalu, dari arah tenggara jauh juga ada penampakan pelangi…apakah itu bentuk perhatian para leluhur Yogyakarta yang bersemayam di Imogiri ketika ada musibah di wilayah Kasultanan Yogyakarta?

  216. @mas Suga…agus…suga…apa kabar? nyok byar..nyok pet..pertanda apa njih…
    @mas Bagus..moso ada srengenge kok kuning dan biru koyo gulali…hehehe

    • pangestunipun, sae-sae kemawon pak…nembe wangsul “nggarit”.
      lha nggih to Pak….kulo raos aken kok kados mekaten…byar pet…padahal ya sudah di cek : kondisi masih layak & sudah sering digosok sana sini (….njagani nek “ono neyeng”nya) , tdk ada yg putus & lagi “sumber” jg melimpah–> tdk kurang “strum”-nya………nopo nggih Pak??? Apa “bautnya kurang kenceng”??????

  217. ………jadi inget peristiwa itu. Kalau melihat arah “tanda/sign” mengarah ke kidul wetan, bukankah pusat gempa juga dari arah sana?…selatan yogya?? (karena menurut “poro pini sepuh” penentuan tengah/poros/as pulau Jawa terletak di “Borobudur”)….karena kalau diukur ke barat sampai Banten & ke timur sampai Banyuwangi atau utara ke Semarang & ke selatan sampai Parangtritis. Dan kalau dilihat dari dampak gempa waktu itu, daerah Klaten selatan & Bantul adalah daerah yg paling “parah”, makam poro leluhur di Imogiri jg terkena dampaknya, demikian juga “bangsal Trajumas” di kraton juga ikut rusak parah —> bangsal yg di simbolkan sebagai tempat mencari “Keadilan”. Apakah kejadiannya akan —> “keadilan semakin sulit dicapai & digapai” bagi para pencari keadilan???? Kembali kepada “tanda/sign”, kebanyakan org “jowo” akan meng-“nggathuk-gathukkan” sesuatu tanda/sign yg aneh/sesuatu yg tidak selalu datang/ada di setiap waktu baik itu tanda (alam, tubuh kita, perilaku hewan dll) dengan kejadian yg akan atau mungkin akan terjadi atau bahkan sesuatu yg sdh terjadi jika “mengalami/merasakan/melihat & lalu mengarah ke subconscious mind —> ujung2 nya ya as if it will happen (gek..gek….nek ono ngene arep ono ngono atau oh… nek ono ngene dadine ngono to…..), maka timbulah istilah “eling lan waspodo”, wah….jadi inget “Primbon”…
    “Jika kita bermimpi terharap suatu hal & jika mimpi kita ternyata juga diimpikan banyak orang” maka akan timbul “energi yg sangat luar biasa Dahsyat-nya” utk merealisasikan hal itu terjadi. Itu baru mimpi, bagaimana dengan pemikiran2 besar/cerdas yg bisa “meng-energize” orang lain & berlanjut sampai ke akar-akarnya? wah….pasti akan sangat fantastic hasil yg akan dicapai…..yuk ngonthel yuk…………….

  218. Menyimak analisis Toean Rendra, Ki Pidak Pidarakan, Kang Aat, Ki Rangga Tohjaya, Ki Bagus Majenun dan Bro Suga, lama-lama angkringan ini jadi kumpulan onthelis spiritual he..he..he..banyak proses pengayaan jiwa melalui obrolan santai tapi abot ini…he..he..he..

  219. @ ini angkringan campursari ya den mas Sahid.. isinya sangatlah lengkap bahkan sampai sulit utk memilahnya, tp justru mungkin disinilah keindahan musik campursari..dan sepertinya ini reportasi dengan komentar terpanjang..313 komentar.. luar biasa, mungkin setara tebalnya dengan satu skripsi anak kuliahan..hehehe..

  220. Duh…duh… Mohon maaf, bakule angkringan tahun baru malah umyek di belakang, untung tamunya para penyabar, juga loma, kersa paring piwucal sembarangkalir. Hehe… matur nuwun.

    Pratandha/sign memang tidak perlu sesuatu yang luar biasa, dalam arti menyalahi hukum alam. Lha kakak perempuan saya itu selalu tahu membedakan mana keduten biasa dengan mana keduten yang akan disusul dengan mendapat rejeki. Padahal keduanya fenomena fisik biasa. Tapi tidak bagi kakak saya yang sudah belajar dan menerapkan ngelmu titen hampir sepanjang usianya.

    Lha ini lagi-lagi mirip komentar Mbah Tris ketika ditanya bagaimana membedakan antara besi onthel asli lama dengan gantian baru. Katanya, yang asli lama itu kalau dipegang akan terasa adhem di hati. Hahaha…

  221. P”Wong
    Saya sangat yakin jika & hanya jika dengan “sak kecapan pucuking ilat”, P’Wong pasti bisa membedakan mana soto yg “seger, pas bumbune, nyamleng lan numani” dengan soto sing “anyep” —–> mungkin jika ditambah bumbu apa saja rasanya akan tetap “anyep”.

    Gus Sahid & Toean Rendra
    Setuju dengan pendapat sampeyan kekalih, bahwa di angkringan Potonoro memang ” Expect Unexpected” he…he…berharap telur ayam akan menetas jadi ayam ternyata “menetas menjadi kupu2”. Luar biasa, banyak hal yg bisa saya ambil dari “angkringan ini”. Makanya angkringan ini “seger, pas bumbune, nyamleng lan numani”.

  222. @ mas Wong ternyata prathondo yg sederhana memang banyak banget disekitar kehidupan kita lho,,- tatkala manuk prenjak ngglanther katanya mau ada tamu, kupu hitam masuk rumah malam hr konon akan ada yg sakit, burungh gagak bunyi- malam-hari akan ada rajapati, lintang kemukus mlethek akan ada pageblug, kedudtan -mata atas akan jumpa temen lama, kejatuhan-cicak akan sial, ,, kalau lg mertamu ada bunyi klunthing klunthing berarti suguhan akan keluar,,,,hehehehe… dan y pratandha g terakhir biasanya banyak benarnya,,…
    @mas Suga,,,angkringan OPOTO bukan hanya numani tp mungkin sdh pada level “nyandu” stadium empat… masakane uenak dan sering tak terduga menunya….

  223. @ Toean Rendra
    Ini berarti tanda-tanda keramat-nya sepeda Gazelle 9X kagungane…baru gambar dan artikel ulasannya saja sudah mampu menyedot 313 opini. Apalagi kalau ketemu sepedanya langsung…

  224. @ Ki Wongeres

    Dari referensi, saat ini adalah masa “Kapitu” yang berawal 23 Desmber sampai 2 Februari. Masa Kapitu adalah saatnya benih padi mulai ditanam di sawah. Pada masa ini dikatakan sebagai banyak hujan dan banyak sungai yang banjir, namun demikian tetap baik bagi para petani karena tanaman muda butuh banyak air. Udara digambarkan cenderung lembab dan dingin karena lebih banyak mendung maupun hujan. Dalam sesebutan Jawa dinamai sebagai “wisa kentar ing maruta” yang berarti bisa terbang tertiup angin sebagai ilustrasi waktu banyak terjadi wabah penyakit. Memang luarbiasa ilmu para leluhur kita…

    Kalau dalam ilmu akupuntur China, saat cuaca dingin seperti ini, organ yang paling menderita adalah ginjal, sehingga disarankan untuk memberi nutrisi lebih dengan herbal/makanan antara lain temulawak dan rumput laut…

    • Sepengetahuan saya, Selain menaruh perhatian besar terhadap sepeda onthel, Pak Doktor Sahid juga memiliki pengetahuan luas tentang khasiat tanaman herbal, bahkan juga feng shui. Kita perhatikan para onthelis saat ini relatif memiliki kepedulian tinggi terhadap kebugaran pribadi serta kesehatan lingkungan. Tidakkah Pak Sahid bersedia mengemas aneka minuman/suplemen herbal praktis dalam paket-paket kecil sebagai kelengkapan bekal fisik para onthelis? Saya bersedia jadi pelanggan pertama. Hehe…

  225. Leres Pak Sahid, mangsa Kapitu pratanda wayahe mangsa tandur kadang tani. Kalau di Pasar Pedan dan Cawas wayahe sepeda Gazelle, Humber masuk pegadaian alias diganti uang untuk beli benih. kalau kepepet sekali sepeda ya langsung dilempit ke bakul. Itu juga pertanda bagi para pemburu sepeda untuk adhang-adhang pas wayahe pasaran kanthi wayah esuk isih umum-umun njukut. Atau sepeda bagus dipinggir sawah bisa langsung diganti dengan benih atau pupuk 2 atau 3 kuintal

    • Wah, lha kalau ini Mas Bagus jelas menyindir saya. Burgers heren saya itu dulu kan saya dapatkan juga karena pemiliknya butuh duit untuk beli benih. Itu kalau sama petani. Tapi saya benar-benar nggak paham siklus suasana batin Mas Bagus agar bisa ‘ngadhang-adhang’ kapan pegangan pada rotel Burgersnya nggak begitu kenceng untuk ditembung. Hehe…

      • humbermania defoc 0905

        sugeng enjing mas noor,itung2an mas bagus perihal siklus petani menarik juga.Lha njenengan dan temen2 lebih gampang ke TKP,lha saya dipinggiran jakarta sudah ndak ada lagi lahan persawahan/tegalan.Sepertinya harus berkurban hunting ke yogya/solo,paling pas ya pas ‘dino pasaran’.
        Ok mas salam buat temen2

  226. Pak sahid dan mas bagus majenun, apakah keadaan seperti itu masih ada ya ? cukup beralasan menginggal pranata mongso ketika ada hal lain yang lebih menguntungkan. sebagai contoh akhir-akhir ini di kampung saya sektor pertanian dan perikanan agak tergeser karena mencari pasir di sungai opak lebih menguntungkan.semoga tidak menyalahi hukum alam.

  227. @ Ki Bagus Majenun
    Nah ini menarik, menghubungkan masa tanam padi dengan waktu perburuan onthel. Berarti segera menyewa pick up terus keliling desa he..he..he..tetapi mungkin malah dapat Mio, Satria atau Vario he..he..he..karena sepeda onthel sudah disapu habis para onthelis…

  228. @ Dimas Faj
    Krisis perubahan iklim tampaknya memang akan signifikan berpengaruh pada reliabilitas model “pranata mangsa”. Model tersebut akhirnya menjadi tidak stabil seiring dengan krisis perubahan iklim. Industri pertanian saat ini sedang dalam persimpangan jalan menuju tata budaya pertanian baru. Cuaca ekstrim menyebabkan model-model pertanian tradisional atau konvensional menjadi tidak efektif menjamin kecukupan pasokan pangan.
    Di masa depan kita mungkin akan lebih banyak makan ketela, karena tanaman ini jauh lebih tahan banting dibanding padi, gandum dan jagung dalam menghadapi perubahan lingkungan.
    Pola ngonthel kita juga jadi kacau banget…sekarang ini waktu bersepeda paling layak hanyalah pagi…ngonthel sore dan malam probabilitasnya sudah jauh dibawah 50 %…kecuali sudah niat mandi jalanan he..he..he..

    • Pak Sahid, belum lama saya lihat dalam perjalanan Purwodadi-Blora, justru banyak sawah yang menghijau. Konon mereka sekarang nothing to loose mengambil hikmah dari anomali cuaca. Dahulu panen hanya sekali, sekarang selama masih turun hujan ya mereka tanami padi saja.

  229. @sepertinya akan sangat sulit menyamai nasib baik mas Wong saat “kejatuhan wahyu” si elang”benih” perkasa, mungkin bener sinyalemen den Mas Sahid, jangan2 saat kita ngadhang adhang bawa mobil tlompak dapatnya bukannya burgers atau fongers tp malah mio atau supraX..
    @ mas Bagus..tanggal mongso sudah lama tdk pernah tepat, anomali iklim krn dampak pemanasan global ini harus memicu para ahli “tanggal mongso” utk segera menemukan rumus2 dan perhitungan baru dlm menentukan musim… istilah” pancuran mas sumawur’ diawal musim hujan dan jeritan”kucing gandhik” diawal kemarau rasanya sdh tdk uptodate lagi dan akibatnya petanipun dibikin pusing karenanya… lha rego lombok sekilo sama dengan 3 kilo daging sapi baru kali ini terjadi sepanjang sejarah.. meskipun sudah ada keputusan Menteri Perdagangan bhw per 1 februari 2011 hrg cabai akan dipatok pemerintah di angka rp.10.000 per KG di super market ( dengan catatan harus dimakan ditempat.tdk boleh dibawa pulang..hehehe)…

  230. Betul Pak Rendra, gonjang-ganjing sayuran seperti dulu saat Bawang putih, sekarang ganti lombok. banyak Petani di lahan pasir kulonprogo mengeluh kalau sekarang tanam 1.000 pohon, biasanya 3-5 rit tanaman atau sekitar 15-25 persen lahan mati, rusak dimakan hama.
    Kalau dalam suluk goro-goro, udan salah mangsa itu pratanda ketidakseimbangan alam.
    Saat ini petani kedelai, kacang di Bantul, Klaten dan Purwodadi juga banyak yg gagal aliasnya hasilnya tidak seperti tahun 2008/2009 lalu.
    Ilmu pranata mangsa memang berubah, tapi adhang-adhang saben pasaran ing wayah isuk aja kelalen, mengko ndak disamber nggelap.

  231. @ Para Kadhang Minulya
    Dalam situasi perubahan iklim seperti ini memang para petani perlu banyak bekal instrumen sebagai upaya mensiasati ketidakpastian cuaca. Model prediksi siklus cuaca seperti “Pranata Mangsa” barangkali hanya valid untuk kondisi iklim normal yang stabil.
    Pendekatan teknologi kultur padi harus mulai dilirik sebagaimana negara produsen beras seperti Thailand sudah mulai mengembangkan varietas padi tahan angin dan tahan air, sehingga mampu bertahan hidup di cuaca ekstrem.
    Masyarakat juga harus disiapkan untuk mulai berbudaya food combining, sehingga dikala beras langka karena panen gagal, tidak perlu ada gejolak pasar yang berlebihan sebagaimana yang terjadi pada lombok. Kita harus mulai membiasakan ber-“poliboga”, mengurangi makan nasi, dan mulai membiasakan makan jagung, kentang, dan komunitas ketela (kaspo, pendhem, ganyong, garut, gembili, suweg, uli, kimpul, dll.).

    • humbermania defoc 0905

      sugeng enjing mas sahid,pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca erupsi merapi,apa ya sampai ber ‘poliboga’ spt yang njenengan maksud diatas.Malahan kalau bisa disain lansekap,baik skala rumahan maupun lingkungan diseseli jagung,telo,kimpulbahkan lombok .
      Barangkali untuk mengubah paradigma ketergantungan terhadap padi/beras.
      Jangan sampai tikus mati dilumbung padi.
      Nyuwun sewu njenengan solonipun pundi?,awal desember kmr sy sempat menikmati car free day di slamet riyadi,hanya ndak gowes,cukup by sikil.Lumayan nyaman.Salam

      • @ Humbermania DEFOC 0905
        Pak Hari ingkang kinurmatan, konsep “kebun rumah” memang belum pernah digarap serius secara nasional, padahal luarbiasa potensinya. Saya sudah praktek menanam 20 jenis pohon mangga disekeliling rumah, hasilnya malah bingung karena terlalu banyak mangga…he..he..he..”kemlekeren”. Dan ternyata lain tipe mangga juga lain masa berbuahnya, sehingga sepanjang tahun bisa makan mangga terus. Ini bisa menjadi masukan ide untuk Program Merapi.

        Saya di Solo hanya nomaden Pak, sabtu datang minggu pulang…he..he..he..Dulu ada rumah eyang di daerah Kartopuran sekitar Singosaren. Suatu ketika pengin juga punya rumah di Solo kota kembarnya Jogja.

  232. @ wah den mas Sahid telah menemukan istilah baru..berpoliboga.. leres sanget den agar segala rupa makanan selingan yg penjenengan sebut diatas dan saat ini hanya berstatus “gurisan” dpt ter”promosi” naik pangkat menjadi makanan pokok, hal ini sudah dibuktikan oleh pasukan gerilyawan Vietkong selama bertahun tahun dlm bunker makanan pokoknya ternyata hanya singkong dan garam.. dan ternyata mampi mengalahkan pasukan Amerika yg full extra fooding, bahkan tak kurang dari pendapat mantan menteri pertanian era Gus Dur/Megawati ( namanya lupa), krn gemesnya atas ketergantungan kita pada beras import pernah berkata dlm media ,kalau rakyat Indonesia mau mengkonsumsi “nasi” sagu seperti saudara kita di Papua dan juga singkong/ketela maka persedianaan pohon sagu liar di Papua ditambah persediaan singkong/ketela yg ada akan membebaskan kita dari ketergantungan beras import selama 50 tahun, rentang wkt yg cukup utk menyiapkan swa sembada pangan.. katanya… nah saya sangat sarujuk.. marilah kita ber Poliboga… bakmie, soto,gado2,pecel,bakso…hehehehe

    • Gong nya mangstab!!!
      Masalah berpoliboga, itu sangat bisa dilakukan kok. Saya berhasil melakukannya. Saya sarapannya oat, roti, buah, aneka jajan pasar berbasis telo. sudah cukup buat saya. yang kacau itu ya cuma sarapan di hari minggu…. sotoooo terus..

  233. mas aat, apakah dari soto ayam pindah ke soto sapi trus ke soto lamongan belum termasuk poliboga ? semoga konsep poliboga bisa menjadi salah satu pilihan menyenangkan u mengingat masa dahulu dan juga bentuk ternd mengurangi ketergantungan akan beras.

  234. @ Kang Aat
    Dengan semangat POLIBOGA, bisa mulai dicoba SOGUNG (soto dengan jagung) atau SOTANG (soto dengan kupat kentang). ..he..he..he..

    @Kang Wongeres
    Di Solo hari minggu mendatang, kawan-kawan SOLO bikin acara resmi touring kulineran Warung Kopi Thiam dengan Bondan Winarno…kapan-kapan di Jogja mungkin bisa diadakan juga dengan EO kawan-kawan Opoto…Touring Sogung dan Sotang…he..he..he..

    • yang paling mudah aplikasinya adalah SOWAN (soto bakwan) dan SOSOR (soto tahu susorrrr)… mbesok minggu takcobane

      • wongeres OPOTO

        Ya anggap saja hari Minggu itu sarapannya “oat of the box”. Alias kocar-kacir sakanane. Hehe…

  235. Pak Sahid, baru November kemarin saya main ke Kopitiam Oey (warung kopi Bondan ‘Oey’ narno) yang di Purwosari, Solo. Hampir seharian ngobrol dengan Pak Bondan, dan ketika ditraktir makan, saya pilih pecel wader yang diimpor dari bandara Adisucipto (oalaaah, lha kok panggah golek sing cedhak!) sampai dikomentari Pak Bondan: alangkah tidak kreatifnya kita hari ini. Beliau nggak tahu, itu saya sudah ngempet nggak minta soto, je. Haha… Kalau Pak Sahid ketemu, mohon sampaikan salam. Password salamnya: Kembalinya Elang Rajawali 🙂

    Soal sotang, jangan-jangan malah pada milih sothang teji 😀

  236. Kalau berkunjung ke blog ini,langsung kringeten gobyos….

  237. @gus Pidak..gobyos malah sehat lho..hehehehe… apa kbr Gus..

  238. Alhamdulillah sae Gus Rend. Kalau menjenguk BLOG ini mesti siap lahir dan batin…..blog’e poro Winasis!

  239. Pak Sahidnugroho salam kenal lewat ontel, saya senang sekali mendengar obrolan masalah tanaman mangga yang berbagai jenis memang masa berbuahnya berbeda itu yang sangat kita dambakan ehingga terus menerus kita bisa merasakan beraneka ragam rasa buah mangga.
    Sama juga dengan tanaman durian yang lokal dengan yang montong beda rasanya, baik dari batunya maupun dari ketebalan isinya.
    Kembali lagi dengan ontel yang berkelas misalnya GAZELLE lain rasanya dengan yang merek lainya. Sekian dari Pak Komang Arya BALI.

    • Salam kenal, Pak Komang Arya.
      Setiap kali berkunjung ke rumah Pak Sahid saya juga menikmati rindangnya pepohonan buah, antara lain mangga dari berbagai jenis itu. Kalau masuk ke dalam rumah, baru di sana ada sepeda berkelas dari berbagai jenis dan merek 🙂

  240. Mas Arya Arnita, salam kenal dari sesama penggemar mangga. Mangga Indonesia paling asyik adalah Mangga Madu dan Mangga Manalagi. Rasa mereka satu nada, namun mangga manalagi lebih besar sedikit dan ada sedikit rasa asam. Kalau mangga impor, saya paling suka mangga thailand yakni Mangga Chokanan dan Mangga Olkiong. Silahkan dicoba pasti suka he..he..he..

    • @ P’ Sahid….Mangga (…bhs sunda) kalau arti Indo (… silahkan), bhs Jowo-nya (..monggo). Tapi bisa jg kata monggo …diartikan laba-laba, nah memang… kalau di Thailand monggo/laba-laba goreng memang
      “nak nan”…dayi dab…guyon nggo tombo ngantuk…ngenteni bal-balan.

  241. Mangga memang buah istimewa. Hampir tanpa perawatan, buahnya lebat, manis, dan ndaging! Hehe… Masa kecil dulu, banyak sekali nama, jenis, dan bentuknya. Dari mangga bapang, keong, kweni, pakel (halah. ini termasuk mangga bukan ya?), podang, lali jiwo/manalagi, golek/arum manis, kopyor, cengkir madu, krasak hingga gadung.

    Tapi saat ini, budidaya yang dilakukan telah mengerucutkan (atau menyeragamkan?) selera orang akan buah mangga. Antara berjenis-jenis mangga disilangkan hingga sekarang muncul mangga apel, mangga kelapa, dsb. Intinya kita ingin menghasilkan buah paling sempurna, baik dalam nilai/produktivitas ekonomi maupun rasa. Misalnya Mangga bapang yang besar tapi asem banget disilangkan dengan mangga lali jiwo yang kecil-kecil tapi sangat manis. Hasilnya bisa saja menjadi sebuah mangga baru yang… kuecil dan asem! Hahaha…

    Di dunia peronthelan juga muncul beberapa upaya menyilangkan merek-merek sepeda. Maka lalu ada misalnya Batavus silang, Humber silang, Fongers silang, dsb. Nggak nyambung ya? 😀 😀

    Kalau perlu nanti juga menggapitkan hasil silangan itu, misalnya menjadi Simplex silang gapit. Mumpung ada koleksi silang gapit ori milik Pak Sahid, jadi bisa diconto. Hehe…

  242. @ Kang Wong

    Benar…bahkan ada satu pohon mangga bisa berbuah dua jenis…ibarat frame Gazelle diberi setang dan spatbord Simplex. …hasilnya seru …he..he..he..

    Satu catatan penting adalah Mangga Olkiong dari Thailand….kalau bisa dapat matang di pohon rasanya sungguh eksotis…gabungan antara gadung/arum manis yang gurih dan manalagi yang segar…

    @ Bro Suga

    Omong-omong tentang extreem food, saya dengar ternyata daging keong bagus untuk mencegah hepatitis. Jadi menu wajib kalau mampir angkringan.
    Sekarang bahkan mulai dijual jangkrik keju, tapi rasanya kok belum “mentala”, biar jangkrik jadi menu istimewa grup “oceh-ocehan” saja he..he..he…

  243. @ mas Noer dan sahabat OPOTO semua, makasih atas jamuan touring yg sangat eksotis sabtu kemarin, lengkap sekali rasanya pemandangan yg bisa kami nikmati, dari mulai persawahan yg hijau, sungai sungai yg jernih, komplek candi yg pastinya sangat indah, hutan dan bukit hijau nan segar dan ” menipu” heheheh ( sy kira mau diajak masuk hutan..ee..ternyata ada jalan di pinggang bukit..), tak ketinggalan Soto lezat dan ayam bakar… kermarin sungguh hari yg luar biasa.. salam

    • wongeres OPOTO

      Hahaha… Pak Rendra bisa aja. Dengan kata lain, rutenya nggak fokus ya? Itu semua gara-gara kepanikan Mas Tono karena hujan sejak sore, malam, hingga pagi tidak mau berhenti. Padahal sebelumnya sudah kita siapkan rute khas Opoto: sawah di pinggir bukit, Candi Banyunibo, soto, lalu singgah di gubug tepian sawah sambil minum air kelapa dan melihat kreasi anak-anak bikin crop cyrcle secara terang-terangan di sebelah crop cyrcle yang dibuat oleh “UFO” tempo hari..

      Ternyata prakteknya jadi tour de labyrinth, muter-muter kampung sampai gempor! Berangkatnya pun siang sehingga sepanjang perjalanan nggak bisa melihat apa-apa, hanya warung soto yang terbayang. 😀 Nyuwun pangapunten….

  244. Sungguh menggembirakan bisa bertemu langsung dengan sedulur2 sedaya, sebuah moment yg sendu, sesendu cuacanya.
    Jadi, kapan ngonthel bareng lagi?

  245. @Opoters,m.Noor,m.Max,m.Aat,m.Tono,m.Bantoro,dkk…matur nuwun sanget,sdh diparengke gabung u.ngonthel+merasakan soto (gratisss meneh) andalan Opoters…senang sekali dan sebuah kebanggaan u.sayabisa tetepangan kaliyan panjenengan sedaya,semoga berlanjut hingga nanti…
    @m.Bantoro…waduh,rikat dan rosa temen…matek ajian apa mas?? lha sejak start nggenjrit trus..!!! apa pengin segera”mbaleni” yg dirumah po??..he..he..
    @m.Tono…jempol u.rutenya..!!!
    @m.Aat….sepedanya josss mas..!!! senang sekali lihat anak muda kersa nguri-uri sepeda tua…lanjut masss..!!!
    @m.Noor…klo Sabtu 5 maret/Minggu blm ada lokasi tujuan lain,u.opsi brgkl bisa dicoba kearah Selatan (psr Turi,pahing-an) mas…klithikan lumayan byk disana mas,sekalian disitu ada lokasi dahar (mangut lele),yg banyak dirawuhi…
    @pd.Rangga…apakah sudah kondur ke Jakarta lagi..?? semoga membawa cerita yg indah u.dibagikan pd teman2 dan keluarga disana…
    @p.Rendra…meski priyayine”subur”,ternyata tetep lincah ngonthel…ra kersa kalah dgn yg muda…wah jan,ngedap-edapi!!..he..he…

    • nuwun mas Yon. mung inggrisan wis ra usum, mas.. haha!
      tantangannya berani dijawab gak Pak Nur? ketoke mulihe ngalor rodo gobyos2 ini.

    • wongeres OPOTO

      Mas Yon, kata Mas Aat itu rute paling inovatif. Rasanya malah koyo Ontorejo. Mbelah sawah, mblusuk kali, njedhul ke candi, menyeberangi rel kereta api…

      Yang hebat itu Pak Dhe Rangga. Semalaman cuma tidur-tidur ayam di kereta, begitu turun langsung diculik Mas Bantoro diajak ngonthel Potorono-Plaosan PP. Malamnya malah langsung nggeblas ke Tasik. Luarrr biasa!!! Ini kalau motor businya pasti racing. Hehe… Matur nuwun rawuhipun, Pak Dhe Rangga. Jangan kapok…

      Pasar Turi? Sumangga, Mas Yon. Tantangan menarik itu. Mas Tono, siapkah?

      Pak Rendra subur? SUka hiBURan kali ya. Hehe… semoga kemarin cukup terhibur.

  246. @ mas Aat mas Tono, yuuk kapan bikin acara lagi..akhir bulan ya, sy kayaknya ke Jogja lagi..
    @mas Bantoro dan mas Yonthit.. matur nuwun atas segala bantuannya… oya saya kemarin sebetulnya sdh ngos nhgosan tapi malu sama-mbok weedok dan mas Maxs n mas rangga jadi say paksaiin ora ketang bolak balik nghombe..hehehe
    @mas Noer,,mtr nuwun kiriman ftnya..( jadi pengen malu deh…hehehe)..
    @mas Toto VW ..jangan kapok lho..kita jumpa di-jkt ya?

    • Siap pak Rendra! pokoke bikin program kerjaan sebanyak2nya di jogja aja pak.. Mas Tono sudah siap dengan paket rute lain. Beliau ini ingatannya akan jalan2 tikus memang istimewa. kalo bab HP, kunci motor, kaca mata, nah itu beda cerita…

    • wongeres OPOTO

      Akhir bulan? Siiip. Saatnya bikin kostum extended ini. Haha…

      Bu Rendra juga luar biasa. Menempuh perjalanan sejauh itu tapi emosinya tetap flat. Cukup sesekali mengeringkan titik keringat dengan selembar tissue, lalu tersenyum lagi, gowes lagi. Oalaaah… garwane olehe njaga praja nganti gempor. Masih agak gemeter Minggunya harus menemani ngonthel lagi sampai mau nabrak simbah yang bawa sirine. Haha…

    • @Pak Rendra, Saya sudah “macul lagi” lagi di Papua, tetapi kehangatan dan persaudaraan selama ngonthel “special edition” sabtu kemarin masih kebawa sampai Puncak Jayawijaya kok, Matur suwun atas kesabarannya momong ” anak muda” (hehe…siapa yang tua???).
      @Om Wong dan Pak Tono, trims sudah diparengke ikut ngrusuhi, route-nya memang istimewa dan komplit pakai telur. Foto yg di Plaosan nanti saya kirim via email panjenengan. Awal April gabung lagi.
      @Om Yonthit, no hp durung di shear lho om….sori wingi saya “endo kusumo” selak ditangisi anak wedok….kata Om Wong biar kabeh kecukupan, biar budget buat pit lawas berikutnya disetujui mbok wedok hehe…
      @Pakde Rangga, ampun kapok nggih, salut buat Pakde yg masih ngantuk tapi tetep bisa tindak ke Potorono.

  247. nyuwun pangapunten ingkang mboten umpami dumateng sedoyo “angkringers”, menawi kulo mboten saget nderek “nggepit bareng”, mbok bilih menawi sanes wedal….namung kulo bungah sanget amargi saget tetepangan kalih panjenengan sedoyo.
    @ P’ Wong……….ampun menawi bab “Fongers”, …..he..he..kados “ngajari bebek nglangi”

    • wongeres OPOTO

      Jangan begitu, Mas Suga. Wong saya mau nempil ilmunya sedikit kok. Ngomong-ngomong, pulang itu saya masih angen-angen. Bagaimana komentar Mas Suga tentang Burgers dames/Deventer produksi tahun 55 dibanding pendahulunya? Apakah ada perbedaan signifikan dalam hal material atau konstruksinya?

      • @P’ Wong….mungkin yg dibahas kemarin mengenai keni bagian atas (front tube) yg tdk flat (ada cekungannya..mengikuti pipa depan lurus & pipa yg melengkung ke belakang)…kalau tdk salah itu konstruksi dames model A yg di release th 31…dng spek : rem karet model tusuk…langsung ke ban depan (slebor model sama/tetap utuh …tdk model slebor separo).
        Kalau dibandingkan dengan pendahulunya jelas banyak yg beda Pak..terutama utk part pendukung/asesories-nya : bel, pedal, sadel, boncengan, stopan,dinamo, lampu, ban, cagak lampu. Kalau utk konstruksi tidak terlalu banyak perbedaannya Pak …mohon maaf jika salah semua (…..ini pendapat saya pribadi)… matur suwun. Jabat erat.

  248. @dab Suga….salam kenal…berharap,kapan2 bisa bareng ngonthel panjenengan dalem,sesarengan Opoters …..
    @m.Noor…mangut lele yg di psr.Turi perlu dicoba lho mas…sepertinya pas u.”sangu” kondur,mengingat trek pulang yg sedikit menanjak…disana jg ada psr sepeda (dibawah papringan),meski tdk banyak…

    • @ dab yonthit….dayi dab…lha wingi itu wis jan kepingin nggonthel je…lha ndadak pisu njaluk dianterkan ke pasar demangan..dadine yo ora iso melu…jaluk ngapuro yo dab…nuwun.

  249. Trim Mas Nur waktu acara di Beteng Vrederburg, saya udah dikenalkan dengan banyak teman termasuk Mas Aat, Pemilik Sepeda G Palang ( Pak Rendra) dari Karawang dll. dan Titihan Ndalem Mas Nur Baik G1 maupun Humber FA masih bagus

    • wongeres OPOTO

      Humber FA bersadelkan Brooks nan indah itu milik Mas Aat Mas. Sampai ada Bapak siapa itu yang dari Kwarasan beserta anak gadisnya yang cantik terkesima melihatnya. Untung pemiliknya nggak ada di tempat 🙂

      G-5nya juga mingini lho Mas Sep. Biar tua tapi tetep gagah. Sajake cocok iki selerane. Hehe… Mbok jangan ngilang-ngilang to…

      Kemarin pkl 15 baru sampai rumah ya? Hehe… lumayan buat alesan minta pijet…

      • Pak Harjo, saya tuh bukan penggemar G. tapi ada bbrp G yg bikin saya ngiler. Salah satunya punya njenengan lho. asalkan dalm keadaan pas dinaiki ya. soale pas parkir bbrp asesoris dicopoti. hehehe

  250. He he, Mas Nur tu juga seneng kasepuan tho, buktinya G-1 dari G yang tertua dipelihara dan G-1 nya mingini juga n jarang yang punya yg masih original kaya punya Ki Ageng Potorono.
    Sampai rumah jam 15, lumayan 20 km dari Lokasi kemarin. Makanya saya gak punya club onthel, mau ikut Potorono nambah nambahi suguhan ha ha.
    Di rumah terus ada teman yg datang sampai sore, pemula sepeda tak suruh bawa dulu, walaupun kalau bukan temen kantor belum tak lepas.
    Jadi gak sempat pijet Mas, kalau udah pijet Enakkkkk tenannn

    • @Qly Spooor…………..kan saget pijet-pijetan to pak? alias pijet ora tenanan..he..he…wah pancen piyantun G remenipun nggih sepeda G….

  251. He he tak kira Humber FA yg sadelnya Broks tuh kepunyaan Mas Nur, jebule punyanya mas Aat, mingin-mingini juga mas, punyaku yg FA masih kalah kelas.
    Sayakan gak punya club n teman dari Ndesoku, nanti kalau asesoris gak tak copoti bisa hilang, nyarinya yg sulit, nyari di Ki Ageng Potorono paling dibilang saya juga mau nambah je, he he

    • coba kemarin naik Humbernya. mungkin sampe rumah jam 14.55… eh, bener gak sih, saya pernah denger kalo Humber / Raleigh lebih enak untuk jarak jauh? apa cuma gara2 persnelengnya saja?

  252. @dab Suga….poya hoho dab,Insya allah kapan2 msh ada waktu…U.pisu kita,banyak hal yang harus kita caoske to dab,mumpung selagi muthe pisu,selagi masih ngedhep…nanti ndak gelo nyoro panyu,blm bisa nyaosi kebahagiaan,sudah diminta pemberi hidup,getun geduwung… dayi dab
    @m.Noor..mas,anak gadis bapak-e itu sblmnya sdh glenak-glenik sm m.Aat kok..!!..he..he..piss m.Aat….
    ..mas,kalau ada rencana ngonthel lagi,kersa-a “njawil” hp saya mas…maturnuwun

    • ah hahaha! Pak Nur gak denger mereka ngomongin apa. Padahal anak ceweknya bilang: sing jawil2 aku mau numpake sepeda iki pah… durung bayar je (loh)

  253. @Mas Suga, kapan capeknya hilang kalo cuma pijet pijetan. Seperti yo pada main ke rumah Mas Nur, ngumpul-ngumpul, ngomong-ngomong makan enak. Cuman ngumpul-ngumpul dan ngomong-ngomong yg diomongin makan enak, tapi cuman diomongin aja dan gak makan enak, he he
    @Mas Aat, kalau saya naik Humbernya Mas Aat malah Sadel Brooks barunya bisa pindah di sepeda FA ku di rumah. Kalau naik G sepedanya berat, jadi kalau di jalan kehabisan duit bisa dikilokan, kan termasuk besi tua. lumayan lakunya lebih banyak krn lebih berat bila dibandingkan FA, he he

    • wongeres OPOTO

      Oalaah. Beginilah orang perhubungan. Pinter tenan kalau suruh menghubung-hubungkan. Mbok Saya dihubungkan dengan kolektor dermawan yang bosan dengan koleksinya… 🙂

    • okelah kalo begitu. kalau njenengan lg pit2an saya tak tethek di seyegan, sopo ngerti saged dapet G kiloan.. saya boncengke sampai rumah wis..

  254. @ Weleh-weleh Mas Nur tuh kan koleksi sepedanya udah banyak dan bagus-bagus, G-1,G-97, G Palang terpedo, Fongres, Humber dll, koq mau cari kolektor yg dermawan, teman2 kebagian apa nanti, he he.
    @ Mas Aat, kalau tethek nanggung kalau cuma sampai Seyegan, ke barat lagi sampai Pasar Ngino/Pasar Margokaton kalau pas Pasaran Legi bisa lihat pasaran Sepeda Onthel/Klitikanl n lumayan ramai terus Ke utara lagi 1 km Pasar Ngino lama bisa makan belut, ikan wader dll

  255. @ Mas Aat………..nah tuh mas, diundang Qly Spooor menjelajahi area pojok lor kulon…….tekan balangan…mulih2 arep diajak nang Mang Engking karo di ajak mancing nang selokan van der wicjk…he…he…

    • wongeres OPOTO

      Mas, obar-abir itu kalo sego goreng mungkin Magelangan ya. Ada nasi tapi juga mie. Campursari. Ibarat sepeda mungkin Fongers Senopati. Hehe…

      Mas Qly Spoor ngajakin balapan gempor sampai ke ancol. Kalau saya ya trimo ndeprok di Mbantulan pesen sate obar-abir pakai sayur… 😀

      • menarik untuk dijawab undangannya pak Nur… (sambil nglirik mas Yon, sing duwe pickup dan lanyah tali menali)

      • wongeres OPOTO

        Waa… lha ini malah ada yang sudah lanyah ngamalke ngelmu belut… 🙂 (masih sambil nglirik Mas Yonthit dan berharap jawaban: nggak apa-apa, saya siap aja!) 😀 😀

      • @ Gus Wong………mboten Fongers Senopati…kapik’en, sing leres niku Fongers lombok ijo nopo lombok usit..he..he…

  256. wongeres OPOTO

    @Mas Bantoro, iya lho, foto Plaosannya saya tunggu. Lha, sekalian saya kok merasa waktu nyoto itu nggak ada yang motret? Hayo, apakah ada yang sempat mengambil gambar saat kita nyoto? Wah, semoga ada. Tapi nggak yakin nih…

  257. @ P’Wong…………….wah alus tenan………kadose mboten nopo2 kok Pak,….(lha namung nguyahi segoro-yoso mawon kok), mbok menowo ngetan njuk ngidul sithik teng mriku (….mas ilham) tasih kathah lembu nipun…ndang diuyahi ndang digoreng….mak-nyusss….he..he…

    • wongeres OPOTO

      Mas Suga, kalau peternakan lembu di sekitar Potorono memang banyak. Tapi ini peternakan Fongers! Semua varian mewah Fongers komplit sejodho-sejodho ada di istananya (hwaduh, nulis begini ini saja sudah gemeterrr). 🙂

  258. @ om Wong… kelihatannnya “bu rendra” ngambil foto pas kita di soto kok om… leres mekaten bu Rendra?

  259. punten om…wong cuma nampang sendirian di depan tulisan tarunojoyo…..matur nembah nuwun kepada semua opoters yg telah mengajak jajah milangkori p4 ( potorono prambanan pp )…sungguh pangalaman tak terlupakan …..dan numani, pingin lagi , lagi dan lagi…kapan ya ?

    • wongeres OPOTO

      Horee… Bu Rendra kersa ngendikan. Sendirian juga tidak apa-apa lho, kalau sekedar sebagai bukti bahwa rombongan kita memang mampir nyoto. Kalau kersa ngonthel lagi di Potorono, kami janji akan kami pilihkan rute yang lebih singkat, lebih banyak di hamparan sawah dan bukit nan luas dengan jalan aspal hotmix. Masih ada candi banyunibo yang mungil tapi cantik, air kelapa di tengah sawah (yang kemarin sebenarnya semuanya sudah disiapkan, hanya karena cuaca saja maka membuat Mas Tono berimprovisasi gila-gilaan. Hahaha…). Begitu kan, Mas Max?

  260. @m.Noor,m.Aat……nyadhong dhawuh,siaaaaapp….!!!!

  261. wongeres OPOTO

    @Mas Aat, Mas Yon sepertinya oke-oke saja siapin pick-up lengkap dengan tali-temalinya. Tapi nanti minta Mas Aat saja yang bawa! Huahaha… njuk kapan ngepite? 😀

  262. Pak Heru mangkalnya : di Pasar Godean Pon, Kliwon di Pasar Cebongan terus ke Pasar Godean, Paing Pasar Sleman terus ke Pasar Godean, Pasaran Legi dan Wage di Pasar Srikaton (Pasar Ngino), setahu saya itu Mas

  263. Di Godean ada soto enak, soto sapi Pak Dulah wetan Pasar Godean selatan Pasar Sepeda, Tapi kalau pas Pasaran Pon ramai sekali, untuk Minggu Pon besuk, saya rencana ke Pasar Godean cuma sebentar ada acara Jagong jam 10.30

  264. Sae sanget ngantos ngumun kok taksih kerumat sae sanget

  265. wongeres OPOTO

    Maturnuwun, Mas Iwan. Tugas para onthelis hendaknya memang merawat sepeda onthel yang ada agar tetap cantik di usianya 🙂

  266. bermimpi punya spedah ini…

    • wongeres OPOTO

      Nah, begitu bangun dari mimpi jangan trus tidur lagi dong, tapi wajib merintis upaya mewujudkan mimpi tadi. Gitu kaaan…? 🙂

  267. bedhi arino sarjono

    sepedanya bagus
    menjadi inspirasi/jadi pingin restorasi sepedaku
    saya punya sepeda X(cross) frame raleigh
    moga2 bs jd spt itu

  268. X-frame merupakan representasi seni pembuatan Fiets yang memerlukan kreatifitas tinggi……………………pengen, tapi regane larang…………..bandrekan (NO WEGAH)

  269. tapi kalau gak jodoh diuber-uber ya tambah banter playune ya Wong Agung Potorono..hehehehe…jodho,kelahiran,pati, kiamat, sepedah!

  270. kapan kesampean

  271. Khaerun Situncu

    kak boleh saya edit gambar foto sepeda onthelnya menjadi vector kartun lalu saya jual ?

Tinggalkan Balasan ke bagusmajenun Batalkan balasan